Mohon tunggu...
Raja Lubis
Raja Lubis Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja Teks Komersial

Pecinta Musik dan Film Indonesia yang bercita-cita menjadi jurnalis dan entertainer namun malah tersesat di dunia informatika dan kini malah bekerja di perbankan. Ngeblog di rajalubis.com / rajasinema.com

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Ternyata Kita Belum Sampai pada Makna Ramadan yang Sesungguhnya

1 April 2023   09:06 Diperbarui: 1 April 2023   09:13 825
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi manajemen waktu/Gambar oleh Gerd Altmann dari Pixabay

Alhamdulillah kita sudah memasuki hari yang ke-10 di bulan Ramadan ini. Gimana kabarnya teman-teman kompasianer semua? Semoga senantiasa sehat selalu ya.

Belum lama ini saya menghadiri sebuah acara yang dijadwalkan dimulai pukul 9 pagi. Saya sudah tiba di lokasi acara 20 menit sebelumnya. Dan rupanya di lokasi baru ada tiga orang saja yang hadir selain panitia.

Sembari detik demi detik berjalan, satu per satu peserta lain mulai berdatangan. Hingga tiba pukul 9, tapi acara belum dimulai juga. Panitia hanya sibuk ngetak-ngetik di laptop tanpa ada info apa-apa.

Ah, saya maklum. Paling dalam lima menit ke depan acara akan dimulai juga. Tapi saya salah. Saya masih harus menunggu 1 jam lebih kemudian karena acara baru dimulai pukul 10 lewat 10 menit.

Pandangan mata tertuju ke arah MC yang mulai test mic! Tanpa ada rasa penyesalan (yang mewakili panitia) sang MC membuka acara dengan kalimat begini:

"Apakah semua sudah hadir, biar acara bisa dimulai?"

Kenyataan berkata lain. Sudah molor sejam, masih ada peserta yang belum hadir di lokasi. Dan sialnya, acara baru akan dimulai setelah semua datang.

Pengalaman seperti ini memang bukan pertama kalinya saya alami. Atau teman-teman juga pernah mengalami hal seperti ini ketika mendatangi sebuah acara?

Satu hal yang nggak habis saya mikirnya, kenapa kita harus menghargai dan menunggu orang yang belum datang? Kenapa logikanya begitu? Bukankah seharusnya acara dimulai saja karena itu justru tanda kita menghormati orang yang datang tepat waktu dan atau lebih awal?

Manajemen waktu di bulan Ramadan

Kita menyambut Ramadan dengan penuh riang gembira dan bersemangat. Karena sejatinya memang itulah yang seharusnya dilakukan.

Tapi apakah kegembiraan kita yang melimpah ruah itu telah sampai pada makna Ramadan atau hanya seremonial belaka?

Bicara makna Ramadan, tentu kita sama-sama sering mendengar betapa Ramadan menjadi bulan yang penuh makna. Hanya di bulan ini pahala ibadah dilipatgandakan. Ibadah sunnah diberi pahala ibadah wajib, dan ibadah wajib pahalanya dilipatgandakan berkali-kali lipat.

Atau kita sering juga mendengar kalau Ramadan adalah bulan pengampunan dosa. Bahwasanya barang siapa yang melaksanakan ibadah (shaum) di bulan Ramadan dengan sungguh-sungguh, niscaya akan diampuni dosanya yang telah lalu oleh Allah SWT.

Dua hal di atas adalah contoh makna dan keutamaan Ramadan yang bisa kita dapatkan. Tapi sifatnya sesuatu yang 'tak berbentuk'.

Menurut hemat saya, Ramadan haruslah juga punya makna dan dampak pada hal-hal yang sifatnya bisa diaplikasikan dalam kehidupan. Salah satu yang paling saya rasakan adalah soal kedisiplinan waktu.

Dalam hal sederhana urusan makan dan minum saja, di Ramadan sangat diatur oleh waktu. 

Kita mengenal makan sahur pada dini hari yang bahkan hukumnya sangat dianjurkan untuk dilaksanakan. Mungkin masih dalam keadaan terngantuk-ngantuk, kita tetap berusaha bangun lebih awal daripada biasanya, hanya untuk melaksanakan makan sahur. Yang beberapa ulama mengatakan batas akhir sahur adalah hingga adzan subuh terdengar.

Apakah kita berani makan sahur di waktu yang lebih dari azan subuh, jam 6 misalnya sebagaimana hari biasa? Tentu tidak bukan?

Begitu juga dengan berbuka puasa. Kita betul-betul dianjurkan berbuka tepat di awal waktu magrib. Sekalipun makanan dan minuman sudah tersaji di depan mata, tapi waktu berbuka masih kurang satu menit lagi atau azan magrib belum berkumandang, apakah kita berani mulai untuk makan dan minum?

Jawabannya, kembali tentu tidak!

Betapa dalam persoalan yang sederhana saja, Ramadan memberikan kita makna kedisiplinan dalam hal waktu. Dan dalam Islam, waktu begitu berharga karena waktu termasuk salah satu hal yang tidak akan pernah kembali.

Dalam Al-Quran, Allah SWT bahkan berkali-kali bersumpah atas nama waktu. Salah satunya adalah dalam surat Al Ashr yang berbunyi "Demi Masa, Sesungguhnya manusia berada dalam kerugian".

Untuk mengingatkan dan memberi contoh atas ruginya manusia, Allah bersumpah demi waktu (Ashar) yang menunjukkan betapa meruginya orang-orang yang lalai akan waktu. Kecuali bagi mereka yang beriman dan mengerjakan amal saleh (yang dijelaskan dalam ayat berikutnya).

Lantas, setelah kita melewati Ramadan berkali-kali, mungkin puluhan kali, mengapa kita masih otw dari rumah jam 9 padahal janjian jam 9 lalu beralasan macet. Mengapa kita masih senang dan merasa baik-baik saja telah membuat orang lain menunggu?

Untuk soal waktu, ternyata kita belum sampai pada makna Ramadan yang sesungguhnya.

Wallahu a'lam bish-shawab.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun