"Jailangkung jailangkung"
"Didieu aya hajatan"
"Hajatan leleutikan"
"Sumping teu diondang"
"Uih teu dianteur"
Serangkaian kalimat di atas adalah mantra untuk memanggil arwah melalui media boneka jailangkung. Yang dalam seri ketiga Jailangkung modern ini ditranslasikan ke dalam bahasa Sunda.
Bertajuk Jailangkung Sandekala, film arahan Kimo Stamboel ini memang tidak secara langsung melanjutkan perjalanan Jailangkung (2017) dan Jailangkung 2 (2018). Tapi film ini masih memiliki koneksi ke kedua film tersebut dengan hadirnya karakter Rama yang diperankan oleh Jefri Nichol.
Bermula dari road trip family
Formula Jailangkung Sandekala hampir tidak jauh berbeda dengan film-film horor kebanyakan yang mengandalkan format bepergian ke suatu tempat lalu mengalami hal -- hal yang aneh.Â
Tapi unggulnya, Jailangkung Sandekala punya tujuan yang jelas kenapa mereka bepergian ke suatu tempat. Alias nggak sekadar gaya-gayaan buat nyari hantu semata sebagaimana film-film horor yang diperankan oleh sekelompok anak muda.
Alkisah, seorang ayah bernama Adrian (Dwi Sasono) merencanakan perjalanan dengan tujuan untuk mendamaikan anaknya Niki (Syifa Hadju) dan mama barunya, Sandra (Titi Kamal).
Dari percakapan yang dihadirkan, kita bisa tahu kalau Niki dan Sandra sedang dalam kondisi tidak baik-baik saja. Ternyata, walau sudah 10 tahun berjalan, Niki belum bisa menerima keberadaan Sandra sebagai mama barunya.
Selain mereka, kita juga perlu berkenalan dengan adik laki-laki Niki bernama Kinan (Muzakki Ramdan), karena semua kisah akan bermula dari anak ini.
Suatu ketika di dalam perjalanan, mobil yang mereka kendarai mogok di daerah sekitar danau yang jauh dari hingar bingar penduduk. Melihat view alam danau yang indah, Kinan tertarik untuk mengabadikan segala apa yang dilihatnya.
Selayaknya anak kecil yang sulit dikasih tahu untuk tidak main terlalu jauh, Kinan terus menerus berjalan menyusuri danau hingga akhirnya masuk hutan. Saking jauhnya, ia nggak tahu jalan pulang.