Mohon tunggu...
Raja Lubis
Raja Lubis Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja Teks Komersial

Pecinta Musik dan Film Indonesia yang bercita-cita menjadi jurnalis dan entertainer namun malah tersesat di dunia informatika dan kini malah bekerja di perbankan. Ngeblog di rajalubis.com / rajasinema.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Belajar dari Kasus Marion Jola, Apa yang Sebaiknya Dipersiapkan Interviewer?

3 Desember 2024   11:32 Diperbarui: 4 Desember 2024   15:08 670
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pertama kali interview Acha Septriasa (Sumber: dokumentasi pribadi Raja Lubis)

Secara usia, tentu saya terpaut sangat jauh dengan Erros Djarot yang tahun ini usianya sudah lebih dari 70 tahun. Dengan kata lain, saya tidak hidup di era keemasannya. 

Tapi sebelum interview, saya lakukan beberapa hal. Mulai dari riset data yang melimpah ruah di google, membaca artikel-artikel lawas soal karya dan dirinya, hingga mendengarkan lagu-lagu ciptaannya. 

Bahkan dari riset ini saya menemukan hal baru. Semisal lagu "Badai Pasti Berlalu" yang saya tahu ketika dinyanyikan Ari Lasso pada tahun 2007, yang kemudian dirilis ulang Noah pada 2021. Ternyata pertama kali dinyanyikan oleh Berlian Hutauruk pada 1977 sebagai original soundtrack film laris berjudul sama.

2. Menyusun daftar pertanyaan

Mengapa riset penting dilakukan? Salah satu output dari riset adalah daftar pertanyaan. Menyusun daftar pertanyaan sangat penting sebagai guidance ketika kita melakukan interview agar tidak terlalu melebar dari topik yang seharusnya.

Dalam beberapa kasus interview khusus seperti Marion Jola ini, daftar pertanyaan bisa diberikan dahulu kepada narasumber untuk ditinjau dan menemukan kesepakatan bersama. 

Peninjauan daftar pertanyaan juga sebagai upaya mitigasi risiko menghindari pertanyaan yang berpotensi menimbulkan ketidaknyamanan. 

Kita bisa melihat banyak contoh di Indonesia yang selalu menanyakan masalah pribadi si narasumber, padahal konteks interview sedang membahas karya si narasumber.

Jikalau ketidaknyamanan terjadi, pastilah suasana interview menjadi canggung. Atau lebih ekstrimnya, si narasumber malah menyudahi sesi interview tersebut di tengah jalan.

3. Tanamkan mindset interview bukan starstruck syndrome

Ketika Marion Jola ditanya soal lagu dan atau pertunjukan "jazz standard" oleh Jonathan Bailey dan Jeff Goldblum, ia tidak bisa menjawab. Kemudian ia beralasan dengan mengatakan bahwa pikirannya tidak bisa diajak ke sana (baca: ngomongin jazz) karena merasa terpukau oleh persona dua aktor tersebut.

Fenomena tersebut dikenal dengan istilah starstruck syndrome. Sebuah keadaan di mana otak dan pikiran kita akan nge-blank ketika berhadapan dengan selebritis yang kita kagumi.

Entah Marion Jola memang mengalami hal tersebut, atau hanya sekadar ngeles karena ketidaktahuannya soal musik jazz, saya bisa memahami hal tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun