Mohon tunggu...
Raja Mangsa
Raja Mangsa Mohon Tunggu... -

Pernah melancong ke luar negeri mendampingi kaisar, lalu sekarat ditikam cemburu sebelum akhirnya hidup bertualang lagi.

Selanjutnya

Tutup

Money

Unik! Inovasi Bisnis untuk Kesejahteraan (Muliakan) Karyawan

23 Januari 2015   21:29 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:30 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Karyawan merupakan aset terbesar bagi perusahaan. Karyawan menjadi keunggulan kompetitif, yang dengannya kultur perusahaan bisa dibangun. Karyawan adalah wajah, sekaligus brand yang menyatu dengan perusahaan. Memosisikan karyawan di tempat istimewa, merupakan sebuah strategi bisnis yang mutlak dilakukan untuk membangun merek yang kokoh.

Terlebih bagi perusahaan berbasis komoditi utama menjual jasa. Unsur manusia, yakni para karyawan berada di line terdepan yang bersentuhan dengan pelanggan. Baik buruknya sebuah brand di mata customer, ditentukan oleh bagaimana perusahaan menampilkan wajah mereka yang direpresentasi melalui karyawan.

Untuk itu, menempatkan karyawan lebih dari sekedar orang yang bekerja membantu operasional perusahaan, menjadi standar bagi perusahaan-perusahaan berbasis produk jasa. Seperti dikatakan oleh mantan CEO Xerox, Anne M. Mulcahy, bahwa karyawan yang percaya dan merasakan langsung bahwa manajemen menaruh perhatian besar pada mereka, akan bekerja lebih produktif dan lebih memuaskan. Karyawan yang puas berarti pelanggan yang puas, yang mengarah ke profitabilitas perusahaan.

Karyawan yang loyal dan produktif, mampu membangun reputasi perusahaan dan menguatkan brand di mata pelanggan. Mereka juga merupakan modal dasar bagi terwujudnya soliditas perusahaan. Kepercayaan karyawan pada perusahaan mencegah terjadinya gejolak-gejolak internal yang bisa menurunkan produktifitas.

Banyak metode atau varian sistem yang bisa diterapkan untuk membangun kepercayaan karyawan pada perusahaan. Ini bisa ditelusuri berdasarkan apa motivasi utama seorang karyawan dalam bekerja. Yang jamak menjadi motivasi tentu saja adalah kesejahteraan atau besaran pendapatan yang mereka peroleh. Demikian dijelaskan di dalam teori motivasi Harzberg.

Melakukan inovasi dan terobosan sistem untuk menyejahterkan karyawan, adalah hajat perusahaan. Terobosan ini yang ditempuh oleh taksi Express. Express menerapkan sistem kemitraan dengan para sopir. Karyawan di posisi lini terdepan dan bersentuhan langsung dengan pelanggan ini, bukan diposisikan sebagai bawahan atau “pekerja”, namun sebagai mitra. Dengan demikian, kesejahteraan karyawan lebih mudah diraih. Dan bagi perusahaan, akan berdampak positif.  Kinerja terdongkrak, profitiblitas lebih mudah diraih.

Model kemitraan ini, menurut keterangan  Presiden Direktur Express Group, Daniel Podiman, sangat memungkinkan para mitra pengemudi untuk meningkatkan kesejahteraannya. Selain dari pendapatan regular, setelah 6 tahun mengemudi, para pengemudi taksi Express bisa memiliki mobil yang mereka ‘pegang’ dengan harga hanya Rp 7,5 juta. Express akan menyerahkan kepemilikannya secara utuh kepada pengemudi. Setelah mobil diubah peruntukannya menjadi mobil pribadi, pengemudi dapat menggunakan unit tersebut sebagai mobil pribadi ataupun menjual kembali mobil tersebut yang umumnya harga unitnya dapat mencapai Rp 60 juta sampai dengan Rp 70 juta di pasaran.

Sistem kemitraan yang telah diterapkan oleh Express Group sejak tahun 1997 ini, terbilang unik. Bahkan sistem kemitraan ini telah mendapatkan pengakuan dari salah satu badan PBB, yaitu United Nation Development Program (UNDP) sebagai contoh keberhasilan dari program kemitraan yang dapat membantu program PBB dalam memberantas kemiskinan di dunia.

Keuntungan yang diraih perusahaan dengan sistem kemitraan ini, para pengemudi lebih termotivasi dalam bekerja, sehingga komitmen untuk menyediakan pelayanan yang terbaik bagi para pelanggan tetap terjaga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun