Mohon tunggu...
Raja Lubis
Raja Lubis Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja Teks Komersial

Pecinta Musik dan Film Indonesia yang bercita-cita menjadi jurnalis dan entertainer namun malah tersesat di dunia informatika dan kini malah bekerja di perbankan. Ngeblog di rajalubis.com / rajasinema.com

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

"The Beekeeper" dan Pentingnya Hati Nurani di Atas Hukum dan Kecanggihan Teknologi

15 Januari 2024   11:07 Diperbarui: 15 Januari 2024   17:04 2203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ada filosopi penting tentang lebah yang menjadi benang merah film ini. (Dok Amazon MGM Studios via IMDb)

Sutradara David Ayer membuat The Beekeeper berjalan dengan alur yang sangat linear. Dan tidak ada lapisan-lapisan konflik yang berpotensi membuat penonton bingung dengan jalan ceritanya. Walau begitu, bukan berarti The Beekeeper menjadi tidak menarik.

Jualan utamanya memang ada pada pertunjukan one-man-show Jason Statham melawan musuh-musuhnya. Dan perlu diakui, meski saya sudah sering menonton penampilan Jason Statham di banyak film laganya, presence dia sebagai pawang lebah tetap punya kharisma tersendiri. Dan ia mampu menjaga kontinuiti karakternya hingga akhir film.

Ketika saya menonton film ini, sulit untuk tidak teringat pada film Indonesia yang punya line yang sama yakni 13 Bom di Jakarta. Kedua film ini punya protagonis yang sama-sama dikecewakan oleh perusahaan finansial teknologi yang menipu rakyat bawah.

Tapi ada perbedaan yang sangat mencolok. Adam Clay balas dendam kepada semua pihak yang terlibat dalam penipuan. Ia tidak melibatkan warga sipil sama sekali. Sementara Arok dalam 13 Bom di Jakarta, malah melampiaskan pada warga sipil dengan mengebom fasilitas publik. Bukankah harusnya Arok balas dendam pada koperasi yang membuat keluarganya meninggal?

Itulah kenapa saya katakan The Beekeeper ini tetap menarik walau alurnya berjalan dengan linear dan tanpa lapisan plot twist yang mengejutkan. Karena sedari awal, penonton sudah ditanamkan empati pada permasalahan yang dialami oleh si protagonis utama. 

Dengan kata lain, yang coba disentuh The Beekeeper bukan lagi soal megahnya aksi pengeboman, brutalnya aksi pembunuhan, atau strategi mengalahkan lawan, tapi tentang hati nurani yang pasti dimiliki oleh setiap penonton.

Memilih antara hukum atau keadilan

Mencermati narasi-narasi yang dihadirkan oleh Kurt Wimmer selaku penulis naskah, saya melihat The Beekeeper adalah bentuk protes terhadap hukum yang terkadang tidak berpihak pada rakyat bawah.

Ada satu karakter yang juga menjadi kunci utama The Beekeeper. Ia adalah Verona Parker (Emmy Raver-Lampman), agen FBI yang turut serta menyelidiki kejadian pembunuhan yang dilakukan oleh Adam Clay.

Menariknya, Verona Parker atau biasa dipanggil Agen Parker, adalah putri dari si nenek yang bunuh diri karena penipuan di awal film. Dan ia memburu Adam Clay yang notabene sedang membela ibunya. Sungguh ironis bukan?

Agen Parker yang terjebak antara mengikuti hukum atau menegakkan keadilan untuk ibunya. (Dok Amazon MGM Studios via IMDb)
Agen Parker yang terjebak antara mengikuti hukum atau menegakkan keadilan untuk ibunya. (Dok Amazon MGM Studios via IMDb)

Di 13 Bom di Jakarta, ada juga karakter Gita yang bekerja di Badan Kontra Terorisme yang belakangan ia menjadi efek kejut bagi penonton karena ternyata Gita adalah adik Arok si teroris.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun