Ramadan. Semoga tetap diberikan kekuatan dan kelancaran hingga akhir Ramadan nanti.
Alhamdulillah, kita sudah sampai di hari ke-19Gimana salat tarawihnya? Apa masih semangat atau sudah mulai bolong-bolong?
Bicara salat tarawih, bukan hanya soal hukum dan tata cara melaksanakannya yang selalu jadi perbincangan, tapi juga soal outfit yang dipakai.
Coba cek saja salat tarawih pada awal-awal Ramadan di masjid terdekat. Para jamaah berlomba-lomba menggunakan pakaian terbaik yang mereka miliki.
Salah? Tentu tidak! Karena salat adalah aktivitas kita bertemu Tuhan kita, dan tentu dianjurkan untuk mempersiapkannya dengan sebaik mungkin.
Hanya saja, kita semua perlu memahami definisi 'terbaik' yang dianjurkan itu seperti apa.
Terbaik = menutup aurat
Laki-laki memang tidak selalu menjadi daya tarik untuk penjualan dan target pasar. Untuk outfit salat, rata-rata produsen berkreasi dengan produk perempuan. Mukena saja misalnya. Ada yang putih polosan, ada yang warna-warni seperti pelangi, bahkan ada yang motifnya bunga-bunga yang bermekaran di taman. Hihi.
Tapi untuk baju koko laki-laki, rata-rata modelnya sama saja. Tidak terlalu variatif. Hanya paling bermain di warna dan aksen desainnya saja. Itu pun biasanya tidak mencolok.
Dari berbagai jenis outfit yang tersedia, yang harus dipastikan pertama kali adalah fungsi outfit tersebut untuk menutup aurat.
Pendapat mayoritas ulama berpendapat jika aurat laki-laki berada di antara pusar dan lutut. Artinya apa-apa bagian tubuh yang berada di antaranya harus ditutup ketika salat. Karena menutup aurat merupakan salah satu syarat sahnya salat.
Berdasarkan hal tersebut, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan laki-laki ketika memilih outfit untuk salat:
1. Boleh pakai kaos?
Secara umum, jika kaos tersebut bisa menutupi aurat maka diperbolehkan. Tapi rata-rata ukuran kaos tidak cukup menutupi bagian belakang tubuh laki-laki, terutama ketika rukuk dan sujud.
Seringkali tanpa sadar, kaos yang kita pakai ketarik ke atas saat sujud atau rukuk sehingga memperlihatkan 'celengan semar' yang kita miliki.
Selain menyebabkan aurat kita terbuka, juga menjadikan pemandangan yang tidak sedap khususnya bagi jemaah yang berada tepat di belakang kita.
2. Jangan gunakan pakaian yang ada tulisannya di bagian belakang
Meskipun hukumnya tidaklah haram, sebaiknya tidak menggunakan pakaian yang terdapat tulisannya di belakang. Apalagi jika tulisannya cukup besar dan tebal.
Hal ini bisa mengganggu konsentrasi jemaah yang ada di belakang kita ketika tidak sengaja terbaca. Kalaupun terpaksa menggunakan outfit seperti itu, maka bijaksana untuk memilih barisan saf di paling belakang.
3. Celana atau sarung?
Umumnya laki-laki menggunakan sarung ketika salat. Tapi dalam keadaan tertentu, bisa saja kita salat menggunakan celana.
Mana yang lebih baik? Balik lagi jawabannya ke fungsi utama outfit. Selama bisa menutupi aurat, keduanya diperbolehkan.
Hal yang perlu diperhatikan adalah celana atau sarung yang kita gunakan sudah sepenuhnya menutupi warna kulit. Jangan sampai masih menampakkan warna kulit dan tidak menutupinya dengan sempurna.
Selain itu, penting juga untuk memakai celana yang tidak ketat. Apalagi jika masih memperlihatkan bentuk tubuh.
Saran lain untuk laki-laki yang terbiasa menggunakan sarung, sebaiknya tetap menggunakan celana dalam atau celana pendek ya. Setebal-tebalnya sarung, tetap saja bahannya tipis.
Jangan sampai ada yang menerawang keluar. Apalagi kalau sarung yang digunakan berwarna putih. Pengalaman soalnya terpapar sesuatu yang tidak seharusnya. Xixi.
Dan yang nggak boleh dilupakan, outfit yang kita gunakan harus bersih dan suci dari najis.
Outfit tarawih sederhana ala Raja Lubis
Sebagaimana pembuka tulisan ini, kalau outfit laki-laki tuh nggak banyak macamnya, jadi untuk salat tarawih saya cukup menggunakan kombinasi baju koko + sarung + peci.
Untuk baju koko saya senang memakai yang warna putih/gading dan polosan saja. Untuk masalah lengan, bisa lengan pendek atau lengan panjang.
Tapi saya lebih menyukai baju koko yang lengan pendek jika untuk salat tarawih. Agar meminimalisir risiko kegerahan jika dibandingkan dengan menggunakan lengan panjang.
Kalau untuk sarung, nggak ada prefer apapun dalam hal warna, bahan atau corak. Kecuali warna putih polos agak saya hindari. Intinya, kalau sarung yang penting nggak bolong saja, dan agak tahan lama nggak gampang melorot.
Soalnya ada juga sarung yang kainnya licin, dan bagian gulungan di pinggangnya mudah terlerai. Kan nggak lucu, pas bangun dari sujud, sarung malah melorot.
Sementara soal peci, saya sebetulnya nggak terlalu mewajibkan diri untuk pakai peci ketika salat. Peci biasanya saya pakai ketika rambut saya sedang gondrong, yang berpotensi rambut menghalangi kening ketika sujud.
Beda dengan sarung, kalau peci saya senang yang seperti saya pakai sekarang ini. Entahlah nama dan modelnya apa. Tapi yang jelas bukan peci klasik warna hitam yang biasa dipakai kebanyakan orang. Soalnya setelah berkali-kali hunting peci model begitu, nggak ada yang pas dengan ukuran kepala saya.
Peci yang saya pakai ini ada semacam resleting/zipper di bagian bekalangnya. Jadi bisa dipaskan sesuai ukuran kepala dan nggak gampang jatuh.
Sekian sharing saya tentang outfit tarawih yang biasa saya pakai. Apapun outfit-nya, yang terpenting ibadahnya berlandaskan dengan niat hati yang ikhlas hanya kepada Allah SWT.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H