Mohon tunggu...
Raja Lubis
Raja Lubis Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja Teks Komersial

Pecinta Musik dan Film Indonesia yang bercita-cita menjadi jurnalis dan entertainer namun malah tersesat di dunia informatika dan kini malah bekerja di perbankan. Ngeblog di rajalubis.com / rajasinema.com

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

"Gita Cinta dari SMA", Romansa Remaja yang Menyesakkan Dada

9 Februari 2023   07:00 Diperbarui: 9 Februari 2023   16:01 772
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tolong om jangan JAHAT!/Starvision

"Masa remaja punahlah sudah
Menjauh dari angan merapuh
Kini kucari celah bahagia
Di atas jalanan penuh duri
Kugapai gapai kasih nan luruh
Engkau kini semakin jauh..."

Serangkaian kalimat di atas adalah penggalan lirik lagu Gita Cinta yang menjadi original soundtrack Gita Cinta dari SMA. Dari penggalan lirik tersebut, tentu kita sudah bisa menebak ke mana arah muara kisah percintaannya bukan?

Tapi sebagaimana pepatah kuno yang mengatakan bahwa akhir bukanlah segalanya. Karena yang terpenting adalah proses menuju ke sananya.

Maka inilah proses romantika Galih dan Ratna, dua orang murid Sekolah Menengah Atas (SMA) dalam film Indonesia terbaru Gita Cinta dari SMA (2023 version).

Alur linear yang mengikat

Kisah romansa Galih dan Ratna hadir lebih dulu di novel yang ditulis oleh Eddy D. Iskandar. Kemudian dibuatkan film layar lebar pada tahun 1979 yang mempopulerkan pasangan Rano Karno dan Yessy Gusman.

Dengan judul yang sama dengan novelnya, sutradara Monty Tiwa (Pocong the Origin, Keramat) dipercaya untuk membuat interpretasi sendiri atas novel legendaris ini.

Monty memercayakan karakter Ratna pada Prilly Latuconsina. Sementara karakter Galih dibebankan pada pendatang baru Yesaya Abraham, yang merupakan debut akting perdananya di film panjang.

Mari kita kenalan dulu dengan Galih dan Ratna. Karena bagaimanapun juga ketika membicarakan Gita Cinta dari SMA, kita nggak akan lepas dari dua karakter utamanya ini.

Ratna adalah seorang murid pindahan asal Jogjakarta yang terpaksa pindah sekolah ke Bandung mengikuti pekerjaannya ayahnya. Di sekolah tersebut, ada seorang cowok dingin dan misterius tapi punya prestasi segudang. Galih namanya.

Dari pembicaraan murid-murid lainnya, Galih adalah seorang superstar dan idola sekolah. Ia pandai menciptakan lagu dan bercita-cita menjadi musisi terkenal.

Ratna diam-diam (lebih tepatnya agresif) mengagumi sosok Galih, dan mulai mencuri-curi perhatian darinya. Lama kelamaan mereka saling jatuh cinta.

Sampai tiba mereka jatuh cinta, itu artinya Gita Cinta dari SMA sudah setengah babak.

Alur ceritanya sederhana saja sebetulnya. Dengan mengambil latar tahun 80-an, Gita Cinta dari SMA nggak aneh-aneh dalam bercerita. Semuanya berjalan dengan alur yang maju dan linear.

Saya suka sekali bagaimana film memperkenalkan karakter mereka lewat momen manis nan singkat. Seperti ketika Ratna meminjam buku catatan yang ternyata di dalamnya ada puisi Galih berjudul 'Kepada R'. Lalu Ratna dibuat 'geer' sendiri dengan inisial R di buku tersebut yang ia yakini adalah inisial dari namanya.

Bukan kateringnya yang bikin sedap, tapi kehadirannya mewakili pandangan perempuan masa kini/Starvision
Bukan kateringnya yang bikin sedap, tapi kehadirannya mewakili pandangan perempuan masa kini/Starvision

Terkait pemilihan aktor, sebelumnya saya sempat under estimate ketika Prilly ditunjuk sebagai Ratna. Usia Prilly yang sudah 25 tahun harus berperan sebagai anak SMA yang usianya 7-9 tahun lebih muda dari usia aslinya.

Memang persoalan look bisa diatasi oleh make-up dan wardrobe atau juga dari permainan kamera sehingga tampilan yang muncul bisa meyakinkan kalau Ratna memang masih SMA.

Bagusnya, Prilly nggak terjebak pada tampilan artifisial 'harus dimuda-mudain', tapi ia justru percaya diri menyelami karakter Ratna. Saya jadi paham kenapa Chand Parwez Servia tidak mengambil bintang baru untuk mendampingi Yesaya Abraham.

Ya, bagian-bagian emosional dan dialog panjang berhasil Prilly mainkan tanpa terbata-bata. Apalagi dengan menggunakan bahasa baku di eranya, Prilly juga tampil lebih luwes dan natural. Bisa dibandingkan dengan dua bestie-nya yang terkadang dialognya masih kurang nyaman terdengar di telinga.

Saya kira Prilly memang aktor yang cerdas yang mungkin selama ini bakatnya tertutupi karena ia lebih banyak bermain horor yang kurang memberikan kesempatan untuk eksplorasi karakter lebih luas.

Tapi suguhan terbalik ditampilkan oleh Yesaya Abraham. Saya merasa karakter Galih yang diperankannya lebih ke arah malu-malu daripada dingin nan misterius. Kepintarannya di bidang akademik kurang terpancar dengan kharismatik.

Selain itu, saya kurang bisa menerima kalau Galih benar-benar pencipta lagu yang andal. Terlebih di beberapa adegan yang mengharuskannya bernyanyi, film membantunya dengan audio rekaman studio yang bukan suara dirinya.

Memang seorang Galih nggak perlu banget punya suara sebagus Segara, tapi kesanggupan ia menyanyi dengan suara aslinya akan menambah feel adegan yang ia lakoni. Sekaligus juga menjadikan karakternya tampil sangat kuat.

Sebagai contoh di adegan perpisahan sekolah. Lewat inisiatif temannya, Galih mempersembahkan sebuah lagu untuk semua hadirin. Dimulai dengan mukadimah (pembukaan) lalu dilanjutkan dengan menyanyi.

Dengan audio bioskop yang keren, transisi suara mukadimah Galih ke suara nyanyi yang merupakan rekaman studio, terasa sangatlah tidak mulus. Perbedaannya kontras. Orang-orang akan langsung sadar kalau itu bukan suara dirinya.

Ya meski dalam setiap kesempatan press conference, pihak rumah produksi sudah mengumumkan kalau semua lagu yang ada di film tersebut dirilis dan dinyanyikan ulang oleh penyanyi profesional.

Nggak ada yang salah memang. Tapi akan lebih baik dan meyakinkan, kalau karakter seorang penyanyi memakai suaranya sendiri. Kalaupun enggak, sutradara bisa memaksa Yesaya lebih keras lagi untuk menghafal semua lagu dengan lirik dan notasi yang pas. Sehingga pas adegan Galih bernyanyi, ketidaksinkronan gerak bibir dengan audio hasil rekaman bisa diminimalisir.

Tapi terkait karakter Galih ini bikin saya kesel dan bingung sendiri. Soalnya setiap kali Galih muncul di layar sebagai laki-laki yang harga dirinya diinjak, kemunculannya bisa benar-benar bikin hati saya teriris.

Jadi tak apalah, saya maafkan saja jika Galih masih kurang baik dalam hal bernyanyi.

Chemistry mereka berdua pas banget nggak lebay/Starvision
Chemistry mereka berdua pas banget nggak lebay/Starvision

Deretan lagu yang memikat

Salah satu pendekatan yang jarang didekati oleh sineas Indonesia adalah pendekatan (semi) musikal. Karena memang nggak gampang membuat film dengan pendekatan seperti ini. Sutradara sekaliber Hanung pun pernah terperosok ketika membuat Benyamin Biang Kerok.

Tapi bukan berarti nggak bisa. Yang saya tahu dulu ada film Pacar Ketinggalan Kereta (1988) karya Teguh Karya yang dikemas dengan format musikal yang hasilnya outstanding.

Yang saya maksud dengan musikal di sini adalah bukan cuma persoalan sebuah film memiliki banyak lagu, tapi juga pengadeganan melalui koreografi dan lagu.

Gita Cinta dari SMA hanya melakukan pendekatan ini secara total, hanya sekali saja ketika Galih dan Ratna jadian. Diiringi dengan lagu 'dua sejoli menjalin cinta, cinta bersemi dari SMA', Monty Tiwa mengajak penonton untuk merayakan jadian mereka dengan adegan menari di jalanan.

Saya pikir hal tersebut merupakan sebuah pendekatan yang impresif dan menyenangkan.

Selebihnya lagu-lagu dalam Gita Cinta dari SMA dijadikan sebagai ilustrasi. Bagusnya lagu-lagu tersebut ditata oleh penata musik Ricky Lionardi dengan tepat guna dan tepat adegan. Lagu-lagu seperti 'Gita Cinta' dan 'Merpati Putih' bisa menambah adegan yang diiringi lagu tersebut terasa lebih syahdu dan menusuk kalbu.

Meski saya agak kecewa dengan lagu 'Apatis' yang kalau nggak salah menurut perhitungan saya muncul sebanyak tiga kali. Dan penempatannya kayak ngasal saja. Hanya karena liriknya 'roda-roda terus berputar', setiap scene memunculkan gambar roda sepeda ada lagu ini.

Pengin banget film ini dibikin lebih banyak full musikal/Starvision
Pengin banget film ini dibikin lebih banyak full musikal/Starvision

Sebelum Gita Cinta dari SMA, Starvision pernah membuat film bertema serupa yang juga dihiasi dengan banyak lagu. Yakni Ada Cinta di SMA (2016) yang diperankan Iqbaal Ramadhan.

Dan sebagai film remaja yang dikemas dengan musikal, saya kira Ada Cinta di SMA ini sedikit tampil lebih ‘musikal’ daripada Gita Cinta dari SMA.

Akhir yang sesakkan dada

Gita Cinta dari SMA bukanlah IP (Intellectual Property) sembarangan. Dari materi awal yakni novelnya memang sudah populer. Bahkan sebelum ini, sutradara Lucky Kuswandi pernah melakukan adaptasi bebas novel ini lewat film Galih & Ratna (2017).

Jadi sekiranya kalau saya memberikan gambaran akhir romansa Galih dan Ratna yang berakhir duka, saya harap tidak mengurangi element of surprise kalian ketika menonton setelah membaca ulasan ini.

Semua film yang diadaptasi dari novel ini setia pada cerita perpisahan Galih dan Ratna. So, yang bisa kita lihat adalah soal bagaimana sutradara menggambarkannya.

Jujurly, adegan pertemuan terakhir Galih dan Ratna di kereta sudah sangat menyesakkan dada. Sayangnya, waktu mereka berdua dicuri oleh kehadiran ayahnya Ratna.

Menurut hemat saya persoalan ayahnya Ratna dengan Galih sudah selesai di tembok bolong. Apalagi di adegan tersebut tampilan ayahnya Ratna dibuat berbeda dari tampilan biasanya yang saya tafsirkan memang sebagai puncak dari kisahnya.

Tapi dengan hadirnya kembali ayah Ratna di akhir, menjadikan tampilan berbeda ayah Ratna di tembok bolong mungkin ‘kecelakaan’ kontinuiti saat shooting.

Selain itu, scene akhir memang sebaiknya fokus pada Galih dan Ratna dengan segala macam dialog perpisahannya. Berikan waktu kepada mereka untuk mengekspresikan apapun yang mereka rasakan. Sekaligus menjadi tanda kepada penonton bahwa filmnya akan berakhir di sini.

Tolong om jangan JAHAT!/Starvision
Tolong om jangan JAHAT!/Starvision

Dengan segala usaha menghidupkan suasana tahun 80-an lewat bahasa baku yang digunakan, artistik dan properti yang matang, rilis ulang lagu yang keren, Gita Cinta dari SMA masih memberikan amunisi untuk kita menyelami masa-masa remaja tahun segitu.

Meski jauh dari lubuk hati yang paling dalam, Gita Cinta dari SMA punya potensi tampil lebih baik lagi dari apa yang saya saksikan sekarang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun