Academy Award atau yang lebih dikenal dengan sebutan Oscar ini tengah memasuki penyelenggaraannya yang ke-96 di tahun 2024. Prosesi penghargaan akan dilaksanakan pada 10 Maret 2024 di Los Angeles, Amerika Serikat, waktu setempat.
Ajang penghargaan perfilman dunia TheSebelumnya, sebanyak 23 nominasi Oscar 2024 telah diumumkan dengan perolehan tertinggi diraih oleh Oppenheimer sebanyak 13 nominasi. Disusul oleh Poor Things sebanyak 11 nominasi dan Killers of The Flower Moon sebanyak 10 nominasi.
Ketiga film tersebut pun sama-sama bersaing di kategori puncak yakni 'Best Picture (Film Terbaik)' bersama dengan film-film lainnya. Seperti Barbie, The Holdovers, dan American Fiction.
Tentunya masyarakat pencinta film dunia, sudah sangat tidak sabar menantikan siapakah peraih Film Terbaik di ajang Oscar kali ini.
Tentang Best International Feature FilmÂ
Selain kategori Best Picture, kategori yang menarik perhatian saya adalah 'Best International Feature Film'. Kategori ini diperuntukkan untuk film-film dari luar negara (Amerika Serikat) untuk sama-sama berkompetisi memperebutkan piala Oscar.Â
Lebih dari 80 negara mengirimkan film terbaiknya untuk berkompetisi di kategori Best International Feature Film (film asing). Sebanyak 15 film dipilih sebagai shortlist (kandidat nominasi). Kemudian hanya akan ada 5 film yang berhasil masuk atau secara resmi ditetapkan sebagai nominasi Best International Feature Film Oscar 2024.
Mereka adalah Io Capitano (Italia), Perfect Days (Jepang), Society of the Snow (Spanyol), The Teacher's Lounge (Jerman), dan The Zone of Interest (United Kingdom).
Siapa yang bakal memenangkan kategori ini?
Dari kelima film tersebut, saya baru nonton 2 film saja. Karena memang sulit sekali menemukan akses untuk menonton film-film tersebut. Tapi untuk menebak siapa pemenangnya, saya kira mudah saja. Prediksi saya The Zone of Interest akan melenggang mulus membawa pulang piala ini.
Film yang memberikan perspektif lain tentang pembantaian Nazi pada tahun 1940-an yang begitu kelam dan mengerikan ini, akan membuat United Kingdom pecah telur alias pertama kalinya memenangkan Best International Feature Film.
Alasan saya sederhana. The Zone of Interest merupakan satu-satunya film asing yang masuk kategori puncak Best Picture. Artinya, jika film arahan Jonathan Glazer ini diperhitungkan untuk bersanding dengan film-film Hollywood, maka secara kualitas sudah layak dibandingkan film asing lainnya. Apalagi film ini pun menyumbang 3 nominasi lainnya yakni 'Best Director', 'Best Adapted Screenplay', dan 'Best Sound'.
Data beberapa tahun terakhir juga menunjukkan bahwa film yang berada di nominasi Best International Feature Film sekaligus Best Picture, menjadi pemenang Best International Feature Film.
Pada penyelenggaraan Oscar ke-91 tahun 2018, Roma yang merupakan perwakilan Meksiko berhasil masuk nominasi Best Picture. Bahkan Roma memimpin perolehan nominasi tertinggi sebanyak 10 nominasi, bersanding dengan The Favourite yang juga peroleh jumlah nominasi yang sama.
Roma pun keluar sebagai pemenang Best International Feature Film yang kala itu namanya masih 'Best Foreign Language Film'. Sayangnya, walau dengan jumlah nominasi terbanyak, Roma tidak berhasil memenangkan kategori Best Picture.
Setahun setelahnya, pola ini terulang kembali pada penyelenggaraan Oscar ke-92 tahun 2019. Film fenomenal asal Korea Selatan, Parasite, berhasil memenangkan Best International Feature Film dan Best Pictures sekaligus. Ini kali pertama film asing bisa memenangkan film terbaik Oscar.Â
Kemenangan Parasite menjadi sejarah bagi Oscar itu sendiri serta sedikit banyak berpengaruh pada peta perfilman dunia khususnya di Asia.
Parasite yang sebetulnya hanya mengumpulkan 6 nominasi saja, dan jauh tertinggal dibanding film-film keren lainnya seperti Joker, The Irishman, 1917, dan Once Upon a Time in Hollywood ini menjadi standar baru sekaligus bare minimum untuk Best International Feature Film selanjutnya.
Prestasi Parasite memang belum bisa diduplikasi oleh film asing lainnya. Tapi soal film asing bisa masuk nominasi film terbaik, masih bertahan.Â
Pada penyelenggaraan Oscar ke-94 tahun 2022, perwakilan Jepang, Drive My Car, berhasil masuk nominasi Best Picture dan memenangkan Best International Feature Film. Begitu juga pada Oscar 2023, All Quiet on the Western Front sebagai perwakilan Jerman mengalami nasib serupa Drive My Car.
Dan dengan pola yang serupa, saya yakin The Zone of Interest akan memenangkan Best International Feature Film. Bahkan mungkin menyamai pencapaian Parasite. Who's know?
Bagaimana dengan nasib Indonesia?
Indonesia rutin mengirimkan wakil untuk Best International Feature Film sejak Oscar ke-60 tahun 1987 hingga kini. Film pertama yang dikirim adalah Nagabonar karya M.T. Risyaf.Â
Selanjutnya film-film seperti Tjoet Nja' Dhien, Daun di Atas Bantal, Biola Tak Berdawai, Gie, Sang Penari, Soekarno, Surat dari Praha, Kucumbu Tubuh Indahku, Perempuan Tanah Jahanam, dan Ngeri-Ngeri Sedap pernah menjadi wakil Indonesia untuk Oscar.
Terbaru adalah Autobiography karya Makbul Mubarak yang dikirim Indonesia sebagai perwakilan Best International Feature Film Oscar 2024.
Sayangnya, sejak pengiriman pertama kali, Indonesia belum beruntung masuk nominasi. Jangankan nominasi, shortlist pun tidak.
Ada banyak faktor yang membuat Indonesia belum berkibar di Best International Feature Film Oscar layaknya negara-negara Asia lainnya seperti Iran, India, Jepang, dan Korea Selatan.
Salah satunya adalah promo dan publikasi. Setelah komite Oscar Indonesia memutuskan film yang terpilih sebagai wakil, selanjutnya produser film tersebut seakan gerak sendiri. Negara belum sepenuhnya hadir untuk mendukung serangkaian kegiatan agar film tersebut di-notice oleh member Academy Award sebagai juri.
Semisal yang dilakukan Netflix untuk promosi film Roma. Menurut The New York Times, promosi film Roma untuk Oscar mencapai 350 miliar rupiah, yang mana biaya produksi filmnya menghabiskan dana di bawah itu yakni sekitar 250 miliar rupiah.
Dana tersebut digunakan untuk aneka macam kegiatan promosi dan publikasi. Semacam pemutaran film, kampanye iklan, diskusi & talk show televisi, dan kegiatan lainnya dengan tujuan para juri ngeh akan keberadaan film tersebut. Barulah setelah itu bicara soal kekuatan konten.
Ya, jalan menuju Oscar memang mahal. Tapi kalau nggak direncanakan dan disusun dengan baik, dan langkah kita hanya terhenti di sebatas pengumuman saja, maka seperti yang pernah dikatakan Reza Rahadian, rutinitas kita mengirim wakil ke Oscar hanya sekadar 'menjaga hubungan baik'.
Menutup tulisan ini, saya punya usulan sebaiknya Indonesia mengirimkan genre lain untuk Oscar 2025. Sejauh ini film yang dikirim sebagian besar adalah fiksi. Nggak ada salahnya, Indonesia mencoba mengirimkan genre dokumenter. Dan Eksil karya Lola Amaria bisa dipertimbangkan.
Usul saya ini bukan tanpa alasan. Seenggaknya dalam 10 tahun terakhir penyelenggaraan Oscar, ada negara yang mengirimkan dokumenter berhasil masuk nominasi 'Best Documentary Feature Film' walaupun nggak masuk nominasi Best International Feature Film.
Contoh paling terbaru adalah dua dokumenter yakni 20 Days in Mariupol (Ukraina) dan Four Daughters (Tunisia) yang sama-sama berkompetisi di Best Documentary Feature Film Oscar 2024.
Siapa tahu lewat Eksil, negara kita bisa pecah telur di ajang Oscar. Sekaligus menjadi pembuka jalan untuk perfilman Indonesia semakin berkibar di kancah internasional. Â
Menurut kamu, gimana Oscar 2024?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H