Mohon tunggu...
Raja Lubis
Raja Lubis Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja Teks Komersial

Pecinta Musik dan Film Indonesia yang bercita-cita menjadi jurnalis dan entertainer namun malah tersesat di dunia informatika dan kini malah bekerja di perbankan. Ngeblog di rajalubis.com / rajasinema.com

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Film Plane dan Pentingnya Penerapan Manajemen Krisis

15 Januari 2023   10:18 Diperbarui: 15 Januari 2023   19:17 2478
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karakter Torrance padahal bisa digali ke dalam jiwanya/imdb.com

Sutradara Jean-Franois Richet (One Wild Moment, Blood Father) sangat mampu memberikan bangunan dramatik di awal film yang bakal membuat penonton tertarik dan betah menyaksikan perjalanan Trailblazer 119 dari Singapura ke Tokyo selanjutnya.

Sekaligus juga menyisakan pertanyaan di benak saya. Jika persoalan turbulensi dan guncangan hebat sudah menjadi materi pembuka film, apa yang hendak disajikan Plane sebagai konflik yang lebih besar lagi?

Kejutan utama film ada di sekuens laganya

Karakter Torrance padahal bisa digali ke dalam jiwanya/imdb.com
Karakter Torrance padahal bisa digali ke dalam jiwanya/imdb.com
Pesawat Trailblazer 119 akhirnya berhasil mendarat darurat di sebuah daratan yang antah berantah. Setelah melakukan serangkaian analisis, diperkirakan daratan tersebut berada di kawasan selatan Filipina yang dihuni oleh gerakan separatis.

Berbeda dengan film-film berlatar pesawat yang menghabiskan sebagian durasi dan cerita di dalam pesawat, Plane mengubah haluan menjadi konflik antara kru pesawat dengan penduduk setempat.

Sehingga ancaman sesungguhnya bukan lagi soal badai, tapi bagaimana seluruh kru pesawat dan penumpang bisa selamat dan melarikan diri dari kelompok tersebut.

Terkait hal ini, saya jadi penasaran apakah pulau yang disebut berada di kawasan Filipina tersebut pada kenyataannya memang dihuni oleh gerakan separatis.

Saya pun googling dengan bahasa Indonesia. Lalu menemukan berita kalau pada tahun 2016 ada 10 WNI yang diculik dan dijadikan sandera oleh kelompok yang menghuni pulau ini.

Senada dengan filmnya, kelompok yang dipimpin oleh seorang Datu (ketua) ini menculik seluruh penumpang dan menjadikannya sandera. Fokusnya adalah menyandera warga asing yang memiliki pengaruh di masyarakat.

Dalam suatu dialog dikatakan, jika mereka menyandera rakyat kecil tak ada yang peduli. Tapi jika mereka menyandera orang penting, akan banyak yang datang memberikan tebusan. Ya, tujuan Datu ini memang hanya soal uang.

Pencarian saya berlanjut ketika mendapati fakta kalau pulau ini dihuni oleh mayoritas muslim. Saya sangat berterima kasih kepada Plane karena tidak memberikan identitas keagamaan yang kuat pada kelompok Datu.

Saya pernah kecewa pada film 7500 (2019) yang menjadikan Islam sebagai teroris tanpa ada narasi penawar sebagai pembanding bagi penonton. Karena menurut saya, Islam dan (mungkin) juga agama lainnya jika dipelajari lebih dalam, mengajarkan kasih sayang dan kedamaian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun