Sebagai masyarakat yang punya hak pilih dan antusias terhadap pesta demokrasi, tentu saya tidak melewatkan acara debat capres-cawapres yang diselenggarakan oleh KPU (Komisi Pemilihan Umum). Sejak debat perdana digelar, saya menyediakan waktu untuk menyaksikan bagaimana ketiga pasangan calon ini saling memaparkan visi-misi dan beradu argumen.
Bagi saya sendiri, debat ini bisa memberikan gambaran mengenai karakter ataupun rencana program yang akan dijalankan ketika mereka terpilih. Sekaligus juga meyakinkan siapa yang akan saya pilih atau tidak saya pilih di Pilpres 2024 bulan depan.
Tapi memang saya tidak menuliskan kesimpulan debat dalam sebuah tulisan argumentatif. Saya hanya memberikan reaksi spontan di media sosial X. Hingga pada debat capres ketiga, ketika industri pop culture disinggung oleh para paslon, rasa-rasanya menarik bagi saya untuk memberikan pandangan.
Pak Prabs: "Mungkin buku kita sama. Saya banyak sependapat dengan pak Ganjar".
Kalau Ganjar - Prabowo menang 1 putaran kali ya #DebatCapres https://t.co/Kb2bg7TW2Z--- IG: RAJALUBIS_ (@rajalubis_) January 7, 2024
Saya mulai dari Anies Baswedan dengan gagasannya tentang industri film. Pertama kali pembicaraan Anies tentang film, saya ketahui dari potongan video salah satu acara diskusi publik. Anies mempertanyakan kenapa film dunia kalau syuting tropis ke negara Thailand tidak ke Indonesia.
Pembicaraan berlanjut hingga ke grand desain industri perfilman Indonesia agar mendunia yang harus mencontoh Korea Selatan. Anies juga ngomongin soal ketersediaan studio dan fasilitasi kegiatan seni budaya oleh pemerintah.
Gagasan Anies ini sebetulnya sangat substansial karena menyentuh kekuatan produk. Tapi kenapa grand desainnya tidak sampai membuat sineas atau para pelaku budaya tertarik? Setidaknya, terbukti dari sejauh ini masih langkanya public figure/pelaku seni yang mendeklarasikan dukungannya terhadap Anies secara terbuka.
Ya karena apa yang ditawarkan oleh Anies sebetulnya bukan hal yang belum dilakukan oleh para pelaku seni budaya. Baik secara mandiri ataupun bekerjasama dengan pemerintah dan swasta.
Soal studio misalnya. Kita punya Infinite Studios Batam yang sudah dijadikan set film baik produksi lokal ataupun mancanegara. Kita juga punya studio Gamplong di Jogjakarta yang bisa terus dimaksimalkan sebagai lokasi syuting. Apalagi soal set alam, Indonesia nggak perlu membangun lagi karena sudah dikaruniai alam yang begitu mempesona.
Pun juga dengan soal fasilitasi kegiatan seni dan budaya. Anies bilang bahwa industri film Korea Selatan bisa sukses seperti sekarang tidak serta tumbuh begitu saja. Tapi sudah dimulai sejak puluhan tahun lalu dengan memberikan fasilitas agar masyarakat bisa berkreasi.