Refleksi hakikat sebuah hubungan
Dari kehidupan rahasia masing-masing yang terungkap, Perfect Strangers mengajak kita untuk mempertanyakan ulang apa hakikat sebuah hubungan. Apa dilandasi oleh sebuah kejujuran atau hanya untuk 'haha --hihi' semata?
Lebih jauh lagi, naskah yang ditulis Alim Sudio (Miracle in Cell No. 7, Losmen Bu Broto) ini bukan hanya mempertanyakan hakikat hubungan pertemanan di antara mereka, tapi juga hubungan pernikahan di antara mereka yang sudah menikah. Karena faktanya, masing-masing pasangan memiliki rahasia sendiri.
Ironisnya, di satu adegan film memperlihatkan kehidupan rahasia pasangan yang satu, dan disaksikan dengan 'baik-baik' saja oleh teman yang lain. Tanpa disadari kalau yang melihat juga punya rahasia yang nggak kalah menggemparkannya.
Setelah itu, secara bergantian film menyoroti kisah karakter lain dan disaksikan dengan baik-baik saja oleh teman yang lainnya.
Hal ini semacam paradoks seakan-akan jika kita melihat kekurangan orang lain sebagai sehina-hinanya kekurangan. Sementara kita jarang sekali melihat kekurangan ke dalam diri kita sendiri yang bisa jadi jauh lebih hina dari apa yang kita lihat pada orang lain.
Remake dari film Italia
Perfect Strangers ini merupakan rangkaian film remake yang dibuat Falcon Pictures setelah My Sassy Girl dan Miracle in Cell No. 7. Berbeda dengan kedua film tersebut yang berasal dari Korea Selatan, Perfect Strangers diadaptasi dari film laris Italia berjudul Perfetti Sconosciuti (2016).  Kabarnya, Indonesia adalah negara ke-23 yang membuat ulang film ini.
Dalam mengulas sebuah film remake, saya selalu mengusahakan dan menonton film aslinya sebagai bahan perbandingan. Ya sesederhana ingin tahu, sejauh mana sineas Indonesia mengolahnya menjadi sajian yang penuh kreativitas dengan tidak mengkhianati materi aslinya.
Sayangnya, setelah menonton film aslinya saya justru kecewa pada versi Indonesianya. Entah sengaja atau memang malas, Perfect Strangers dibuat persis seperti aslinya. Konflik yang terjadi di masing-masing karakter mirip dengan apa yang terjadi di film aslinya.
Saya menjadi bertanya-tanya ketika film ini dipromokan mengangkat kultur lokal. Sebelumnya saya berpikir mungkin 'ilusi dan mitos gerhana' yang menjadi latar suasana film ini yang dianggap sebagai kultur lokal. Tapi setelah nonton film aslinya, nyatanya memang ilusi gerhana juga dijadikan sebagai latar suasana di versi aslinya.
Lantas kultur lokal apa yang diangkat dalam Perfect Strangers? Apakah menjadi gay, selingkuh dari pernikahan sah, making love tanpa pernikahan, adalah kultur lokal yang dimaksud?