Kehadiran pendidikan yang inklusif dan bermutu merupakan hak dasar setiap anak Indonesia. Namun, di berbagai pelosok negeri, tantangan akses pendidikan berkualitas masih menjadi isu yang signifikan. Melalui program Kuliah Kerja Nyata (KKN) 152 UINSU, sebuah langkah nyata diambil untuk menjembatani kesenjangan tersebut. Salah satu program kerja tambahan dari kelompok KKN ini bertajuk "Mengukir Cita, Menyulam Asa: Mencerdaskan Anak Bangsa dengan Sekolah Mengajar," yang diadakan di MIS Muhammadiyah dan MIS Pematang Serai, Desa Pematang Serai. Program ini berlangsung dengan penuh semangat selama beberapa pekan, dari 5 hingga 22 Agustus 2024, memberikan pengaruh positif kepada siswa-siswi di desa tersebut.
Sekolah mengajar ini memiliki visi untuk meningkatkan kecerdasan kognitif dan kemampuan psikomotor anak-anak, serta membangun akhlak dan karakter yang baik. Tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan prestasi akademis, program ini juga menekankan pentingnya pendidikan karakter. Anak-anak diajak untuk berpikir kritis, bekerja sama dalam tim, dan bersikap terbuka terhadap diskusi yang konstruktif. Pendekatan ini diharapkan dapat membantu mempersiapkan mereka menjadi individu yang mandiri dan siap menghadapi tantangan masa depan.
Selain itu, diskusi-diskusi ringan mengenai cita-cita dan mimpi di masa depan sering kali menjadi bagian dari pengajaran, di mana anak-anak diajak untuk berani bermimpi dan mengukir masa depan mereka sendiri. Diskusi ini diharapkan dapat membangkitkan motivasi mereka untuk terus belajar dan berkembang.
Dalam rangka mengukur efektivitas program, dilakukan pre-test dan post-test untuk melihat perkembangan belajar para siswa. Tes ini mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap anak-anak sebelum dan setelah mengikuti kegiatan. Hasil dari pre-test memberikan gambaran awal tentang kemampuan dasar para siswa, sementara post-test menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam pemahaman dan penerapan materi yang diajarkan. Hal ini menegaskan bahwa program sekolah mengajar ini berhasil memberikan dampak positif terhadap perkembangan belajar mereka.
Lebih dari sekadar mengajar, anggota KKN juga memberikan perhatian pada aspek sosial dan emosional anak-anak. Mereka diajak berbicara tentang perasaan mereka, tantangan yang mereka hadapi di sekolah, dan harapan mereka di masa depan. Melalui pendekatan yang ramah, anak-anak merasa lebih nyaman untuk terbuka dan berbagi cerita. Dengan mendengarkan dan memberikan dukungan emosional, para pengajar KKN tidak hanya membantu anak-anak dari segi akademik, tetapi juga membentuk lingkungan belajar yang suportif dan penuh kepercayaan.
Kesuksesan program ini juga tidak lepas dari kolaborasi erat dengan para guru di MIS Muhammadiyah dan MIS Pematang Serai. Mereka memberikan arahan dan masukan berharga terkait kebutuhan siswa dan strategi pengajaran yang efektif. Sinergi ini memastikan bahwa program berjalan sesuai dengan kurikulum yang ada, namun tetap menawarkan inovasi yang mampu memperkaya pengalaman belajar anak-anak. Para guru pun mengapresiasi metode pengajaran yang diterapkan oleh mahasiswa KKN, yang dianggap mampu memberikan warna baru dalam kegiatan belajar-mengajar.
Program "Mengukir Cita, Menyulam Asa" ini tidak hanya berhenti pada akhir KKN. Diharapkan, program ini dapat menjadi inspirasi bagi komunitas setempat untuk terus mengembangkan sistem pendidikan yang lebih interaktif dan mendukung perkembangan holistik anak-anak. Melalui penguatan kapasitas guru dan orang tua, serta kerjasama dengan berbagai pihak, cita-cita mencerdaskan anak bangsa bisa diwujudkan dengan lebih nyata.
Dalam jangka panjang, semoga program ini bisa menjadi titik awal bagi berbagai inisiatif pendidikan lainnya yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Desa Pematang Serai. Anak-anak yang bersemangat untuk belajar dan bermimpi besar adalah harapan masa depan desa ini, dan melalui program ini, satu langkah besar telah diambil untuk mewujudkan generasi hebat yang siap membawa perubahan positif bagi daerah mereka.
Program "Mengukir Cita, Menyulam Asa" dari KKN 152 UINSU membuktikan bahwa dengan semangat kebersamaan dan metode pengajaran yang tepat, potensi setiap anak dapat digali dan dikembangkan. Mereka tidak hanya belajar menguasai materi akademis, tetapi juga belajar untuk bermimpi, bekerja keras, dan percaya pada kemampuan mereka sendiri. Semoga langkah kecil ini menjadi awal dari gerakan yang lebih besar untuk mencerdaskan bangsa, satu anak pada satu waktu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H