Perubahan Perilaku Hewan Sebelum Gempa Bumi
Gempa bumi adalah getaran yang terjadi di permukaan bumi akibat pelepasan energi dari dalam secara tiba-tiba yang menciptakan gelombang seismik. Frekuensi suatu wilayah mengacu pada jenis dan ukuran gempa Bumi yang dialami selama periode waktu. Gempa Bumi dapat diukur menggunakan alat Seismometer. Gempa bumi dapat terjadi karena pergerakan lempeng tektonik yang membentuk kerak bumi. Lempeng-lempeng ini bergerak, bersentuhan, atau saling menjepit satu sama lain. Pergerakan ini yang nantinya dirasakan sebagai gempa bumi oleh mahluk hidup yang berada di atas lempeng tersebut.
Gelombang seismik yang diciptakan gempa bumi menghasilkan suara berfrekuensi rendah (infrasonik) dibawah 20 Hz, yang dimana suara dengan frekuensi ini tidak dapat dirasakan dan didengar oleh manusia. Namun, hewan--hewan dengan kemampuan pendengaran tertentu seperti anjing, kucing, dan gajah mampu merasakan kehadiran gelombang ini. Beberapa waktu sebelum gempa bumi terjadi hewan-hewan ini menunjukkan perubahan perilaku yang tidak biasa.
Martin Wikelski (Direktur Max Planck Institut of Animal Behavior) dan para peneliti mengamati pergerakan sapi, anjing dan domba di sebuah peternakan di Italia dengan menempelkan tanda elektronik selama beberapa bulan saat gempa bumi terdeteksi di dekatnya. Mereka menemukan hewan-hewan ini berperilaku lebih aktif selama lebih dari 45 menit sebelum 7 dari 8 gempa bumi besar di dekatnya. Penelitian ini menunjukkan kemungkinan bahwa hewan dapat mendeteksi gempa bumi lebih cepat dari manusia. Pada penelitiannya juga memperlihatkan bahwa hewan dapat mendeteksi gempa bumi lebih awal sampai jarak 12 mil.
Contoh lainnya ketika gempa bumi akan terjadi, ular-ular akan keluar dari sarang mereka bahkan di cuaca musim dingin serta tikus dan cacing keluar dari bawah tanah secara tiba-tiba. Dari perubahan tingkah laku hewan yang tidak wajar ini dapat disimpulkan bahwa akan terjadi bencana gempa bumi yang akan melanda suatu wilayah. Maka diharapkan masyarakat dapat membaca perubahan tingkah laku hewan ini agar dapat melakukan mitigasi dengan cepat tanggap demi menghindari korban jiwa.
Perubahan Perilaku Hewan Sebelum Erupsi Gunung Berapi
Erupsi gunung berapi adalah pelepasan tekanan yang terjadi ketika magma (batuan cair panas) dan gas di dalam gunung berapi mencapai permukaan. Ini terjadi ketika tekanan magma melampaui batuan penutup di puncak gunungapi. Saat batuan penutup pecah, magma, gas, abu, dan material vulkanik lainnya dilepaskan dari tanah ke atmosfer.
Erupsi gunung berapi sendiri merupakan salah satu bencana alam yang paling berbahaya. Sebelum gunung erupsi atau meletus, biasanya akan ditandai dengan peningkatan aktivitas gempa yang muncul di daerah sekitar gunung tersebut. Selain itu, munculnya asap atau gas beracun dari kawah, perubahan bentuk topografi, serta keluarnya material vulkanik seperti lava dan abu juga merupakan tanda-tanda yang harus diwaspadai.
Selain tanda-tanda tersebut, terdapat juga tanda lain yang dapat terlihat dengan mudah yaitu berubahnya perilaku hewan yang tinggal di wilayah sekitar gunung berapi. Hewan-hewan yang tinggal di sekitar wilayah gunung berapi dapat merasakan erupsi lebih dahulu dibandingkan dengan manusia. Gempa yang menjadi tanda sebelum erupsi gunung terjadi dapat dirasakan oleh hewan dengan lebih cepat.
Hewan-hewan seperti kera, harimau dan ular akan turun dari gunung hingga masuk ke permukiman untuk menjauhi gunung berapi sebelum terjadinya erupsi. Bahkan sebelum terjadi bencana biasanya terdapat kupu-kupu yang terbang  secara bergerombol menjauhi wilayah gunung api dan sekawanan gajah yang tampak gelisah.