Inilah kelemahan naskah film kita yang kebanyakan menghamba pada plot twist. Padahal yang sebaiknya digambarkan bukanlah soal 'oh si A ternyata begini, si B ternyata begitu', tapi bagaimana si A bisa begini, si B bisa begitu.
Kalaupun pada akhirnya si karakter itu memilih satu dari sekian opsi yang mereka punya, penonton bisa paham apa motivasinya. Sama seperti Agen Parker yang mengakhiri perburuannya terhadap Adam Clay dengan membiarkannya pergi. Ia lebih memilih keadilan untuk ibunya daripada mengikuti hukum yang mengikat dalam pekerjaannya.
Tapi apakah kita jadi menghakimi dan atau menyalahkan pilihan Parker? Saya yakin tidak! Karena penonton sudah diberikan gambaran proses perjalanannya sebelum sampai pada kesimpulan akhir.
Well, tindakan yang dilakukan Adam Clay mustahil terjadi jika negara punya perlindungan hukum yang baik atas keamanan data pribadi. Tapi kenyataannya (seenggaknya yang tergambar dalam The Beekeeper), negara atau orang-orang di sekitar lingkaran istana malah terlibat. Sehingga pelaku-pelaku penipuan ini masih tetap bisa berkeliaran bebas dan terus menerus mencari korban baru.
Urusan laga, The Beekeeper memang akan sangat memuaskan para pencinta film laga kriminal. Tapi buatku, The Beekeeper lebih dari sekadar suguhan laga yang menawan dan brutal. Ia lebih dalam dari itu. Yakni tentang bagaimana hati nurani tetap dikedepankan meskipun sedang berada di dalam kekuasaan. Dan itu ditunjukkan di akhir film lewat karakter sang Presiden.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H