Saat semua media mengangkat kejadian ini, media terbesar di kabupaten tersebut justru alpa. Usut punya usut, ada aliran dana cash dari pemilik casino ke ruang redaksi. Lebih parah lagi, saat media lain mengawal kasus hukumnya, media tersebut malah membuat profil anak pemilik casino.
Perilaku buruk tersebut kemudian mendapat cemooh dari para bodrekers. Mereka balik melabeli wartawan dari media mainstream tersebut dengan panggilan “kapal keruk”. Kapal keruk merupakan gambaran perilaku yang rakus. “Mereka mengirim wartawan, menulis seperti biasa. Tapi di belakang mereka ada tim iklan yang selalu menawarkan penghentian berita. Yang kelihatan di depan memang wartawan. Tapi di belakangnya ada kapal keruk yang bergerak,” demikian ungkapan seorang bodrekers yang masih saya ingat.
Media Watch
Ternyata ada pandangan “silau” masyarakat terhadap media mainstream. Mereka terpesona dengan nama besar media tersebut. Tidak ada upaya untuk mengkritisi perilaku media tersebut. Padahal media berpotensi menjadi diktator di suatu daerah. Hitam-putih suatu daerah dikendalikan berita di media tersebut. Karena itu, masyarakat juga harus mengontrol perilaku media.
Publik harus berjejaring dan membuat “Media Watc”. Media sosial membuka peluang untuk melakukan kontrol pada media massa. Media sosial adalah bentuk dari jurnalisme warga. Memang, beberapa waktu lalu media sosial kita telah dirusak oleh perilaku buruk kelompok tertentu. Mereka menyebar fitnah dan menyerang memproklamirkan kebencian. Namun masih banyak yang menggunakan media sosial dengan jujur dan bertanggung jawab.
Posting setiap perilaku negatif media massa. Sebarkan ke jaringan masing-masing. Lakukan kritik, ungkapkan berita-berita yang dicurigai ditukar dengan uang. Jika semua masyarakat peduli, maka akan terjadi seleksi alam. Media nakal pelan-pelan ditinggalkan pembaca. Karena kapal keruk lebih berbahaya daripada bodrek.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI