Mohon tunggu...
Raja Lubis
Raja Lubis Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja Teks Komersial

Pecinta Musik dan Film Indonesia yang bercita-cita menjadi jurnalis dan entertainer namun malah tersesat di dunia informatika dan kini malah bekerja di perbankan. Ngeblog di rajalubis.com / rajasinema.com

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Tak Ada Michelle Ziudith di Nominasi IMAAwards 2024

15 September 2024   14:45 Diperbarui: 15 September 2024   14:45 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Still photo karakter Nisa dalam Ipar Adalah Maut/doc. MD Pictures

Salah satu penghargaan perfilman tanah air, Indonesian Movie Actor Awards (IMAAwards), akan segera digelar tahun ini. IMAAwards dengan nama awal Indonesian Movie Awards (IMA), digelar pertama kali pada tahun 2007 sebagai bentuk kekecewaan Masyarakat Perfilman Indonesia atas keputusan FFI 2006 yang memenangkan Ekskul sebagai Film Terbaik.

Selanjutnya penghargaan ini berjalan konsisten setiap tahunnya, hingga pada tahun 2016 berganti nama menjadi Indonesian Movie Actor Awards. Fokus penghargaan yang tadinya pada film dan unsurnya secara umum, kini hanya fokus pada keaktoran saja.

Perubahan ini ditengarai sebagai buntut dari kontroversi penyelenggaraan di tahun sebelumnya. Pada IMA 2015, sejumlah sineas mempertanyakan kemenangan lagu "Indonesia Negeri Kita Bersama" yang meraih Soundtrack Terfavorit. Padahal sebelumnya, saat pengumuman nominasi, lagu tersebut tidak berada di jajaran nominasi.

Kontroversi semakin panjang, karena banyak pihak mengganggap sebagai kemenangan yang disengaja. Mengingat pencipta lagu tersebut terafiliasi dengan stasiun televisi yang menyiarkan IMA. Bahkan Angel Pieters, sang penyanyi yang nggak tahu apa-apa, menjadi sasaran komentar netizen.

Semenjak pergantian nama, kategori yang tidak berkaitan langsung dengan keaktoran ditiadakan. Termasuk untuk kategori soundtrack.

IMAAwards 2024 umumkan 7 kategori terfavorit

Nominasi Film Terfavorit/doc. IMAAwards
Nominasi Film Terfavorit/doc. IMAAwards
Belum lama ini IMAAwards 2024 mengumumkan 7 kategori yakni Pemeran Utama Pria Terfavorit, Pemeran Utama Wanita Terfavorit, Pemeran Pendukung Pria Terfavorit, Pemeran Pendukung Wanita Terfavorit, Pemeran Pendatang Baru Terfavorit, Pemeran Pasangan Terfavorit, dan Film Terfavorit.

Khusus Film Terfavorit, ada 15 film yang bisa dipilih oleh warganet. Mereka adalah 13 Bom di Jakarta, Agak Laen, Badarawuhi di Desa Penari, Dua Hati Biru, Gampang Cuan, Glenn Fredly the Movie, Ipar Adalah Maut, dan Jatuh Cinta Seperti di Film-Film.

Ada juga Kang Mak (from Pee Mak), Petualangan Sherina 2, Siksa Kubur, Sleep Call, Srimulat - Hidup Memang Komedi, The Architecture of Love, dan Tuhan, Izinkan Aku Berdosa.

IMAAwards ini memiliki dua jenis pemenang yakni Terfavorit dan Terbaik. Terfavorit dipilih melalui voting, sementara Terbaik dipilih oleh dewan juri.

Adapun jajaran dewan juri yang bertugas di IMAAwards 2024 adalah produser Robert Ronny, penulis skenario Titien Wattimena, sutradara Fajar Nugros, dan empat orang aktor: Vino G. Bastian, Luna Maya, Lukman Sardi, dan Marcella Zalianty.

Mengkaget, Michelle Ziudith nggak masuk nominasi

Saya tentunya menghormati apapun keputusan dewan juri. Tapi sebagai penonton, rasanya ingin juga mengemukakan pendapat soal nominasi yang sudah diumumkan. Khususnya di kategori Pemeran Utama Wanita yang menurut saya bikin geleng-geleng kepala.

Lima aktor yang masuk di kategori tersebut adalah Aghniny Haque (Tuhan, Izinkan Aku Berdosa), Anya Geraldine (Gampang Cuan), Laura Basuki (Sleep Call), Marsha Timothy (Monster), dan Nirina Zubir (Jatuh Cinta Seperti di Film-Film).

Sejujurnya saya agak menyayangkan Michelle Ziudith yang berperan apik sebagai Nisa dalam Ipar Adalah Maut luput dari perhatian juri. Jikalau boleh dilakukan penggantian, saya memilih mengeluarkan Anya dan menggantinya dengan Michelle Ziudith.

Nominasi Pemeran Utama Wanita/doc. IMAAwards
Nominasi Pemeran Utama Wanita/doc. IMAAwards

Saya pernah belajar soal teori penjelmaan karakter berdasarkan Soliloquy Hamlet karya Shakespeare. Ungkapan yang terkenalnya adalah "To Be or Not to Be". 

Sederhananya, ketika menjalani peran seorang aktor akan dihadapkan pada dua pilihan yakni 'menjadi karakter yang dia mainkan' atau 'tidak menjadi karakter alias pura-pura'.

Itulah kenapa akting itu bukan perkara soal menggerakkan tubuh saja tapi soal menjelma menjadi sesuatu.

Karakter Nisa dalam Ipar Adalah Maut, jelas menjadi satu jelmaan yang utuh dari seorang Michelle Ziudith. Ia menjelma dengan konsisten dari segala hal yang dibutuhkan oleh karakter Nisa. Mulai dari cara berbicara, cara berjalan, cara marah, cara menangani emosi, dan apapun yang dilekatkan pada Nisa.

Sepanjang film saya melihat Nisa bukan lagi Michelle Ziudith. Hal yang sama saya rasakan pada Aghniny Haque di Tuhan, Izinkan Aku Berdosa dan Amanda Rawles di Laura.

Bandingkan dengan Anya Geraldine di Gampang Cuan!

Tentu saya tidak akan bilang bahwa performa Anya buruk, karena pada kenyataannya ia tetap bisa menyuguhkan akting yang juga bagus. Chemistry-nya bersama Vino G. Bastian yang jam terbangnya jauh lebih banyak, berhasil Anya imbangi dengan baik.

Tapi satu hal krusial yang ia tidak bisa eksekusi dengan sempurna adalah soal pelafalan dan logat dia sebagai perempuan Sunda. Di banyak bagian, bukan hanya satu atau dua bagian, performanya sangat canggung dan terasa tidak natural.

Bahkan, entah memang dari skenarionya atau memang improvisasi Anya, banyak dialog yang dicampur dengan bahasa Indonesia tapi bukan merupakan "common sense" yang biasa dituturkan oleh masyarakat Sunda.

Jika mengembalikan penilaian pada teori penjelmaan, menurut hemat saya jelas Michelle Ziudith lebih berhasil menjelmakan karakternya dibanding Anya.

Kalaupun Michelle Ziudith dirasa kurang, masih banyak pemeran utama wanita yang juga deserved masuk ke nominasi. Semisal Sha Ine Febriyanti (Budi Pekerti), Faradina Mufti (Siksa Kubur), Putri Marino (The Architecture of Love), atau Aisha Nurra Datau (Dua Hati Biru).

Tapi ya tentunya, tidak ada keputusan yang bisa memuaskan semua pihak. Apalagi ketika berbicara soal film. Bagaimanapun juga selain bekal objektif, ada peran subjektivitas manusia sebagai penilainya.

Menurut kamu gimana?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun