Mohon tunggu...
Raja Lubis
Raja Lubis Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja Teks Komersial

Pecinta Musik dan Film Indonesia yang bercita-cita menjadi jurnalis dan entertainer namun malah tersesat di dunia informatika dan kini malah bekerja di perbankan. Ngeblog di rajalubis.com / rajasinema.com

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Bahas Video Viral Gus Miftah dan Penjual Es Teh dari Aspek Sinematografi

7 Desember 2024   09:52 Diperbarui: 7 Desember 2024   09:53 346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Habib Zaidan yang ikut tertawa dengan guyonan Miftah setelah video mereka viral (Sumber: tangkapan layar YouTube "Tribun Pontianak")

Video Miftah Maulana (Gus Miftah) yang bilang "gobl*k" kepada penjual es teh viral di media sosial. Selain viral, video tersebut berbuntut panjang dengan dikulitinya jejak digital Miftah sebelum-sebelumnya yang menampilkan "guyonan" serupa. Hingga akhirnya Miftah mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Utusan Khusus Presiden.

Pertama kali lihat potongan video Miftah yang lewat di timeline X, saya merasa sakit hati. Kok bisa-bisanya, orang lagi berjuang mencari nafkah untuk keluarganya dibilang gobl*k. Padahal, dalam Islam mencari nafkah adalah sebagian dari jihad.

Tapi lebih sakit hatinya lagi, tatkala melihat respons orang-orang di sekitarnya yang malah tertawa terbahak-bahak. Lebih parahnya, orang-orang tersebut malah membela Miftah dengan melakukan serangkaian klarifikasi setelah video tersebut viral.

Terbaru, Habib Zaidan, salah satu manusia yang ikut tertawa dengan guyonan tersebut mempertanyakan kenapa baru video tersebut yang viral. Padahal guyonan tersebut sudah sering Miftah Maulana lakukan di acara-acara yang lain sebelum ini.

Baiklah, tulisan ini semoga menjadi jawaban bagi Habib Zaidan kenapa video tersebut bisa viral.

Kali ini saya tidak akan bicara adab dan etika. Sudah banyak teman-teman kompasianer yang menuliskan opininya atas kasus ini. Silakan bisa berkunjung ke tulisan mereka.

Saya akan meninjaunya dari aspek sinematografi. Tentunya kajian ini setelah saya menonton beberapa video Miftah yang lain yang Habib Zaidan bilang tidak viral.

Komposisi yang tepat

Potongan video yang viral tersebut merupakan bagian dari video utuh acara pengajian Miftah yang diunggah pada 20 November 2024 di kanal YouTube. Saya menduga, setidaknya dokumentasi kegiatan tersebut direkam dengan menggunakan dua kamera. Sebut saja kamera 1 dan kamera 2.

Kamera 1 menempatkan shot pada area panggung tempat Miftah melontarkan candaannya. Tepat ketika Miftah mengeluarkan kata "gobl*k", kamera 1 tidak meng-close up wajah Miftah saja. Tetapi diambil secara long shot sehingga menampilkan area sekitar Miftah termasuk reaksi tawa dari orang-orang sekitarnya.

Saya bilang ini adalah komposisi yang tepat karena dalam satu shot, penonton diperlihatkan sebuah aksi-reaksi secara bersamaan. Tak heran, banyak warganet yang ikut geram dengan respons orang yang tertawa tersebut.

Jika saat itu kamera hanya memposisikan pada wajah Miftah secara close up, besar kemungkinan penerimaan warganet tidak akan sebesar ini. 

Sebagaimana yang pernah disampaikan sutradara Wregas Bhanuteja di Kompasianival 2024, bahwasanya pemilihan shot akan sangat mempengaruhi emosi penonton. Makanya, guna menyampaikan maksud dan tujuan cerita, pemilihan shot tidak boleh sembarangan, harus sesuai dengan estetika cerita.

Perpindahan shot yang cepat walau tidak siap

Selain soal guyonannya dan reaksi tawa orang sekitar, yang membuat video ini bisa sangat viral dibanding video Miftah lainnya adalah adanya reaksi dari objek yang dihina. Dalam hal ini adalah bapak penjual es teh.

Dalam dunia dokumentasi secara live begini, ada yang dinamakan dengan FoH (Front of House). Mereka adalah tim yang bertugas menjadi pengontrol utama dari sound system, lighting, dan multimedia dalam sebuah acara. 

Salah satu petugas yang ada di FoH adalah operator switcher video. Salah satu tugasnya adalah memilih dan memilah shot yang akan ditampilkan ke publik dari multi kamera yang dipakai.

Dari video yang beredar tersebut, kita bisa melihat adegan setelah guyonan Miftah, shot langsung dipindahkan ke bapak penjual es teh. Anggaplah shot ini diambil oleh kamera 2. Operator switcher cukup lihai dan cepat mengalihkan output kamera 2 untuk ditampilkan ke publik.

Tiada lain dan tiada bukan, perpindahan ini untuk menangkap dan menampilkan langsung ekspresi bapak penjual es teh.

Walau kalau dicermati lebih teliti lagi, sebetulnya perpindahan tersebut dalam keadaan yang tidak siap. Terbukti dengan adanya perubahan eksposur cahaya yang dihasilkan. Tim FoH langsung menaikkan intensitas brightness-nya sehingga ekspresi bapak penjual es teh terekam dengan sangat jelas.

Ekspresi bapak penjual es teh yang dihina Miftah (Sumber: media sosial X)
Ekspresi bapak penjual es teh yang dihina Miftah (Sumber: media sosial X)

Sebuah ekspresi dengan wajah datar dan lelah, serta helaan nafas dari bapak penjual es teh inilah yang membuat empati publik semakin menjadi-jadi. Banyak publik merasa terkoneksi dengan memposisikan jika objek yang berada di sana adalah ayah mereka. 

Maka sebuah logika yang salah jika banyak yang membela Miftah dengan mengatakan bahwa guyonannya membawa berkah bagi bapak penjual es teh. Secara teknis, saya malah lebih mengapresiasi kinerja operator swicther yang sigap dan mampu memahami estetika cerita.

Sebagai yang menggeluti dunia live streaming, salah satu kesulitan yang saya rasakan adalah menerjemahkan keinginan acara yang saya buat kepada tim FoH terutama operator switcher.

Seringkali kejadian, apa yang ditampilkan ke publik tidak sesuai dengan konsep acara yang diinginkan dikarenakan operator switcher kurang memahami logika konsep acara. 

Meski tugasnya terkesan sederhana, hanya memindahkan shot dari sumber kamera satu ke kamera yang lainnya, operator switcher harus punya kepekaan dan sensitivitas yang tinggi agar cerita bisa ter-deliver dengan baik.

Miftah (kiri) dan Zaidan (kanan) (Sumber: Jatim Network)
Miftah (kiri) dan Zaidan (kanan) (Sumber: Jatim Network)

Kesimpulannya, selain memang guyonan Miftah yang dianggap sangat keterlaluan dan merendahkan martabat manusia, tentang bagaimana video itu dikemas juga menjadi faktor yang menentukan viralnya video tersebut.

Oleh karena itu, sangat wajar jika video ini bisa viral dibanding video-video Miftah yang lainnya. 

Dan semoga Habib Zaidan tidak mempertanyakan lagi kenapa video ini bisa viral. Tapi seharusnya dari video ini, bisa menjadi pelajaran bersama untuk kita senantiasa saling menghormati antar sesama manusia.

Wallahu a'lam bishawab 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun