Mohon tunggu...
Raja Lubis
Raja Lubis Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja Teks Komersial

Pecinta Musik dan Film Indonesia yang bercita-cita menjadi jurnalis dan entertainer namun malah tersesat di dunia informatika dan kini malah bekerja di perbankan. Ngeblog di rajalubis.com / rajasinema.com

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Musuhan Gara-gara Pilpres? Yang Bener Aje, Rugi Dong!

6 Februari 2024   09:29 Diperbarui: 6 Februari 2024   17:46 1285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sesi terakhir Debat Capres dan Cawapres. (Sumber: ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/aa)

Sebelum hari pencoblosan, KPU sudah menetapkan masa tenang kampanye selama tiga hari yakni pada tanggal 11-13 Februari 2024. Di masa tenang ini, para peserta politik tidak boleh melakukan kampanye dalam bentuk apapun. 

Dan tentunya Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) akan melakukan pengawasan terhadap kegiatan kampanye yang dilakukan di masa tenang.

Walau secara khusus subjek yang dimaksud adalah para peserta politik, kita sebagai masyarakat sebaiknya juga menghormati masa tenang ini dengan tidak melakukan kegiatan yang berkaitan dengan pemilu. 

Terutama di media sosial, kita tidak perlu lagi membuat pernyataan-pernyataan yang berpotensi menimbulkan kegaduhan. Apalagi sampai menyebarkan fitnah dan atau berita bohong.

Sebaiknya masa tenang ini kita gunakan untuk memantapkan pilihan. Nggak ada salahnya untuk memeriksa kembali apakah pilihan kita ini sudah yang paling sesuai nurani atau tidak. Karena ya, soal hati itu mudah sekali berpindah dan berganti.  

3. Selalu sisakan ruang skeptisisme untuk para capres

Prinsip skeptisisme adalah salah satu prinsip yang selalu saya tanamkan diri ketika memilih presiden dan wakil presiden. Secara umum, skeptisisme bisa diartikan sebagai sikap mempertanyakan atau mencurigai segala sesuatu karena adanya keyakinan bahwa segala sesuatu bersifat tidak pasti.

Tentunya, dalam konteks Pemilu 2024, pengertian mempertanyakan atau mencurigai bukanlah curiga tak berdasar pada personal para paslon yang malah membuat kita memfitnah mereka. Sepenuhnya kita harus menyadari bahwa mereka juga adalah manusia biasa yang memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.

Jadi sikap skeptisisme ini harus didasarkan pada visi-misi atau program kerja yang ditawarkan oleh para paslon. 

Contoh sikap skeptisisme terhadap program adalah soal tidak begitu saja menerima program-program tersebut dengan mudah alias 'iya-iya saja'. 

Saya tidak begitu. Misalnya ketika paslon 03 memberikan program pendidikan gratis '1 Keluarga Miskin 1 Sarjana', saya tetap mempertanyakan beberapa hal.

Beberapa yang saya pertanyakan adalah soal apa yang menjadi dasar sebuah keluarga disebut 'miskin', mengingat bantuan sosial (bansos) pun terkadang menyasar orang-orang yang berkecukupan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun