Yang pertama saya lakukan adalah memasukkan nama mereka di kolom pencarian google. Hasilnya, nama mereka semuanya ada di google, tapi tidak semuanya berisi rekam jejak. Kebanyakan isinya hanya berita atau informasi bahwa mereka adalah calon DPD RI 2024.
Kedua, saya mengeliminasi calon yang pernah terafiliasi dengan partai politik. Jangan salah, walau DPD itu jalur independen, tapi banyak calon DPD yang sebelumnya jadi Caleg DPR tapi gagal. Di Indonesia ini 'kan unik. Kalah jadi gubernur/walikota saja, masih bisa nyalon untuk legislatif. Bahkan kebanyakan berakhir dengan kemenangan, karena masih mendapat berkah elektoral dari kegagalannya di pemilihan gubernur/walikota.
Ketiga, saya sudah pasti tidak akan memilih Komeng atau Jihan Fahira. Bukan, bukan karena rekam jejak mereka tak bagus. Tapi karena saya sudah prediksi mereka berdua akan mendapat banyak suara karena keartisannya. Dan juga track record mereka di dunia keartisan bisa dibilang cukup baik, nyaris tanpa kontroversi yang negatif dan sensasional.
Singkat cerita, akhirnya saya punya empat calon DPD RI Jawa Barat yang menurut saya betul-betul mewakili kedaerahan, independen, dan juga punya program yang sejalan dengan rekam jejaknya.
Empat calon inilah yang saya diskusikan kembali dengan ibu saya. Saya tidak memaksa ibu saya untuk memilih siapa, dan saya pun tidak tahu akhirnya ibu saya memilih yang mana di bilik suara.
Sementara saya menjatuhkan pilihan pada calon DPD RI penyandang disabilitas. Di surat suara pun ada tanda 'seperti kursi roda' yang menunjukkan calon tersebut adalah penyandang disabilitas.
Saya memilihnya bukan hanya karena semata-mata ingin memberikan kesempatan kepada penyandang disabilitas, tapi rekam jejaknya juga yang membuat saya percaya akan program-programnya.
Ia senantiasa menyuarakan hak-hak penyandang disabilitas dan lansia, yang selama ini menurutnya belum terpenuhi secara menyeluruh. Sederhana saja saya menilainya. Jika pekerja film menyuarakan hak-hak pekerja terutama soal jam kerja, saya gampang kok buat percaya. Begitu juga dengan calon yang saya pilih ini.
Ketika penyandang disabilitas menyuarakan hak-hak disabilitas, ya tentu saya percaya. Dan pilihan saya ini juga sekaligus komitmen saya mendukung inklusivitas.
Sebetulnya, sebelum akhirnya saya memutuskan memilihnya, ada satu kandidat lain yang juga layak saya perhitungkan. Ia fokus kepada masalah kesehatan masyarakat. Menurutnya, masyarakat bisa mendapat hak lebih tinggi atas kesetaraan pelayanan kesehatan.