Sementara untuk penumpang lain, Plane tidak memperlihatkan sudut pandang keluarga mereka. Akibatnya, keinginan Plane menghadirkan ekosistem manajemen krisis yang menyeluruh, saya kira masih setengah matang. Charles Cumming dan J.P. Davis yang menangani naskah sepertinya masih perlu riset lebih dalam bagaimana penerapan manajemen krisis di dunia aviasi.
Satu hal lagi yang paling saya sayangkan dari Plane adalah karakterisasi karakter lainnya yang hanya difungsikan sebagai extras saja. Kecuali si kriminal, semua penumpang tidak punya peran. Tidak ada kepanikan, kecemasan, atau semacam rasa gelisah yang ditunjukkan oleh mereka padahal mereka berada dalam keadaan yang mereka tidak ketahui.
Mungkin saya masih bisa maklum dengan karakterisasi si penumpang yang dibuat begitu. Tapi ketika film ini punya co-pilot dan kepala pramugari yang juga tidak dibuat sebagai karakter kunci, saya lantas bertanya apakah memang hanya pilot saja yang diberi pelatihan manajemen krisis?
Dengan pendekatan karakterisasi yang seperti itu, bagi saya Plane hanyalah glorifikasi seorang Kapten Brodie Torrance. Sebuah pertunjukkan film one man show yang mengabaikan keilmuan dan logika, walau saya tak memungkiri keseruan yang dihadirkan. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H