Saya juga pernah memilih caleg artis pada Pemilu 2019. Tapi bukan karena bingung. Saya tetap memperlakukan caleg artis sama dengan caleg lainnya. Saya tetap melakukan penelusuran atau background check ketika memilih caleg. Soal siapa caleg artis yang saya pilih, jawabannya ada di akhir tulisan ini.
Berikut beberapa pertimbangan yang saya lakukan hingga akhirnya saya memutuskan memilih caleg artis:
Pertama soal latar belakang pendidikan. Saya memilih caleg yang memiliki pendidikan minimal S2. Tanpa mengesampingkan caleg lain yang memiliki pendidikan lebih rendah dari S2, saya merasa bahwa pendidikan itu sangat penting. Terutama kaitannya dengan pola pikir.
Di Senayan nanti, para caleg ini akan lebih banyak menggunakan otak dan pikirannya untuk merumuskan kebijakan-kebijakan yang tentunya harus berpihak pada rakyat. Nah, hasil dari pikiran mereka ini adalah suara-suara mereka di parlemen yang seharusnya bisa kita dengar.Â
Sayangnya, kita bisa melihat bahwa kebanyakan caleg artis yang sudah duduk di Senayan hampir tidak pernah terdengar suaranya. Saking tidak pernah terdengar suaranya, suara Mulan Jameela soal kompor listrik saja menjadi viral dan mendapat pujian dari masyarakat.
Masyarakat bilang, "ya yang penting ada ide atau suaranya". Serendah itukah bare minimum kita terhadap caleg artis?
Tapi ya benar adanya. Saking kita kesulitan mendapatkan kesempatan ngobrol langsung (selain saat kampanye), sulit menemukan statement caleg artis yang bisa kita nilai, atau pemikiran-pemikirannya yang tertulis sesederhana dalam blog atau web pribadi, membuat kemunculan suara Mulan Jameela seakan angin segar.
Nah, kalau kesulitan mencari pemikiran caleg artis, seenggaknya bisa menjadikan latar belakang pendidikan menjadi salah satu parameter yang bisa dipertimbangkan.
Kedua tentang track record keartisannya. Yang saya maksud track record di sini bukan hanya soal karya mereka yang banyak dan disukai, tapi juga korelasinya terhadap gagasan yang ia bawa selama menjadi caleg.
Kita tahu pelawak Uya Kuya adalah pelawak yang terkenal dengan hipnotisnya. Tapi apakah sebelum ini ia pernah menyuarakan soal-soal sosial di masyarakat? Atau pernah ia menelurkan karya yang bersinggungan dengan kepentingan masyarakat banyak?
Atau emak-emak yang saban hari nongkrongin televisi, pasti kenal dengan pemain sinetron muda Verrel Bramasta. Apakah ia pernah turut serta memberikan pendapat soal konflik Palestina-Israel misalnya? I think, No! Aktivitas Verrel di media sosial dipenuhi oleh konten joget.Â