Ia juga peduli pada pemberdayaan perempuan, pendidikan, dan ekonomi kreatif. Dari hasil penelusuran, Desy beberapa kali mengadakan acara seminar dan pelatihan yang dikhususkan untuk perempuan agar bisa berdaya saing dan mandiri.
Alasan lain memilih Desy waktu itu karena caleg-caleg populer dari partai lain, sudah terlalu lama duduk di Senayan. Saya sendiri menganut pemikiran bahwa anggota dewan cukup dua periode saja. Meski itu aturan yang saya buat dan taati sendiri, hehe.
Pada Pemilu 2019, keikutsertaan Desy adalah yang kedua kalinya. Makanya, saya tidak memilihnya kembali pada Pemilu 2024. Dan sayangnya, Desy berpotensi gagal ke Senayan karena perolehan suara partainya yang kurang.
Kesimpulannya, artis parlemen memang kebanyakan hanya sebagai vote getter bagi partai. Tentunya tanpa mengesampingkan caleg artis yang memang betul-betul ingin mengabdi dan menyuarakan suara rakyat, bukan sekadar menjadikan dewan sebagai pekerjaan semata.
Soal persepsi apakah artis boleh nyaleg atau tidak, sebaiknya kita sendiri selaku pemilih yang selektif dalam memilih caleg artis. Tiga parameter yang saya sebutkan bisa dijadikan acuan.
Semoga bermanfaat!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H