Jujurly, adegan pertemuan terakhir Galih dan Ratna di kereta sudah sangat menyesakkan dada. Sayangnya, waktu mereka berdua dicuri oleh kehadiran ayahnya Ratna.
Menurut hemat saya persoalan ayahnya Ratna dengan Galih sudah selesai di tembok bolong. Apalagi di adegan tersebut tampilan ayahnya Ratna dibuat berbeda dari tampilan biasanya yang saya tafsirkan memang sebagai puncak dari kisahnya.
Tapi dengan hadirnya kembali ayah Ratna di akhir, menjadikan tampilan berbeda ayah Ratna di tembok bolong mungkin ‘kecelakaan’ kontinuiti saat shooting.
Selain itu, scene akhir memang sebaiknya fokus pada Galih dan Ratna dengan segala macam dialog perpisahannya. Berikan waktu kepada mereka untuk mengekspresikan apapun yang mereka rasakan. Sekaligus menjadi tanda kepada penonton bahwa filmnya akan berakhir di sini.
Dengan segala usaha menghidupkan suasana tahun 80-an lewat bahasa baku yang digunakan, artistik dan properti yang matang, rilis ulang lagu yang keren, Gita Cinta dari SMA masih memberikan amunisi untuk kita menyelami masa-masa remaja tahun segitu.
Meski jauh dari lubuk hati yang paling dalam, Gita Cinta dari SMA punya potensi tampil lebih baik lagi dari apa yang saya saksikan sekarang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H