Owalah, jangan-jangan akun saya terverifikasi centang biru.
Saya refresh saja halaman profil akun Kompasiana saya. Dan ternyata benar, di samping nama kini muncul tanda centang biru.
Habis centang hijau, terbitlah centang biru
Sebetulnya saya nggak terlalu ngeh dengan masalah percentangan di Kompasiana.Â
Pertama kali mengenal centang ketika ada tawaran menulis di Kompasiana yang mengharuskan minimal akun sudah tervalidasi (centang hijau).
Akun saya belum centang hijau. Lalu dibantulah oleh si pemberi tawaran pekerjaan tersebut agar akun saya bisa centang hijau. Mungkin dibantu ngomong langsung kali ya ke adminnya. Secara waktu itu saya sudah mengisi data lengkap plus KTP tapi tak kunjung juga centang hijau. Tapi ya sadar diri juga sih. Secara memang nggak aktif menulis di Kompasiana.
Terus belum lama ini, ada kebijakan Kompasiana menghapus centang hijau. Artinya kini hanya akan ada tanda centang biru saja.Â
Kebijakan ini menuai beragam respon dari Kompasianer, terutama dari yang senasib seperti saya. Yang masih centang hijau kemudian merasakan tanpa centang. Ibarat sedang bersama kemudian diputuskan karena alasan "kamu terlalu baik buat aku". Xixi
Lantas haruskah centang biru dikejar?
Dari penjelasan yang saya temukan di beberapa artikel Kompasiana, syarat centang biru ini sifatnya lebih ke arah kualitatif. Berbeda dengan K-Rewards yang bertumpu pada syarat kuantitatif.
Dan syarat kualitatif itu memang sulit diukur. Jadi ya, pemberian centang biru ini sepenuhnya hak prerogatif Kompasiana.
Apakah saya senang mendapat centang biru? Tentu saja saya bahagia. Seenggaknya saya yang bukan selebriti yang kecil kemungkinannnya mendapat centang biru di media sosial, bisa juga merasakan centang biru.