Mohon tunggu...
Raja Mangsa
Raja Mangsa Mohon Tunggu... -

Pernah melancong ke luar negeri mendampingi kaisar, lalu sekarat ditikam cemburu sebelum akhirnya hidup bertualang lagi.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Pilkada dan Pelibatan Swasta Menata Jakarta

26 September 2016   09:56 Diperbarui: 26 September 2016   10:02 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Contoh kota terpadu yang ampuh mengurai kepadatan dan kemacetan (sumber : podomorocity.com)

Pemilihan Gubernur-Wakil Gubernur Jakarta makin sengit. Tiga pasang kandidat telah mendaftarkan diri dan tengah mengikuti tahapan Pilkada, termasuk tes kesehatan yang hasilnya belum diumumkan. Namun hampir pasti, ketiga pasang bakal calon pemimpin Ibu Kota tersebut naik ring dengan lancar.

Hingga kini, memang belum ada satu pasangan calon pun yang memaparkan visi dan misi secara gamblang, karena memang dibatasi oleh peraturan KPU terkait masa kampanye. Namun melihat sosok yang maju, pengalaman serta basis kompetensi mereka, akan ada banyak variasi visi misi yang disajikan ke masyarakat Jakarta.

Terkait sosok petahanya misalnya, fokus melanjutkan program-program yang selama ini berjalan. Yakni bagaimana membenahi Ibu Kota. Terlepas dari caranya yang banyaknya mendapat penolakan dari masyarakat.

Selain agenda baru yang ditawarkan, pasangan calon Anies-Sandi dan Agus-Sylviana tentu juga harus memikirkan hal yang sama dengan petahana jika terpilih memimpin Ibu Kota. Yakni bagaimana agar wajah Jakarta dari semua aspek. Membangun Jakarta yang merepresentasikan wajah Indonesia.

Diskusi tentang agenda pembangunan Ibu Kota memang menarik, selain karena APBD yang sangat besar (terakhir Rp 67,1 triliun), juga karena banyak beban yang diletakkan di pundak Jakarta. Sebagai pusat administrasi negara, pusat bisnis, pusat pertahanan dan lain sebagainya. Meskipun besar, APBD butuh pengelolaan yang tepat agar hasilnya optimal.

Salah satu masalah akut yang ada di Jakarta adalah tata ruang yang amburadul serta pembangunan sporadis tanpa perencanaan. Hasilnya, Jakarta jadi kumuh dan semrawut yang kemudian melahirkan implikasi negatif turunan seperti kepadatan dan kemacetan.

Untuk soal penataan wajah atau cover yang pertama kali memberikan kesan ketika orang baru datang ke Jakarta, pemerintah sudah pasti tidak bisa bertindak sendiri. Masyarakat dan sektor swasta perlu digalang secara aktif. Karena wajah Jakarta adalah akumulasi dari gaya hidup warganya.

Fakta-fakta bahwa pelibatan masyarakat dalam membangun kota kita bisa saksikan di Bandung dan Surabaya. Di kedua kota ini, warga digugah kesadarannya untuk peduli pada kebersihan dan keindahan kota. Pemerintah menyiapkan ruang-ruang inspiratif dan model bagaimana pesona kebersihan yang memanjakan mata dan perasaan.

Di Jakarta, kita baru menjumpai wajah Kota yang humanis dan civilized di spot-spot khusus. Yakni di kawasan superblok, kota terpadu mandiri dan kawasan-kawasan yang dibangun oleh pihak swasta.

Sebutlah misalnya di kawasan perkantoran Kuningan yang suasananya indah dan nyaman. Ada mal, taman dan pedestarian yang manusiawi. Atau paling bagus di Jakarta adalah kawasan Podomoro City.

Superblok yang menggabungkan residential, perkantoran dan pusat perbelanjaan ini nampak seperti ‘sepotong surga’ di tengah-tengah Jakarta. Podomoro City dibangun terencana secara detail. Dengan masterplan terpadu, Podomoro City membangun Hotel Pullman, APLN Office Tower, Apartemen dan  The 5 Senses The Matic Park, Central Park dan Neo SOHO di satu kawasan.  

Bahkan fasilitas publik seperti jembatan penyeberangan pun, dibuat mewah, berkelas dan membanggakan. Tengoklah Eco Skywalk Neo Soho yang sedang hits. Jembatan futuristik yang menghubungkan Neo Soho Mall dengan Central Park dan melintas di atas jalan S Parman ini, sangat menarik perhatian. Selain fungsi utama sebagai tempat menyeberang, Eco Skywalk bahkan juga jadi tempat hangout dan hiburan karena bangunannya yang indah.

Membangun kawasan terpadu dengan fasilitas wah yang berkelas, tentu saja tak mampu dilakukan oleh pemerintah daerah. Karena itu pelibatan swasta harus diperkuat. Bahkan perlu dibuat terobosan revolusioner. Swasta mengajukan proposal kepada para calon pemimpin daerah untuk disinkronkan serta disinergikan lebih dalam dengan visi misi kandidat.

Contoh kota terpadu yang ampuh mengurai kepadatan dan kemacetan (sumber : podomorocity.com)
Contoh kota terpadu yang ampuh mengurai kepadatan dan kemacetan (sumber : podomorocity.com)
Betapa revolusioner dan enakjubkan perubahan Ibu Kota jika setiap kelurahan atau kecamatan dibangun ala kota terpadu. Penataan aktivitas penduduk diatur sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan kepadatan dan kemacetan. Konsentrasi manusia dipecah agar tidak terpusat pada satu titik pada saat yang bersamaan.

Dunia usaha dan pemerintah bersinergi secara mendalam. Dunia usaha menuai untung karena sebelum kawasan-kawasan terpadu tersebut dibangun, ada feasibility study yang layak secara  bisnis. Pemerintah pun diuntungkan dengan mitigasi potensi masalah di kemudian hari.

Ide ini mungkin aneh. Tapi bukan tidak mungkin untuk diterapkan agar potensi pembangunan daerah optimal untuk meraih hasil yang lebih progresif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun