Mohon tunggu...
Raja Lubis
Raja Lubis Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja Teks Komersial

Pecinta Musik dan Film Indonesia yang bercita-cita menjadi jurnalis dan entertainer namun malah tersesat di dunia informatika dan kini malah bekerja di perbankan. Ngeblog di rajalubis.com / rajasinema.com

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Kembali Kudatangi Pantai Ini, tapi Ku dengan yang Lain

27 April 2023   11:24 Diperbarui: 27 April 2023   11:27 1376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hamparan pasir putih menunggu, karang di lautan menangis/lamudi.co.id

Alhamdulillah. Samber THR hanya tinggal beberapa tantangan lagi. Bersyukur masih diberikan waktu, kesehatan, dan kemampuan untuk bercerita lewat tulisan. Semoga bisa bertahan hingga akhir.

Kalau membicarakan pantai, sebetulnya saya termasuk yang bukan anak pantai banget. Walau saya lahir dan besar di Kota Sukabumi, yang jaraknya hanya dua jam saja ke Pantai Palabuhanratu, tapi saya belum pernah mengunjungi pantai tersebut.

Jika tidak salah ingat, pantai yang pertama kali saya kunjungi itu adalah Pantai Anyer di Banten. Pergi ke sana dalam rangka study tour SMA.

Tujuan utamanya memang bukan ke pantai tapi sebuah pabrik baja yang tidak perlu saya sebutkan namanya juga, teman-teman pasti sudah bisa menerkanya.

Dahulu (dan mungkin sampai sekarang), saya memang termasuk yang sulit mengungkapkan perasaan dan ekspresi secara langsung. Paling berani lewat surat atau tulisan.

Nah, saat SMA itu ada satu cewek yang saya sukai. Tapi saya nggak pernah berani untuk mengungkapkan rasa suka saya kepadanya. Saya hanya bisa sedikit pendekatan dengan mengajaknya ngobrol hal-hal yang lain, soal pelajaran misalnya.

Kebetulan tempat duduk dia di kelas berada di belakang saya. Hanya berjarak satu bangku saja. Jadi kadang saya suka iseng pura-pura merasa pegal kepala padahal hanya ingin menengoknya.

Saat pelaksanaan stody tour diumumkan, teman sebangku saya menyarankan saya untuk nembak dia disana. Katanya, pantai tempat romantis untuk menyatakan cinta. Teman saya yakin, saya pasti diterima olehnya.

Ya, baiklah dengan berbekal dukungan teman saya tersebut, saya mulai menyiapkan rencana.

Pertama saya pengin kasih hadiah ke dia berupa CD (bukan celana dalam ya), yang isinya playlist lagu-lagu romantis gitu. Total ada 15 lagu Indonesia yang saya pilih kemudian disusun dan dimasukkan ke dalam cd. Dulu disebutnya di-burning ya istilahnya.

Berharap hadiah ini bisa dia putar dan menjadi temannya selama perjalanan. Ya, tentu hadiahnya bukan saya sendiri yang berikan, tapi teman saya. Saya masih agak malu untuk memberikannya langsung.

Cerita dipercepat hingga kita semua sudah tiba di Anyer. Sulit sekali mencari waktu buat nembak karena saat siang kita jalan-jalan di pabrik baja tersebut. Malamnya harus presentasi. Dan pasti saya yang kebagian presentasi.

Lha katanya sulit mengungkapkan rasa? Ya inilah saya. Yang kini profesi sampingannya adalah mc, host, moderator, yang terbiasa berbicara di depan publik, tapi masih selalu sulit ketika berkaitan dengan hati.

Untungnya, esok harinya sebelum balik ke Sukabumi, kita dibebaskan untuk bermain sepuasnya. Nggak ada agenda apapun dari sekolah. Yang penting pas makan siang harus sudah kumpul semuanya untuk siap-siap pulang.

Maka inilah kesempatan yang tepat.

Teman saya mengajak dia untuk jalan-jalan ke pantai. Entah apa alasan yang diberikan oleh teman saya sampai dia mau saja mengikutinya. Saya pun perlahan mengikuti mereka. 

Ku masih terjaga menunggu kamu/Raja Lubis
Ku masih terjaga menunggu kamu/Raja Lubis

Kami duduk di suatu area menghadap ke lautan luas tanpa batas. Teman saya perlahan mengambil jarak.

"Tik, aku suka sama kamu, mau nggak kamu jadi pacar aku?"

Setelah saya ngomong gitu, dia malah lari dan pergi meninggalkan saya. Lha, apa ada yang salah dengan cara saya mengungkapkan rasa.

10 years later ....

Saya masih tidak menyangka, sepuluh tahun kemudian saya bisa mengunjungi Pantai Anyer lagi. Di tempat yang sama, di titik yang sama, di sudut yang sama tempat saya menanti sebuah jawaban.

Sebuah jawaban yang sampai sekarang tidak pernah tersebutkan.

Walau kunjungan kali ini, saya sudah bersama orang lain, seringkali berharap jikalau ombak akan memberikan jawabannya. Atau seringkali samar-samar saya melihat ia lari dan pergi dalam bayangan.

Mungkin inilah makna keromantisan dari sebuah pantai. Bukan hanya perkara cinta berbalas, tapi cinta yang tak terjawab pun punya sisi romantisme yang lain.

Pesona Pantai Anyer yang tak pernah memudar

Jika ditanya pantai mana yang paling saya favoritkan, saya akan tetap menyebut Pantai Anyer sebagai jawaban. Walau saya pernah berkunjung ke pantai lain seperti Pantai Kuta di Bali, Pantai Indrayanti di Jogjakarta, hingga Pantai Pangandaran di Jawa Barat.

Pantai Anyer ini terletak di Kabupaten Serang Provinsi Banten. Salah satu pantai favorit wisatawan terutama yang berdomisili di Jabodetabek. Karena jaraknya dekat dan menawarkan keindahan dan aktivitas yang sama dengan pantai-pantai lain di luar pulau Jawa.

Hamparan pasir putih menunggu, karang di lautan menangis/lamudi.co.id
Hamparan pasir putih menunggu, karang di lautan menangis/lamudi.co.id

Terakhir ke sini, saya menikmati sunset dan sunrise. Sudah barang tentu, pemandangan sunset dan sunrise adalah hal yang paling diburu oleh wisatawan.

Tapi kurang afdol kalau ke pantai nggak basah-basahan. Saya mencoba naik banana boat walau dalam keadaan takut tenggelam. Nggak tahu ya, suka takut aja gitu main di laut. Suka khawatir tenggelam. Atau malah tiba-tiba muncul hiu. Kebanyakan nonton film lu, Ja.

Ya udah gitu saja sih paling yang saya lakukan di pantai. Nggak ada sesuatu yang membuat saya harus kembali ke pantai. Apalagi kalau musim liburan. 

Selain ramai, panas, dan ya tentu karena pantai membangkitkan kenangan yang tak tuntas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun