Lahan yang dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit, selain membawa harapan sumber penghidupan juga memicu konflik lahan antara perusahaan dan masyarakat. Jadinya, proyek yang diharapkan menjadi lahan 1.000.000 Ha, 1.000.000 harapan, 1.000.000 impian... ternyata menjadi lahan 1.000.000 masalah. Mau?
Tulisan ini diposting berlandaskan rasa bangga pada Pak Prabowo dan Pak Jokowi sebagai putra terbaik bangsa saat ini. Jadi, saya sama sekali tidak bermaksud mengecilkan semangat rakyat Indonesia untuk meraih mimpi besarnya. Juga tak merasa diri pesimis. Komentar ini dimaksudkan agar tim sukses dan tim ahli masing-masing kandidat lebih cerdas memilih proyek unggulan, dan agar lebih memperinci logika-logika keberhasilannya. karena, masyarakat yang mendengar "ide-ide gagah" seperti itu pasti kagum dan merasa itu sebagai sebuah janji. Agar tidak menjadi bumerang di kemudian hari maka para tim ahli dan tim sukses perlu mempertimbangkannya secara jangka panjang. Perlu pula kajian mengenai berbagai dampak yang mungkin terjadi.
Janji-janji hebat yang fantastis yang tidak mungkin terealisasi maupun janji yang dapat direalisasikan tetapi menimbulkan masalah baru, pasti membuat rakyat kecewa sehingga menjadi apatis serta tak respek pada pemerintah.
Itulah pandangan, rasa senang dan kegalauan saya menyaksikan perkembangan yang terjadi di masyarakat. Banyak yang terpukau dengan janji-janji hebat itu tetapi hanya sedikit yang memahami bahwa kalimat-kalimat itu (boleh jadi) hanya bahasa iklan, jualan ”obat” atau kecap nomor satu.
Oh ya, saat menulis ini, saya membayangkan diri sebagai burung gereja yang terbang ke sana ke mari dalam sebuah gedung pertemuan. Terlihat banyak orang dalam gedung tetapi tak bisa diajak bicara. Meskipun mungkin dapat melihat dan menduga beberapa kejadian tetapi tak dapat berbuat apa-apa selain hanya mencicit sekuat tenaga, ”Cit... criiit... cit... criiirt... cit...!”. Ah, namanya juga burung gereja.
Salam Langit Biru, cerah penuh harapan...!
Ciranji, 15/06/14
RajaPantun L Gaol
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H