film Hamka, saya sangat excited sekali. Hamka adalah salah satu sosok pengarang yang saya kagumi. Mengenal Hamka pertama kalinya lewat 'Di Bawah Lindungan Ka'bah' yang saya baca waktu SMP kelas 2.
Sejak pertama kali mendengar proyek mengenaiSaat itu saya 'dipaksa' mengikuti lomba cerdas cermat sastra Indonesia tingkat SMP sebagai perwakilan dari sekolah. Sama sekali saya tidak mengenal sastra saat itu, sehingga guru bahasa Indonesia saya memutuskan mengurung saya di perpustakaan selama 7 hari.
Ya, saya tidak ikut kegiatan belajar mengajar seperti siswa lainnya, tapi membuka satu per satu roman-roman terkenal seperti 'Si Jamin dan Si Johan', 'Azab dan Sengsara', 'Robohnya Surau Kami', 'Layar Terkembang', hingga 'Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma'.
Jadilah saya tidak hanya berkenalan dengan Hamka saja, tapi juga dengan Merari Siregar, AA. Navis, Sutan Takdir Alisyahbana, dan beberapa pengarang lainnya, utamanya angkatan Balai Pustaka.
Perjalanan panjang di balik film Hamka
Di industri film kita, sudah ada dua film yang diilhami dari karya-karya Hamka. Yakni Di Bawah Lindungan Ka'bah (2011) dan Tenggelamnya Kapal Van der Wijck (2013). Sekadar informasi, judul yang saya sebut pertama, terpilih sebagai wakil Indonesia untuk berkompetisi di Best International Feature Film (Film Berbahasa Asing Terbaik) dalam ajang Oscar ke-84 tahun 2012.
Kehadiran kedua film tersebut cukup disambut baik oleh penonton, baik dari sisi apresiasi festival film maupun jumlah penonton. Sangat wajar jika setelahnya, produser merasa perlu memperkenalkan sosok hebat di balik cerita asli kedua film tersebut kepada masyarakat.
Pertama kali saya mendengar proyek Hamka dari Chand Parwez Servia, produser Starvision, yang akhirnya menggarap film Hamka bersama Falcon Pictures. Saya agak lupa tahun berapa persisnya, tapi yang jelas jauh sebelum pandemi.
Hingga pada awal 2019, proyek Hamka diumumkan pertama kalinya ke publik dengan memperkenalkan aktor Vino G. Bastian sebagai Hamka dan Laudya C. Bella sebagai Siti Raham, istri Hamka.
Saya agak terkejut, karena berdasarkan bisik-bisik yang insya allah valid, bukan Vino aktor yang dibidik untuk memerankan Hamka sebelumnya. Kalian ada yang bisa nebak siapa? Pasti ketebak lah! Hehe.
Cerita kita persingkat saja. Setelah menunggu lebih dari 4 tahun, akhirnya Starvision dan Falcon Pictures merilis trailer Hamka yang dibagi ke dalam 3 volume pada awal 2023.
Volume 1 bercerita tentang perjuangan Hamka sebelum Indonesia merdeka sampai sesaat setelah Indonesia merdeka. Volume 2 melanjutkan perjuangan Hamka setelah Indonesia merdeka dan ketika Belanda datang kembali ke Indonesia. Sementara volume 3 bercerita tentang masa kecil Hamka.
Setelah menonton ketiga trailer Hamka tersebut, ekspektasi saya melambung tinggi. Saya memang selalu suka film biopik tokoh-tokoh terkenal, karena banyak pelajaran dan inspirasi yang bisa diambil dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Dirilislah perdana Buya Hamka Vol. 1 pada 19 April 2023 sebagai salah satu film Indonesia lebaran 2023. Film yang turut juga dibintangi oleh aktor senior Donny Damara dan Desy Ratnasari ini berhasil finish dengan 1,2 juta penonton.
Delapan bulan kemudian, kisah Hamka berlanjut dalam Hamka & Siti Raham Vol. 2 yang rilis perdana pada 21 Desember 2023. Tapi sayangnya, volume 2 ini kurang diminati penonton. Terakhir saya lihat, film ini hanya ditonton oleh sekitar 300 ribuan penonton saja.
Angka yang sangat menurun jauh dari pencapaian volume pertama, apalagi dari target yang diharapkan mencapai 2 juta penonton.
Lantas timbul pertanyaan, ke mana penonton Hamka & Siti Raham Vol. 2? Ke mana 900 ribu penonton yang menonton volume 1 tapi tidak kembali lagi untuk volume 2?
Saya akan jawab dari sisi saya sendiri, karena saya termasuk satu di antara 900 ribu penonton yang tidak kembali ke bioskop untuk volume 2.
Sejujurnya saya sangat kecewa dengan treatment pembagian 3 film Hamka yang dibuat bersambung seperti sinetron di televisi. Ada rasa tidak puas, kesal, dan gantung sehabis nonton Buya Hamka Vol. 1. Ada banyak konflik dan permasalahan yang tidak tuntas. Lebih lanjutnya mengenai kekecewaan saya, bisa ditonton dalam video singkat berikut ini.
@_rajalubis Part 1 | Movie Review in 2 Minutes | BUYA HAMKA (2023) Aftertaste yang saya rasakan, lebih karena film ini belum utuh saja. Baru bisa dinilai jika sudah menonton keseluruhan volumenya. Menurut kamu gimana? TONTON SAMPAI TUNTAS! FEEL FREE TO DISCUSS! #BuyaHamka #FilmBuyaHamka #BuyaHamkaReview #FilmIndonesia #Biopik #Sejarah #Drama #VinoGBastian #laudyacynthiabella #HAMKA Â original sound - Raja Lubis - Koleksi Raja
Kalaulah memang harus dibuat 3 film karena dirasa tidak cukup menjelaskan Hamka dalam satu atau dua jam saja, buatlah seperti trilogi Habibie & Ainun yang masing-masing filmnya itu berjalan dengan tuntas. Atau kalau perlu ya buat satu film saja meski durasinya harus 3 jam misalnya seperti Bumi Manusia.
Perasaan kecewa yang sudah terlalu besar tersebut, yang membuat saya memutuskan untuk tidak menonton film keduanya di bioskop. Dan saya lebih memilih menunggunya di OTT saja. Pun juga untuk seri ketiganya nanti. Â
Terkait memotong film menjadi beberapa bagian, memang bukan pertama kalinya dilakukan Falcon Pictures. Sebelumnya saya juga kecewa dengan Benyamin Biang Kerok yang dibuat bersambung. Yang akhirnya saya nobatkan film tersebut sebagai film terburuk yang pernah dibuat oleh seorang Hanung Bramantyo.
Kalau kamu sendiri yang menonton volume 1 tapi tidak kembali untuk volume 2, apa alasanmu?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H