"Marhaban Tiba, Marhaban Tiba, Marhaban ya Ramadan, Marhaban ya Ramadan..."
Kalau kamu merasa ada kesalahan dalam kalimat di atas, ya kamu memang benar. Selain iklan sirup yang mulai bermunculan di televisi, tanda-tanda Ramadan semakin dekat adalah viralnya kembali video salah lirik Iis Dahlia dalam satu penampilannya.
Tapi lupakanlah dulu soal 'Marhaban Tiba'-nya Iis Dahlia. Jelang Ramadan yang hanya tinggal hitungan jam ini, kita semua terutama umat Islam wajib menyambutnya dengan gembira. Pasalnya, di bulan ini banyak pahala dan keberkahan yang bisa kita kejar dari mengerjakan amal-amal baik selama Ramadan.
Fisik dan mental harus dipersiapkan dengan sebaik-baiknya. Hal lain yang yang nggak boleh terlupa sebagai persiapan puasa, adalah persiapan duit alias pendapatan. Studi menunjukkan pengeluaran rumah tangga selama Ramadan malah meningkat dibanding bulan biasanya. Lha kok bisa?
Contoh sederhananya adalah pengeluaran untuk belanja makanan pembuka puasa. Segala macam aneka makanan dan minuman bisa dibeli. Mulai dari gorengan, es campur, kurma, sop buah, dan lain sebagainya. Kadang hawa nafsu kita pengin berbuka puasa dengan ini & itu, akhirnya segala dibeli. Pengeluaran membengkak, makanan pun terbuang.
Oleh karena itu, penting sekali mengatur pos pengeluaran dengan baik agar tidak membengkak dengan menentukan skala prioritas.
Berikut beberapa pos pengeluaran yang sebaiknya disiapkan jelang Ramadan. Cekidot!
Utamakan zakat fitrah. Pos pertama yang saya perhatikan adalah pengeluaran untuk zakat fitrah. Hukum membayar zakat fitrah ini adalah wajib bagi setiap muslim yang syarat & ketentuannya sudah diatur. Jangan sampai kita sudah berpuasa sebulan penuh, tapi lupa membayar zakat fitrah.
Saya sendiri biasanya membayar zakat fitrah di Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) di tingkat kota yang dikelola oleh RT setempat. Kebetulan ketua RT di tempat tinggal saya juga adalah pengurus masjid dan terbiasa mengelola zakat fitrah. Mengenai besaran uangnya sudah ditentukan oleh Baznas yang setiap daerah tempat tinggal bisa saja berbeda.
Jika masih memiliki kelebihan rezeki, kita juga bisa sedekah berbarengan dengan zakat fitrah. Misal jika besaran zakat fitrah ditentukan sebesar Rp.42.000,-/orang, dan kita memberikan uang 50 ribu tanpa kembalian, maka 8 ribu sisanya bisa dianggap sebagai infak/sedekah.
Kedua, pos biaya tetap bulanan. Yang masuk dalam kategori ini adalah biaya listrik, air, atau cicilan rumah bagi yang masih nyicil atau biaya sewa bagi yang masih kost atau ngontrak. Pos pengeluaran ini tetap harus jadi prioritas, karena selama Ramadan nggak ada dispensasi tunggakan. Pengeluaran rutin harus tetap dibayar tepat waktu.
Ketiga, soal gaya hidup selama Ramadan. Nggak bisa dipungkiri, manusia sebagai makhluk sosial punya gaya hidup yang 'berbeda' selama Ramadan. Salah satunya adalah soal bukber (buka bersama). Entah itu bersama rekan kerja, reuni teman kuliah, atau bahkan reuni teman-teman sekolah.
Ada saja undangan bukber yang kadang berubah jadi ajang 'pamer kesuksesan'. Dimulai dengan pertanyaan, "eh kamu sibuk apa sekarang?", malah berujung pada kesenjangan di antara peserta bukber.
Esensi bukber seharusnya mempererat tali silaturahim, bukan malah memperlebar jurang pertemanan.Â
Saya sendiri sangat selektif ketika menghadiri undangan atau ajakan bukber. Jika sekadar reuni dengan teman-teman yang sebelumnya hampir tidak pernah berkomunikasi secara intens, saya cenderung tidak hadir.
Pun juga sebagai blogger, biasanya bulan Ramadan banyak undangan bukber dari korporasi, komunitas, atau klien. Saya biasanya memilih yang jadwal acaranya selesai di buka puasa bersama atau habis Magrib. Kalau acaranya baru dimulai setelah Magrib dan bisa selesai di atas jam 8 malam, saya cenderung menolak.
Terlepas dari esensinya, bukber ini mau nggak mau bakal nambah pos pengeluaran kita. Mulai dari transportasi ke tempat acara hingga belanja untuk makanan & minuman selama bukber.
Selain soal bukber, pos pengeluaran lain yang masuk dalam kategori gaya hidup Ramadan adalah amplop THR buat bocil-bocil di keluarga besar. Duh, dulu kayaknya saya yang datang ke rumah paman dan bibi sambil berharap amplop, kini saya yang harus menyediakan.
Pos pengeluaran ini juga bertambah besar biayanya bagi saya yang melakukan agenda mudik. Biaya tiket pesawat, transportasi lokal, hingga oleh-oleh cukup menguras pembiayaan dari pos ini. Bahkan bisa dibilang, pos pengeluaran terbesar selama Ramadan adalah keseluruhan biaya mudik.
Keempat, perlu bersiap-siap untuk biaya yang tak terduga. Maksudnya adalah pengeluaran yang tiba-tiba meningkat yang faktor penyebabnya tidak bisa dikontrol oleh kita. Salah satunya adalah kenaikan harga barang dan atau bahan makanan yang biasanya melonjak drastis selama Ramadan dan Idulfitri.
Tentunya, kenaikan harga ini akan sangat mempengaruhi pos pengeluaran. Jadi, semisal biasanya kita menganggarkan sekian rupiah untuk bahan makanan, sebisa mungkin alokasikan hingga dua kali lipatnya sebagai antisipasi dari kenaikan harga.
Bagaimana cara saya mempersiapkan pos pengeluaran?
Terkait hal ini dan sebagai bentuk mitigasi, saya sudah mempersiapkan diri jauh sebelum Ramadan. Setiap bulan saya rutin menabung yang murni diperuntukkan untuk kebutuhan Ramadan. Karena saya sadar sepenuhnya, penghasilan selama Ramadan tidak jauh berbeda dengan penghasilan di luar Ramadan.
Sementara pengeluaran selama Ramadan, hampir dipastikan meningkat dibandingkan pengeluaran di luar Ramadan. Kalau tidak dengan menabung sebelumnya, bisa-bisa malah lebih besar pasak daripada tiang.
Selain itu, saya juga memangkas biaya-biaya langganan seperti platform OTT untuk nonton film. Jika di bulan biasanya saya bisa langganan lebih dari 3 OTT per bulannya, di Ramadan bisa saja sama sekali tidak berlangganan. Saya pun mengalihkan dana nonton film di bioskop untuk pos pengeluaran yang sudah saya sebutkan di atas.
Kalau kamu, gimana cara kamu mempersiapkan keuangan Ramadan? Share di komentar yuk!
Selamat menjalani ibadah puasa di bulan Ramadan. Semoga kita tetap sehat fisik, mental, dan juga keuangannya selama Ramadan ini.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H