Koran Belanda, Provinciale Overijsselche Zwolsche yang terbit pada tahun 1891 menjelaskan secara rinci bagaimana perubahan perilaku Binatang sebelum letusan gunung Krakatau pada tahun 1883. Dalam koran tersebut dijelaskan banyak hewan yang melarikan diri untuk menyelamatkan diri mereka sementara waktu. Kemudian pernyataan tersebut diperkuat oleh Van Sandick bahwasanya pada tahun tersebut terdapat kawanan burung yang melintas dari Batavia diduga bermigrasi untuk menghindari letusan Krakatau.
Menurut berbagai sumber juga disebutkan perilaku aneh hewan lainnya seperti ayam betina yang berhenti bertelur, lebah yang meninggalkan sarangnya, hingga ikan lele yang keluar dari air sehingga menjadi mudah ditangkap oleh manusia sebagaimana yang dikatakan oleh Hulburt dan Verbeek (Pembuat peta Selat Sunda Pasca erupsi Krakatau, 1887)
Bukti perubahan perilaku hewan lainnya terjadi Ketika bencana erupsi gunung bawah laut di Tonga pada tahun 2022. Sekawanan kura-kura yang baru saja dilepaskan ke laut tiba-tiba berbalik arah menuju darat. Dari banyaknya bukti diatas, menjadikan binatang sebagai sesuatu yang perlu diperhitungkan dalam mitigasi bencana alam.
Perubahan Perilaku Hewan Sebelum Tsunami
Tsunami merupakan gelombang air laut besar yang dipicu oleh pusaran air bawah laut karena pergeseran lempeng, tanah longsor, erupsi gunungapi bawah laut, dan jatuhnya meteor. Tsunami dapat bergerak dengan kecepatan sangat tinggi dan dapat mencapai daratan dengan ketinggian gelombang hingga 30 meter. Tsunami sangat berpotensi bahaya meskipun tsunami ini tidak terlalu merusak garis Pantai.
Terdapat beberapa tanda umum yang terjadi apabila akan terjadi bencana tsunami seperti adanya getaran atau gempa yang dirasakan di daerah pesisir serta terjadinya penyusutan air laut dalam jumlah besar secara tiba-tiba. Ketika tanda-tanda tersebut muncul, masyarakat yang berada di daerah pesisir dihimbau untuk waspada akan terjadinya tsunami dan segera menjauh dari area Pantai untuk mencari tempat yang lebih tinggi.
Umumnya tsunami sendiri terjadi karena terdapat gempa di dasar laut akibat pergerakan lempeng tektonik. Hewan-hewan tertentu baik di daerah laut dan pesisir memiliki kemampuan untuk mendeteksi terjadinya gempa lebih cepat. Sekawanan gajah yang menuju daratan lebih tinggi, burung flamingo mengabaikan sarangnya yang ada di dataran rendah, dan anjing-anjing yang menolak pergi keluar menjadikan penanda akan datangnya bencana ala ini.
Warga lokal Bang Koe di daerah pesisir di Thailand mengatakan sekumpulan kerbau yang berada di pinggir pantai tiba-tiba menunjukkan perubahan perilaku. Telinga kerbau tersebut menegak dan mereka memandang dengan waspada ke arah lautan. Kemudian mereka berlari ke atas bukit terdekat beberapa menit sebelum tsunami menerjang. Sekawanan burung dalam jumlah besar yang terbang menjauhi laut dan terbang menuju darat juga menjadi penanda yang dapat terlihat.
Berdasarkan berbagai bukti dari berbagai kejadian bencana yang telah berlalu dapat dikatatakan bahwa hewan merupakan mahluk yang diberikan keistimewaan oleh Tuhan untuk lebih peka terhadap perubahan yang terjadi di alam semesta dibandingkan dengan manusia. Namun hal tersebut bukan berarti manusia tidaklah mahluk yang istimewa. Manusia diberikan akal oleh Tuhan untuk berpikir. Hal tersebut menjadikan manusia menjadi mahluk tercerdas di bumi.
Manusia dapat menggunakan akalnya untuk mengamati perubahan perilaku hewan beberapa waktu sebelum terjadinya bencana untuk mengurangi kerugian dampak bencana alam. Karena seungguhnya tidak ada acara untuk menghentikan bencana alam, tetapi manusia dapat meminimalisir dampak yang diberikan dengan mengamati lingkungan sekitar.