Ada yang suka reuni bersama teman lama? Mungkin saya termasuk yang nggak suka reuni jika bukan dengan teman yang dekat-dekat amat. Pasalnya, alih-alih menyambungkan kembali tali pertemanan yang sempat terjalin, reuni terkadang menjadi ajang pamer kesuksesan semata.
Apalagi ketika sudah berpuluh-puluh tahun nggak ketemu. Sudah pastinya ada banyak perubahan yang terjadi di diri masing-masing. Sehingga reuni hanya menjadi ajang 'obrolan' tentang diri dan malah bisa menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang berpotensi menyakitkan hati.
Meski begitu, tujuh teman lama di Perfect Strangers tetap melakukan reuni untuk merayakan rumah baru salah dua di antara mereka.
Kedua orang yang menjadi tuan rumah adalah pasangan suami istri Enrico (Darius Sinathrya) dan Eva (Nadine Alexandra). Selain mereka ada pasangan lain yakni Anjas (Denny Sumargo) dan Kesha (Jessica Mila) yang baru saja menikah dan tengah menikmati manisnya masa awal-awal pernikahan.
Kondisi terbalik ditunjukkan oleh pasangan Wisnu (Adipati D0lken) dan Imelda (Clara Bernadeth). Rumah tangga mereka yang sudah dikarunia dua orang anak tampak bermasalah dengan kehadiran ibu Wisnu yang tinggal bersama mereka.
Satu orang lagi adalah Tomo (Vino G. Bastian). Ia adalah seorang guru olahraga lajang yang kini masih menjalin hubungan dengan 'Daniella'.
Dalam pertemuan tersebut, sang tuan rumah mengusulkan untuk bermain sesuatu yang melibatkan handphone mereka. Aturannya, setiap orang wajib menaruh handphone-nya di atas meja makan. Dan setiap ada notifikasi dari apapun, informasinya harus dibagikan ke semua. Entah itu email, WhatsApp, panggilan telepon, dan lain sebagainya.
Obrolan 7 karakter yang hangat
Film arahan Rako Prijanto (Sang Kiai, Terjebak Nostalgia) ini hanya menggunakan set di meja makan. Dan filmnya diisi oleh obrolan-obrolan dari para karakternya semata. Maka, tumpuan utama keberhasilan film ini ada pada permainan aktornya dan bagaimana mereka membangun chemistry.
Atas hal tersebut, saya sangat apresiasi permainan ketujuh aktor utama ini yang betul-betul natural. Saya percaya kalau mereka memang teman lama dan obrolan-obrolan nostalgia yang mereka hadirkan cukup bisa dipercaya meski tanpa penggambaran visual.
Dari obrolan nostalgia yang awalnya ringan-ringan saja, perlahan tapi pasti obrolan mulai mencekam dan meningkat intensitasnya seiring permainan yang mereka lakukan.