film-film yang sedang beredar di bioskop. Alhasil saya cukup kaget, karena film Kupu-Kupu Kertas menghilang dari jadwal bioskop. Fenomena ini boleh dibilang biasa saja, karena jika sebuah film kalah bersaing dengan film lainnya yang sedang beredar, akan dikurangi layarnya.
Seperti biasa rutinitas setiap pagi adalah mengecek jadwal terbaruTapi melihat show time Kupu-Kupu Kertas yang pada hari sebelumnya kebagian jadwal yang masih terhitung banyak, per hari ini totally menghilang seluruhnya. Kenapa?
Kupu-Kupu Kertas tayang perdana pada Rabu, 7 Februari 2024, berbarengan dengan film horor Munkar dan romansa komedi Pasutri Gaje. Sementara seminggu sebelumnya tayang film komedi horor Agak Laen dan film horor Kereta Berdarah. Serta satu dokumenter pemenang piala citra Festival Film Indonesia (FFI) 2023, yakni Eksil karya Lola Amaria.
Kecuali Eksil yang terkesan 'dianaktirikan', kelima film lainnya memang rebutan show time. Dan itu sangat wajar karena masing-masing rumah produksi kelima film tersebut punya track record pernah menghasilkan film-film laris yang tentunya menguntungkan pihak bioskop.
Beruntung Eksil bernasib baik. Meski sejak awal di Bandung hanya tayang di XXI TSM, Eksil masih bertahan dengan full show time sampai hari ini yang merupakan hari penayangannya yang kesepuluh. Justru Kupu-Kupu Kertas yang baru tiga hari tayang, mendadak hilang.
Tentu ini bukanlah perkara semata persaingan atau perebutan layar, tapi saya menduga penarikan Kupu-Kupu Kertas terkait kondisi politik yang terjadi saat ini di negara kita.
Kenapa bisa begitu? Saya akan memulainya dengan sinopsis Kupu-Kupu Kertas.
Film arahan Emil Heradi ini bercerita tentang kisah romansa dua orang manusia yakni Ning (Amanda Manopo) dan Ikhsan (Chicco Kurniawan). Tentunya nggak ada masalah dengan cerita romansa, tapi soal siapa dan bagaimana latar belakang mereka, itu yang bisa jadi bahan perdebatan.
Ning dan Ikhsan berasal dari keluarga yang berbeda. Ning berasal dari keluarga simpatisan PKI (Partai Komunis Indonesia), sementara Ikhsan berasal dari keluarga NU (Nahdlatul Ulama).Â
Situasi semakin rumit dan tak terkendali kala ayah Ning terlibat kekerasan dalam kasus penguasaan tanah. Tak hanya itu, ayah Ning dan kaki tangannya menyergap dan membunuh keluarga Ansor (pemuda NU), termasuk di dalamnya adalah kakaknya Ihsan.
Hal ini memicu keluarga Ihsan untuk balas dendam dan mengambil tindakan terhadap PKI. Ketegangan antar kedua kelompok ini makin panas tatkala tersiar kabar bahwa sejumlah jenderal diculik oleh PKI.