Agak ragu-ragu sebetulnya ketika saya memutuskan untuk menonton penutup trilogi Halloween modern ini. Pasalnya di seri keduanya, Halloween Kills (2021), saya agak cukup kecewa karena isinya hanya aksi bunuh-bunuhan semata yang dilakukan Michael Myers.
Seri kedua ini tak terlalu peduli bagaimana film bertutur. Bahkan karakter Laurie Strode yang jadi karakter penting pun 'dilupakan'-nya. Tapi ya karena Halloween Ends menjanjikan bakal menjadi akhir dari teror Michael, maka saya ringankan kaki untuk melangkah ke bioskop.
Ya, sekadar penasaran bagaimana sutradara David Gordon Green menutup kisahnya.
Karakter baru yang mencuri spot
Halloween Ends memperkenalkan karakter baru, Corey (Rohan Campbell), seorang pengasuh anak. Malangnya, ia mengasuh anak yang nakal dan sulit diatur. Baru hari pertama kerja, Corey sudah dijailin oleh si anak kecil yang bernama Jeremy itu.
Jeremy menggunakan cerita tentang Michael Myers untuk menakut-nakuti Corey. Alhasil Corey yang dijebak di sebuah ruangan gelap, terus menerus menggedor pintu meminta Jeremy membukanya. Karena Jeremy tak jua membuka pintu, Corey menendang pintu dengan sekuat tenaga.
Ia tak tahu kalau di belakang pintu itu ada Jeremy. Dan dengan tendangan Corey yang hebat, membuat pintu terdorong bersamaan dengan Jeremy yang akhirnya jatuh ke lantai bawah. Jeremy meninggal seketika di tempat bersamaan dengan orangtuanya datang.
Corey dituduh sebagai pembunuh Jeremy. Meskipun akhirnya dibebaskan karena terbukti tidak bersalah, seluruh penduduk kota sudah kadung memberinya cap sebagai pembunuh. Dan corey harus menjalani hidup yang berat dengan cap tersebut.
Tapi untungnya, di antara penduduk kota tersebut ada satu wanita yang percaya pada dirinya. Ia adalah Allyson (Andi Matichak) yang tidak lain dan tiada bukan adalah cucu dari Laurie Strode (Jamie Lee Curtis).
Sebagai penyintas korban teror Michael, Laurie melihat ada yang aneh dengan Corey. Ia merasa mata Corey mirip dengan Michael Myers. Ia pun mengingatkan cucunya untuk tak dekat-dekat dengan Corey.
Porsi Corey (bersama Allyson) cukup menyita durasi Halloween Ends.Â
Saya mengira film ingin menjadikan karakter Corey sebagai 'Michael' yang lain. Sebuah ide yang sangat bagus sebetulnya. Apalagi dengan latar belakang Corey yang dikupas tuntas, cukup jadi motivasi kuat untuk Corey menjadi pembunuh. Ya tentu tujuannya ingin balas dendam pada penduduk kota yang membully-nya.
Tapi apakah Halloween Ends konsisten berjalan demikian?
Aksi bunuh-bunuhan yang sadis dan brutal
Corey memang pada akhirnya menjadi seorang pembunuh. Tapi dari mana ia bisa belajar membunuh sementara ia adalah seorang anak baik-baik?
Tanpa sengaja ia bertemu dengan Michael Myers asli yang sudah terlihat tua dan lelah. Dalam pikiran yang kalut, ia meminta Michael untuk mengajarinya membunuh dengan sadis sebagaimana yang pernah Michael lakukan pada penduduk kota di waktu-waktu sebelumnya.
Dengan berbekal rating D21+ (untuk usia 21 tahun ke atas) dari Lembaga Sensor Film, seri penutup Halloween modern ini memang masih banyak menghadirkan aksi bunuh-bunuhan yang sadis dan brutal.
Mulai dari menusukkan pisau berkali-kali (dan secara sporadis) terhadap tubuh korban, memasukkan jasad ke penggilingan bahan bekas perbengkelan, hingga sayatan leher yang memuncratkan cucuran darah.
Honestly, saya beberapa kali menutup mata menyaksikan adegan pembunuhan tersebut. Agak ngilu rasanya, terlebih ketika aksi pembunuhan yang dilakukan kepada seorang penyiar radio.
Ceritanya begini. Si penyiar radio tersebut seringkali menjadikan cerita Michael Myers sebagai candaan di siarannya. Walau sudah banyak pendengar yang mengingatkan, tapi ia tetap bersikeras menjadikan peristiwa teror sebagai materi siaran.
Apakah kamu bisa menebak, bagaimana ia dibunuh?
Tentu saya nggak akan cerita dan biarkan kamu menebak saja. Sekadar petunjuk, aksinya ini punya nilai hiburan yang sangat tinggi. Memang tidak terlalu sadis dibanding aksi pembunuhan lainnya, tapi sangat kontekstual dengan karakter si penyiar radio tersebut.
Pertarungan Laurie vs Michael yang terburu-buru
Penonton yang mengikuti seri Halloween pastinya berharap betul bagaimana Laurie bisa mengalahkan Michael di seri terakhirnya ini. Karena itulah film memberikan semuanya di babak akhir. Tapi dengan spotlight karakter Corey yang lebih banyak dan dominan, membuat pertarungan Laurie vs Michael sebagai klimaks film terasa terburu-buru.
Penonton tidak diberikan perjalanan bagaimana Michael membunuh dan meneror orang-orang karena sebagian besar tugasnya sudah diambil oleh Corey. Lebih sayangnya lagi, Laurie dibuat tahu kalau Corey juga 'setipe' dengan Michael.Â
Oleh karena itu, saya merasa durasi yang diberikan pada pengembangan karakter Corey menjadi ternihilkan alias sia-sia belaka. Konflik yang terjadi pada Corey menjadi sedikit tereduksi, seakan-akan hanya persoalan 'kasih tak sampai' bersama Allyson.
Menurut hemat saya, pikiran Laurie harus tetap dibiarkan pada pendirian kalau yang membunuh dan meneror penduduk kota adalah Michael Myers. Corey dengan kisahnya biarlah menjadi babak tersendiri dalam film ini. Toh, yang harus dituntaskan 'kan memang pertarungan antara Laurie dan Michael, bukan yang lain.
Berikan impresi tentang filosopi kejahatan
Cerita-cerita dan pengalamannya bersama Michael Myers, Laurie tuangkan dalam sebuah memoar. Memoar tersebut diharapkan bisa menjadi semangat bagi siapapun yang membacanya untuk tidak takut melawan kejahatan.
Satu memoar yang paling menarik adalah tentang kejahatan itu sendiri. Di akhir memoarnya sekaligus menjadi ending film, Laurie menuliskan "Walau Michael Myers sudah tidak ada tapi kejahatan akan selalu ada".
Apakah memoar ini sejalan dengan apa yang filmnya suguhkan?
Karena semua kejahatan dibuat tuntas, jelas bisa dikatakan kalau memoar ini tak sejalan dengan gambaran filmnya. Padahal untuk menguatkan memoar ini, bisa saja karakter Corey dijadikan simbol 'kejahatan lain'. Jadi walaupun Laurie berhasil mengalahkan Michael Myers, tanpa sadar sebetulnya bahaya kejahatan lain tetap mengintai.
Seperti yang sudah saya bilang, Laurie tidak perlu tahu kalau Corey adalah sosok yang dikuasai oleh kejahatan.
Terlepas dari ketidaksinkronan alur cerita dengan memoar yang ditulis Laurie, Halloween Ends tetap menjadi suguhan yang menarik bagi pencinta film thriller sadis.Â
Setidaknya tampil lebih baik dari seri keduanya, walau sama-sama punya masalah di gaya bertutur.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H