Saya percaya tidak ada manusia yang siap dengan kehilangan. Tapi di sisi lain, manusia harus menerima kenyataan bahwa kehilangan akan mendera siapa saja. Karena bagaimanapun juga, apapun yang terjadi dalam hidup manusia, semua hanya tentang meninggalkan dan yang ditinggalkan.
Pun juga dengan Wening (diperankan Happy Salma), seorang ibu yang mengalami kejadian tragis. Ia kehilangan Nirmala, anak perempuannya yang berusia 11 tahun, dalam kecelakaan motor. Saat itu Wening yang mengemudikan motor dengan membonceng Nirmala dan Uti Yah, ibunda Wening.
Kecelakaan tersebut mengakibatkan Uti Yah meninggal dunia, sementara Nirmala masih dalam pencarian. Meskipun sudah melibatkan Tim SAR, Nirmala tidak bisa ditemukan. Diduga kuat Nirmala sudah meninggal karena terseret arus sungai yang deras.
Tapi bagi Wening, selama ia belum bisa melihat jasad Nirmala, ia berkeyakinan bahwa Nirmala masih hidup.
Berjalan dari dua perspektif utama
Cerita Wening dan Nirmala bisa disaksikan dalam film terbaru Palari Films, Tebusan Dosa.Â
Diklaim sebagai film misteri-horor pertama Palari, Tebusan Dosa mempercayakan penyutradaraan pada Yosep Anggi Noen yang dikenal dengan gayanya yang khas. Sebagaimana tercermin dalam karya sebelumnya seperti Istirahatlah Kata-Kata, The Science of Fiction, dan 24 Jam Bersama Gaspar.
Anggi Noen pun bertindak sebagai penulis naskah yang berduet dengan penulis skenario laris, Alim Sudio.
Di atas kertas, kolaborasi triangle system (produser-sutradara-penulis naskah) yang dimiliki Tebusan Dosa, harusnya bisa menjadi suguhan yang menjanjikan. Tapi apakah filmnya berjalan sebagaimana yang saya harapkan?
Selain Wening yang menjadi protagonis utama, Tebusan Dosa juga punya protagonis lainnya yang juga jadi pemegang perspektif cerita. Dia adalah Tirta (diperankan Putri Marino), seorang kreator podcast misteri yang tertarik dengan kisah tragis yang dialami Wening. Di bagian kehidupan lainnya, Tirta adalah seorang pelatih renang bagi anak-anak.
Ketika sebuah film punya lebih dari satu perspektif, film harus bisa menarasikan keduanya secara seimbang. Mulai dari tahap perkenalan karakter, pertemuan, konflik, hingga penyelesaiannya.Â