Waktu sudah hampir magrib/sore. Dan Kinan pun diculik!
Cerita Jailangkung Sandekala memang bergerak dari peristiwa Kinan diculik. Penonton pun sudah diberitahu kalau yang menculik Kinan bukanlah penjahat tapi 'makhluk'.
Usaha mencari Kinan yang repetitif
Bagi yang tidak/kurang mengetahui mitos tentang sandekala yakni hantu yang seringkali menculik anak-anak selepas sore, mungkin akan sedikit sulit mencerna maksud dari mitos ini. Karena film tidak banyak menggambarkannya.
Yang saya tangkap, film hanya sekali saja menggambarkannya. Yakni sesaat setelah Kinan diculik, film menunjukkan gambaran penduduk yang memasukkan anak-anaknya ke rumah pada sore hari.
Gambaran ini diposisikan dari sudut pandang mobil yang sedang berjalan. Dari dalam mobil, penonton diperlihatkan pada keadaan rumah penduduk satu per satu seiring laju mobil.
Gambaran yang singkat tentang mitos ini, tidak membuat Jailangkung Sandekala cukup untuk memahamkan bagaimana mitos ini berkembang di masyarakat. Dengan latar Sunda pun, film tidak mampu menggambarkan bagaimana mitos ini begitu dipercayai di masyarakat Sunda.
Kalaulah ingin mendalami mitos - mitos lokal, Jailangkung Sandekala bisa belajar pada Lampor Keranda Terbang (2019) yang saya kira cukup berhasil menjadikan hantu lampor menjadi bagian tak terpisahkan dari 'kearifan lokal' warga Temanggung.
Dari premis mitos yang tidak terkoneksi dengan latar lokalnya, akibatnya film hanya berkutat pada proses pencarian Kinan yang disertai dengan keputusan-keputusan para karakternya yang kurang masuk akal.
Begini! Naskah gubahan Kimo yang dibantu oleh Rinaldy Puspoyo ini membagi pencarian Kinan menjadi tiga kelompok.Â
Kelompok pertama adalah pencarian yang dilakukan oleh ayahnya dengan bantuan polisi. Tentunya cara kerja kelompok pertama ini mengikuti prosedur polisi. Sehingga dalam cara kerja seperti ini, dibutuhkan karakter manusia lain yang menjadi kambing hitam, alias yang dituduh sebagai penculik. Mereka 'nggak boleh' percaya makhluk 'kan?
Kelompok kedua adalah pencarian oleh sang ibu. Walau dengan ekspresi Titi Kamal yang datar-datar saja, pencarian di kelompok ini lebih mengandalkan naluri atau intuisi sang ibu yang kehilangan anaknya.Â