film yang dibintangi anak-anak' dengan 'film untuk anak-anak'. Film yang dibintangi anak-anak bisa saja secara garis besar cerita, filmnya sendiri kurang pas jika ditonton oleh anak-anak. Walaupun boleh jadi dari Lembaga Sensor Film (LSF) mendapat rating SU (Semua Umur).
Ada perbedaan mendasar antara 'Semisal Miracle in Cell No. 7, film remake asal Korea Selatan ini, karakter utamanya adalah seorang anak-anak. Tapi ceritanya tentang hukum, politik, hingga kekerasan seksual, bukanlah materi yang pas dikonsumsi oleh anak-anak.
Sementara film untuk anak-anak adalah film yang memang ramah anak dan bisa ditonton oleh anak-anak. Umumnya film yang bisa masuk kategori ini punya cerita tentang dunia anak-anak itu sendiri. Sehingga ketika menonton anak-anak akan merasa relatable (atau terhibur) dengan cerita yang tersaji di layar.Â
Petualangan Sherina (2000) dan Laskar Pelangi (2008) boleh jadi adalah dua film yang menjadi top of mind ketika berbicara soal film untuk anak-anak. Selain karena populer, dan masih jarangnya film Indonesia yang ramah anak, kedua film ini hadirkan cerita yang dekat dengan dunia anak-anak.
Tentang belajar di sekolah, liburan ke rumah kakek, bermain bersama teman, adalah beberapa contoh aktivitas yang umum dilakukan oleh anak-anak. Dengan eksekusi sinema yang bagus, cerita-cerita tersebut mampu menjadi inspirasi dan pembelajaran bagi anak-anak.
Iqro: Petualangan Meraih Bintang, film anak yang inspiratif
Selain kedua film yang saya sebutkan di atas, masih ada beberapa film Indonesia yang ramah anak dan bisa ditonton oleh anak-anak. Salah satunya adalah Iqro: Petualangan Meraih Bintang yang dirilis pada tahun 2017.
Ceritanya sendiri tentang seorang murid perempuan sekolah dasar bernama Aqila (Aisha Nurra Datau). Ia memiliki ketertarikan yang tinggi terhadap sains.Â
Suatu ketika, Aqila ingin melakukan peneropongan Pluto dari Boscha sebagai tugas sekolahnya. Mungkin mudah saja bagi Aqila melakukan ini karena sang kakek, Prof Wibowo (Cok Simbara), berprofesi sebagai astronom dan tinggal di Pusat Peneropongan Bintang Boscha.
Tapi sayangnya nggak segampang itu. Prof Wibowo membolehkan Aqila melakukan tugas sekolahnya jika dan hanya jika Aqila pandai mengaji. Selama ini, Aqila memang tidak pandai mengaji. Maka demi bisa melakukan peneropongan, ia belajar dengan sangat keras termasuk ikut pesantren kilat yang dipimpin oleh Kak Raudhah (Adhitya Putri).
Satu hal besar yang saya apresiasi dari Iqro: Petualangan Meraih Bintang adalah kemauannya memadukan agama (Islam) dengan ilmu pengetahuan sebagai tema utama cerita.
Saya kira, setelah reformasi amat sangat jarang sineas kita yang berani menarik Islam ke dalam ilmu pengetahuan. Bahkan kebanyakan, Islam ditarik ke film horor dan menjadikannya sebagai parade jumpscare murahan. Bahkan terbaru, film Kiblat menuai kontroversi karena dianggap mempermainkan salah satu rukun salat.Â
Padahal kalau kita merujuk pada Al-Quran sebagai kitab suci umat Islam dan mempelajari kandungannya, Islam bukanlah soal ibadah semata. Di dalamnya masih ada akidah/tauhid, akhlak, hukum, sejarah (kisah umat terdahulu), dan dasar-dasar ilmu pengetahuan dan teknologi.
Maka ketika sineas yang memiliki pemahaman Islam yang cukup, tidak akan membuat film berlatar Islam dengan dangkal seperti yang dilakukan kebanyakan film horor modern sekarang ini.
Iqro: Petualangan Meraih Bintang adalah contoh film Islam yang tidak dangkal jika melihat siapa pembuatnya. Film ini diproduksi oleh Masjid Salman ITB (Institut Teknologi Bandung) dan Salman Film Academy dengan mempercayakan Iqbal Alfajri sebagai sutradara.
Soal eksekusi sinema, tentu adalah hal lain lagi yang bisa kita nilai.Â
Memang eksekusinya tidak terlalu sempurna karena sang sutradara lebih senang melakukan pendekatan narasi (tekstual) daripada visual. Seperti penggambaran langit, bintang, dan alam semesta yang begitu indah, hanya dibicarakan secara lisan oleh karakter utama, dan minim sekali visualisasinya.
Tapi secara keseluruhan film ini masihlah bisa menjadi alternatif film Indonesia yang memang bisa ditonton oleh anak-anak. Dengan berlatar Islam dan ilmu pengetahuan, film ini bisa memberikan inspirasi dan pembelajaran kepada anak-anak bahwa menggapai ilmu agama dan sains harus dilakukan seimbang.
Film ini sangat menekankan bagaimana pentingnya menuntut ilmu. Hal ini sejalan dengan firman Allah SWT dalam surat Al-Mujadalah ayat 11 yang potongan artinya sebagai berikut, "Allah akan mengangkat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang berilmu beberapa derajat".
Jelas ilmu sangat penting bagi umat manusia. Karena segala sesuatu atau aktivitas harus dibarengi oleh ilmu. Tanpa ilmu, semua yang kita kerjakan akan sia-sia. Lebih jauhnya, ilmu membentuk peradaban manusia. Kehidupan yang kita nikmati saat ini, adalah buah dari ilmu pengetahuan dan teknologi.
Oleh karena itu, seharusnya film-film yang dikerjakan (dan atau memadukan) ilmu pengetahuan harus mendapat tempat di hati penontonnya.
Oia, petualangan Aqila dan kecintaannya terhadap astronomi berlanjut pada sekuel Iqro: My Universe yang dirilis pada tahun 2019. Kedua film ini bisa menjadi pilihan untuk ditonton sekeluarga selama Ramadan karena bisa memberikan pelajaran berharga sekaligus meningkatkan gairah dalam hal menuntut ilmu.
Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H