Mohon tunggu...
Raja Lubis
Raja Lubis Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja Teks Komersial

Pecinta Musik dan Film Indonesia yang bercita-cita menjadi jurnalis dan entertainer namun malah tersesat di dunia informatika dan kini malah bekerja di perbankan. Ngeblog di rajalubis.com / rajasinema.com

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Debat Capres Kelima, Debat Terakhir yang Penting Banget Buat Saya

4 Februari 2024   17:25 Diperbarui: 4 Februari 2024   17:55 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi debat pamungkas/doc. voi

Nggak terasa hanya tinggal menghitung hari saja, kita akan melaksanakan pemilihan presiden dan wakil presiden Indonesia yang baru untuk periode 2024-2029. Apakah saya sudah menentukan pilihan? Jujur saja, saya belum memantapkan pilihan. 

Dan kiranya debat capres kelima yang merupakan penutup rangkaian debat capres-cawapres ini akan menjadi pertimbangan terakhir saya dalam mengambil keputusan.

Bagi sebagian orang, kegiatan debat capres-cawapres yang diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) ini, mungkin tidak berpengaruh terhadap siapa paslon pilihannya. Tapi bagi saya, debat ini tetap menarik untuk diikuti agar bisa mengetahui sejauh mana visi, misi, dan gagasan para paslon dalam mengatasi permasalahan bangsa.

Kenapa debat pamungkas ini penting buat saya?

Debat capres terakhir akan dilaksanakan pada Minggu malam, 4 Februari 2024. Tema yang diambil di antaranya adalah soal pendidikan, kebudayaan, dan teknologi informasi. Dan ketiga tema tersebut adalah tema yang dekat dengan keseharian saya. Entah itu terkait pekerjaan, komunitas, ataupun hobi. 

Tentunya setiap orang punya konsen sendiri terhadap bidang tertentu yang sesuai dengan pekerjaan dan atau latar belakangnya. Misal tenaga kesehatan atau dokter, tentu wajar jika berpihak pada paslon yang lebih konsen terhadap dunia kesehatan. Atau aktivis lingkungan lebih memilih paslon yang punya konsen terhadap kelestarian lingkungan. Dan itu sangat sah-sah saja.

Terkait hal tersebut, saya sudah membaca visi-misi para paslon, mengikuti kegiatannya di media sosial, dan tentunya mempelajari program-programnya yang terkait dengan tema debat kali ini.

Sejauh ini, hanya ada dua capres yang saya pertimbangkan yakni Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo. Keduanya punya program dan gagasan yang sangat peduli terhadap pendidikan, kebudayaan, dan teknologi informasi.

Saya bahas Anies Baswedan terlebih dahulu. 

Beberapa waktu lalu saya menonton live diskusi Anies dengan Badan Perfilman Indonesia (BPI) yang membahas tentang strategi memajukan perfilman Indonesia. Acara ini seakan menjawab kritik saya soal industri pop culture yang sempat disinggung di debat capres ketiga. Dengan kata lain, diskusi ini menjabarkan lebih detail apa yang akan Anies lakukan untuk memajukan perfilman ketika ia terpilih jadi presiden.

Gagasan Anies untuk film Indonesia/screenshoot saat acara
Gagasan Anies untuk film Indonesia/screenshoot saat acara

Anies memang punya kemampuan komunikasi yang sistematis dan terstruktur. Programnya untuk memajukan perfilman Indonesia ia kemas dalam tajuk 'Memajukan Perfilman Indonesia dalam 5 Babak'. Tentunya saya tidak akan bahas semua programnya di sini, saya akan bahas sedikit saja yang menurut saya urgen dan selaras dengan permasalahan yang terjadi.

Program yang akan saya bahas adalah soal mendirikan pusat sinema selain di Jakarta. Anies menyebutkan kota Jogjakarta dan Makassar sebagai contohnya. Dengan penyebutan dua kota ini sebagai contoh, saya menilai Anies memang melakukan riset data yang sangat dalam dan realistik.

Saya merasa dua kota ini memang yang paling siap secara infrastruktur dan sumber daya manusia untuk dijadikan pusat sinema.

Mungkin saya jelaskan dulu kenapa pusat sinema ini penting demi tumbuhnya perfilman Indonesia. Saya ambil gambaran dengan perfilman di negara India.

Banyak dari kita menganggap jikalau Bollywood adalah sebutan lain untuk industri film India. Padahal Bollywood hanyalah salah satu pusat perfilman India yang beraktivitas di Mumbai. Selain Bollywood masih ada Tollywood yang berpusat di kota Nagar, atau yang berbahasa Tamil di Kadombakkan.

Dengan adanya pusat sinema di berbagai kota di sebuah negara, bisa menciptakan lapangan kerja yang merata bagi para pelaku perfilman. Sineas-sineas daerah tidak perlu lagi memandang Jakarta sebagai pusat industri yang berkilauan emas, karena mereka bisa berkarya di daerah masing-masing dengan sarana dan prasarana yang sama.

Lebih jauh dari itu, pengaruhnya terhadap karya yang dibuat akan menjadi lebih beragam. Pusat-pusat sinema bisa menghadirkan cerita dengan kearifan lokal masing-masing dari sudut pandang mereka sendiri. Selama ini, banyak film Indonesia yang bercerita tentang daerah di luar ibukota, tapi sudut pandang yang digunakan masih Jakartasentris. 

Cukup dulu preview program untuk Anies. Mari kita beralih ke Ganjar!

Setiap kali saya melihat video testimoni para siswa yang berhasil menjadi alumni SMKN Jateng, saya selalu saja menitikkan air mata. SMKN Jateng ini adalah sekolah yang didirikan Ganjar selama menjadi Gubernur Jawa Tengah yang dikhususkan untuk warganya yang kurang beruntung secara ekonomi.

Semua biayanya ditanggung oleh pemerintah. Terlebih mereka yang bersekolah di sini disediakan pula asrama gratis. Lulusannya banyak yang bekerja di luar negeri, dan setidaknya sudah bisa meningkatkan ekonomi keluarganya. Sesederhana bisa merenovasi rumah orangtua mereka.

Dari sini saya tertarik program yang ditawarkan Ganjar ke depannya yakni '1 Keluarga 1 Sarjana'. Sasarannya sama. Mereka-mereka yang kurang beruntung dalam hal ekonomi. Program ini bertujuan agar salah satu anggota keluarga mereka yang menjadi sarjana, diharapkan bisa menjadi lokomotif dalam hal perbaikan ekonomi keluarga.

Buat saya ini program yang mulia. Karena memang pada faktanya banyak masyarakat yang kesulitan mengakses pendidikan itu dikarenakan ketiadaan atau kurangnya biaya. Jadi saya heran, kenapa seorang presiden bisa kaget kalau persentase lulusan S2 dan S3 itu sangat rendah. Lha, akses ke SMA saja nggak semua rakyat mampu kok.

Program Ganjar untuk pendidikan Indonesia/doc. Republika
Program Ganjar untuk pendidikan Indonesia/doc. Republika

Saya percaya baik Anies Baswedan ataupun Ganjar Pranowo punya hati yang tulus untuk rakyat Indonesia. Tapi bagaimanapun juga, ketika siapapun dari mereka yang terpilih, tidak akan dengan mudah melaksanakan program-program yang sudah mereka canangkan. Terutama soal skala prioritas, program mana yang harus didahulukan dalam 100 hari periode kerja mereka.

Oleh karena itu, saya selalu menyisakan ruang skeptisisme bagi para capres. Saya tidak terlalu fanatik mendewakan mereka secara personal. Karena bagaimana pun juga mereka adalah manusia biasa sama seperti saya. Yang akan selalu saya kawal dan kritisi adalah soal program kerja, gagasan, dan pelaksanaannya.

Apakah akhirnya saya akan berlabuh ke Anies atau Ganjar? Semua itu tergantung substansi yang akan mereka sampaikan di debat malam ini. Selamat menyaksikan! 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun