Membawa narasi budaya Sunda, sejatinya hal tersebut adalah potensi menarik bagi film horor Mantra Surugana. Pasalnya, film horor Indonesia identik atau katakanlah masih didominasi oleh budaya dan mitologi Jawa.
Meskipun bukan yang pertama kali menjadikan Sunda sebagai latar film horor, tapi apa yang dilakukan Mantra Surugana masihlah jarang. Apalagi film juga berani menggunakan bahasa Sunda terlebih ketika mantra dilafalkan.
Dari film, saya bisa mendapat sedikit informasi, kalau mantra surugana adalah rangkaian kata-kata yang bisa memanggil iblis yang disebut dengan iblis Surugana.
Cerita maju lebih dulu ke seorang mahasiswi yang baru pindah ke asrama. Mahasiswi tersebut bernama Tantri (Sitha Marino) yang memiliki masa lalu berdampingan dengan iblis ketika ia masih anak-anak.
Sejak pindah ke asrama, Tantri dihantui oleh penampakan-penampakan aneh. Dan ia berupaya mencari tahu apa yang terjadi sebenarnya di asrama tersebut kepada teman-temannya.
Agak sulit buat saya bisa memahami cerita Mantra Surugana, karena sejak awal film ini sudah mengabaikan logika.
Bagaimana tidak. Saat Tantri bertanya kepada teman-temannya apa yang terjadi, mereka bilang kalau ada dua temannya hilang satu tahun yang lalu. Ingat ya satu tahun yang lalu.
Tapi berkat Tantri, satu temannya berhasil ditemukan jenazahnya di dalam sumur dekat asrama. Bagaimana mungkin polisi dan warga kampus tidak bisa menemukan mayat tersebut. Padahal baunya sangat menyengat, dan juga kedalaman sumur yang tidak begitu dalam.
Kenapa butuh waktu satu tahun hingga kedatangan Tantri. Cobalah film membuatnya lebih susah. Misal si mayat ditemukan di hutan yang jauh dari pemukiman warga. Atau apalah adegan yang lebih make sense, untuk tidak bisa ditemukan dalam kurun waktu satu tahun.