Mohon tunggu...
Raja Lubis
Raja Lubis Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja Teks Komersial

Pecinta Musik dan Film Indonesia yang bercita-cita menjadi jurnalis dan entertainer namun malah tersesat di dunia informatika dan kini malah bekerja di perbankan. Ngeblog di rajalubis.com / rajasinema.com

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

"Pemukiman Setan", Horor Seru dan Sadis, tapi Lemah di Penceritaan

29 Januari 2024   11:16 Diperbarui: 29 Januari 2024   18:58 1016
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bahkan, untuk menggambarkan adegan Zia yang singkat itu, film masih sempat membangun perjalanan karakternya dengan menunjukkan kekalahan Zia saat lomba lari. Benar-benar bikin menyentuh!

Jika dibandingkan dengan Alin, aksi Zia ini jelas lebih heroik dan membuat saya empati. Ia mati karena kalah berjuang bukan karena mati ketakutan. Sementara Alin sang protagonis utama, ia terlihat dan menjadi lebih kuat karena mendapat senjata yang tepat. Itu pun senjatanya diperoleh tanpa perjuangan yang berarti.

Buat saya, menggampangkan perjuangan protagonis serta melupakan journey karakternya adalah 'kesalahan' besar yang dilakukan Pemukiman Setan. Akibatnya, saya sulit sekali menaruh empati pada Alin meskipun pada akhirnya dia adalah sang jagoan yang bisa mengalahkan Sukma.

Saya lebih terharu pada mereka bertiga/doc. Magma Entertainment
Saya lebih terharu pada mereka bertiga/doc. Magma Entertainment

Selain itu, Pemukiman Setan terlalu sibuk membangun kisah lain soal masa lalu kerajaan dan Mbah Sarap, sampai-sampai ia melupakan detail motivasi dari premis utama film ini.

Saya boleh saja berbaik sangka, cerita-cerita soal Mbah Sarap yang diungkapkan oleh Urip (Teuku Rifnu Wikana) bisa jadi modal utama jika film ini punya sekuel. Tapi sayangnya, cerita soal ini nggak banyak membantu film jadi kesatuan cerita yang utuh.

Sementara yang saya maksud film ini melupakan detail motivasi adalah sesederhana bagaimana para perampok mempertahankan barang rampokannya. Dalam keadaan segenting apapun, mereka akan tetap berusaha mempertahankan barang rampokannya karena itulah yang mereka anggap berharga.

Maksud saya soal barang rampokan, bisa dicermati di satu adegan berikut ini.

Di akhir-akhir film, ada satu dialog Gani yang menyuruh Alin pergi dari rumah tersebut, "Kamu pergi. Ada uang yang saya simpan di rumah. Kamu bisa pakai itu". 

Alih-alih menyuruh Alin pergi dan meminta mengambil uang tabungan Gani, lebih make sense jika adegan akhir tersebut diganti dengan adegan Gani menyerahkan uang curiannya. Karena memang hanya Gani yang berhasil menemukan gepokan uang di rumah tersebut.

Kalau pada akhirnya uang yang dipakai adalah uang Gani, ya ngapain mereka ngerampok istilahnya. Dan hal ini malah menimbulkan pertanyaan lain. Memang seberapa banyak sih uang tabungan Gani sehingga bisa membuat Alin pindah rumah dan membayar lunas utang orangtuanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun