Mohon tunggu...
Raja Lubis
Raja Lubis Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja Teks Komersial

Pecinta Musik dan Film Indonesia yang bercita-cita menjadi jurnalis dan entertainer namun malah tersesat di dunia informatika dan kini malah bekerja di perbankan. Ngeblog di rajalubis.com / rajasinema.com

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Bollywood Memang India, tapi India Bukan Hanya Bollywood

23 Januari 2023   09:28 Diperbarui: 27 Januari 2023   18:15 1431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selamat pagi!

Kebanyakan dari kita termasuk media, seringkali mengasosiasikan perfilman India dengan sebutan Bollywood. Pengasosiasian ini senada dengan penyebutan Hollywood bagi perfilman Amerika Serikat.

Adanya kemiripan pelafalan dan penulisan, membuat pengistilahan ini seakan menjadi sesuatu yang benar. Padahal faktanya tidak demikian.

Bollywood sendiri merupakan industri perfilman India yang berpusat di Mumbai. Istilahnya diambil dari kata Bombai (nama kota sebelum Mumbai) ditambah dengan Hollywood. Film-film yang diproduksinya sebagian besar berbahasa Hindi yang merupakan bahasa nasional India.

Alih-alih menyebut diri dengan Bollywood, masyarakat perfilman di sana lebih senang menyebutnya dengan Hindi Cinema (Sinema Hindi).

Selain Bollywood, India juga memiliki pusat perfilman lain yang nggak kalah pentingnya dalam sinema India.

India memiliki pusat perfilman berbahasa Tamil di Kadombakkan yang biasa dikenal dengan Kollywood. Ada juga Tollywood yang menggunakan bahasa Telugu yang berpusat di kota Nagar.

Dan ada pula yang berbahasa Kannada yang pusatnya di Karnataka, berbahasa Mayalayam di Kerala, dan ada juga yang berbahasa Punjabi yang terkadang diproduksi juga oleh Pakistan.

Selain yang sudah disebutkan di atas, masih banyak pusat industri film di India. Hanya saja gaungnya mungkin nggak sebesar dari yang sudah saya sebutkan.

Perbedaan mendasar dari masing-masing pusat industri tersebut memang ada pada bahasa yang digunakan.

Istilah-istilah Bollywood, Tollywood, Kollywood, dan lainnya adalah istilah tidak resmi. Di dalam negerinya mereka lebih senang menyebutnya sebagai Sinema Hindi, Sinema Telugu, Sinema Kamil, dan seterusnya.

Kadang kalau kita sering nonton film India, boleh jadi kita menemukan film yang sangat mirip. Mulai dari alur ceritanya hingga penokohannya.

Nah bisa jadi film tersebut sebetulnya merupakan remake dari film yang dibuat oleh salah satu pusat industri film India.

Semisal film Kick yang pertama kali dirilis oleh Telugu pada tahun 2009. Film ini mendapat sambutan luar biasa di Telugu hingga dibuat ulang dengan judul Thillalangadi untuk versi Tamil dan Super Ranga untuk versi Kannada.

Sementara Bollywood baru membuat ulang 5 tahun kemudian. Dibintangi oleh Salman Khan dan Jacqueline Fernandez, film Kick versi Hindi berhasil menjadi salah satu film Bollywood terlaris tahun 2014

Terbaru ada film India yang cukup menyita perhatian dunia, yakni RRR. Film ini digadang-gadang akan menjadi wakil resmi India untuk Best Intenational Feature Film Oscar 2023 serupa dengan Ngeri-Ngeri Sedap yang dikirim Indonesia.

Tapi rupanya, India tidak mengirimkan RRR. India malah mengirimkan Last Film Show (judul asli Chhello Show) karya sutradara Pan Nalin.

Keputusan India berbuah manis. Last Film Show masuk Top 15 Shortlist Best International Feature Film Oscar 2023 bersama dengan 14 film lainnya seperti Joyland (Pakistan) dan Decision to Leave (Korea Selatan).

Kebanggaan India nggak hanya berhenti di situ saja. Film RRR yang semula digadang-gadang jadi wakil India justru mencuri perhatian juri Oscar dan menempatkannya sebagai unggulan di beberapa nominasi.

Lha kok bisa?

Setelah mencuri perhatian dan bisa jadi buah kekecewaan karena tidak dipilih, RRR tayang secara wide release termasuk di Amerika Serikat. Secara administrasi film-film yang tayang di Amerika Serikat akan 'dianggap' sebagai film Hollywood dan eligible untuk masuk unggulan Oscar.

Maka jangan heran, jika nanti ada perwakilan RRR yang masuk nominasi Oscar sekalipun filmnya tidak menjadi wakil resmi India untuk Best International Feature Film.

Di samping kesuksesannya, kehebohan RRR menyisakan satu masalah klasik yakni anggapan seputar film India sama dengan Bollywood. Banyak media yang menyebut RRR sebagai film Bollywood hanya karena ia berasal dari India.

Sutradara S.S Rajamouli di akun pribadinya menegaskan berkali-kali jika RRR bukanlah produksi Bollywood.

Saya bisa paham kenapa orang-orang bisa menyebut RRR sebagai film Bollywood. Karena mindset bahwa film India itu sama dengan Bollywood memang mendarah daging. Termasuk Jane Fonda, artis Amerika pun menyebut 'Bollywood' ketika mengapresiasi RRR.

Walau ia menyebut RRR sebagai Indian Cinema, tapi ada kata Bollywood di dalamnya langsung dikomentari netizen/Raja Lubis
Walau ia menyebut RRR sebagai Indian Cinema, tapi ada kata Bollywood di dalamnya langsung dikomentari netizen/Raja Lubis

Kekeliruan persepsi ini harus selalu diluruskan karena faktanya RRR adalah produksi sinema Telugu. Bahkan film ini merupakan debut Alia Bhat di sinema Telugu yang sebelumnya lebih banyak berkibar di Bollywood.

Bagi kita yang mungkin tidak terlalu paham bagaimana 'sikut-sikutan'nya industri film di India, penyebutan ini merupakan hal yang sepele.

Tapi bagi mereka, penyebutan yang benar adalah suatu penghormatan terhadap sinema mereka yang menjadi salah satu pilar bagi sinema India.

---

Ketika berjelajah membaca artikel yang bertengger di 'Artikel Utama', saya tertarik dengan tulisan yang berjudul 'Lagu di Film India, Sering Dicaci Padahal Ngangeni' yang ditulis oleh kompasianer Mahmud Khabiebi.

Saya baca sampai tuntas pengalaman pribadinya terkait bagaimana lagu dalam film India begitu punya pengaruh terhadap penonton. 

Setelah selesai membaca terbersit untuk menanggapi artikel tersebut terkait dua aspek. Aspek pertama soal penyebutan film India sebagai Bollywood dan aspek kedua soal lagu itu sendiri.

Agar fokus dan tidak kepanjangan, tanggapan atas kedua aspek tersebut akan saya pisahkan dalam dua tulisan.

Tadinya tanggapan akan saya tuliskan di kolom komentar, tapi berhubung kompasiana punya fitur 'tanggapi dengan artikel', saya akan coba memberikan tanggapan lewat artikel terpisah. Dan tulisan ini juga menjadi tulisan pertama saya yang menanggapi tulisan kompasianer lain.

Pembukaan tulisan yang mengasosiasikan Industri film India sebagai Bollywood/tangkapan layar dari tulisan Mahmud
Pembukaan tulisan yang mengasosiasikan Industri film India sebagai Bollywood/tangkapan layar dari tulisan Mahmud

Semoga berkenan,

Love Raja

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun