Kepala Departemen Hubungan Ekonomi Swiss, Thomas Graf, tengah melakukan investigasi menyusul kunjungan Presiden FIFA Joseph Blatter beberapa waktu lalu ke Myanmar. Padahal, Myanmar dipimpin oleh Presiden Than Shwe, seorang yang mendapat sanksi dari Uni Eropa dan Amerika Serikat gara-gara praktek diktatornya yang didukung pemerintahan Cina. Blatter memang sedang mencari suara dukungan dari sejumlah negara sebelum pemilihan Presiden FIFA, 1 Juni nanti. Blatter bersaing dengan Mohammed bin Hamman. Kemarin Blatter tiba di Honduras dan beberapa hari ke depan akan menyambangi El Salvador, Nikaragua, Kostarika dan Panama. [caption id="" align="aligncenter" width="484" caption="Presiden FIFA, Joseph Blatter, mengunjungi Myanmar pertengahan Maret 2011 lalu untuk meresmikan pembangunan sekolah-sekolah pengembangan sepakbola. FOTO: AS.com"][/caption] Sebelum mendatangi Myanmar, FIFA memang membangun sekolah-sekolah pengembangan sepakbola. Sebuah perusahaan bernama Max Myanmar dikontrak untuk membangun infrastruktur. Perusahaan itu dipimpin Zaw Zaw, Ketua Umum Myanmar Football Federation. Zaw Zaw juga masuk dalam daftar orang-orang yang diberi sanksi oleh AS dan UE. FIFA menanggapi perjalanan Blatter dengan menyebutkan alasan sebegai berikut, "meletakkan batu dasar pendirian Project Goal IV, program perpanjangan dari National Youth Center di Rangoon (Myanmar)." Namun, Kejaksaan Swiss mengingatkan bahwa "berhubungan dengan perusahaan-perusahaan di Myanmar bisa berakibat pelanggaran yang menghasilkan sanksi internasional." "Kami sudah membuka sebuah investigasi dan akan mencari beberapa dokumen ke FIFA," tegas Graf. Myanmar hidup di bawah kediktatoran junta militer sejak 1962. Meski begitu, militer di sana menghibur 55 juta warganya dengan sepakbola. WikiLeaks menemukan adanya 'kabel' keinginan Jenderal Shwe untuk membeli Manchester United. Di negara itu, ada 8 harian olahraga yang rutin mengupas pertandingan-pertandingan Liga Champions dan sejak 2008 tim-tim bola di sana eksis dengan membawa nama kementerian. Juara liga terakhir adalah Angkatan Darat, hasil tak mengejutkan bagi masyarakat Myanmar. (AS.com)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H