Mohon tunggu...
Raja Lubis
Raja Lubis Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja Teks Komersial

Pecinta Musik dan Film Indonesia yang bercita-cita menjadi jurnalis dan entertainer namun malah tersesat di dunia informatika dan kini malah bekerja di perbankan. Ngeblog di rajalubis.com / rajasinema.com

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

"Miracle in Cell No. 7" dan Persoalan Hukum yang Tajam ke Bawah

13 September 2022   09:29 Diperbarui: 14 September 2022   20:00 3424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kenapa begitu mudah? Ya, karena orangtua korban adalah seorang ketua partai besar sementara Dodo hanyalah seorang tukang balon yang hidup damai bersama putri semata wayangnya, Ika (Graciella Abigail).

Dalam hal adaptasi dari film asing, sebuah film nggak akan menjadi 'sesuatu' jika minim kreasi dan olahan dari sutradara. Di sinilah peran Hanung dibutuhkan.

Keinginan Hanung menunjukkan statement tentang persoalan hukum, diterjemahkan dengan baik oleh Yunus Pasolang yang menggawangi departemen sinematografi.

Salah satunya, statement tersebut bisa dibaca dari adegan berikut ini. 

Saat pertama kali Dodo dijebloskan ke dalam penjara, ia diseret oleh petugas di lantai bawah. Kemudian kamera bergerak perlahan ke lantai atas menyoroti ketua partai yang sedang berbincang kepada petugas lainnya meminta kasusnya segera diproses.

Lewat penggambaran estetika sinema seperti itu, penonton hendak disuguhkan dua kejadian kontras yang berada di lantai bawah dan lantai atas. Dan memang begitulah kiranya, Miracle in Cell No. 7 ingin membawa statement kalau hukum seringkali tumpul ke atas dan tajam ke bawah.

Drama hubungan ayah-anak yang mengharu biru

Kenapa pembahasan tentang hukum menjadi hal utama yang saya bahas di ulasan kali ini? 

Tiada lain dan tiada bukan, karena persoalan ini lah yang menjadi pembeda utama Miracle in Cell No. 7 versi Indonesia dengan versi Koreanya. Dengan kata lain, walau persoalan hukum dan politik memang ada di materi aslinya, tapi versi Indonesia menggalinya lebih kuat dan lebih dalam.

Sementara persoalan ayah dan anak, kedua versi sama-sama membawa kebahagiaan tersendiri bagi penonton. Meski perlu diakui versi Indonesia memang terasa lebih dekat dengan saya.

Diceritakan Dodo dengan segala keterbatasannya, menjadikan nasihat 'Uwi' sebagai pengingat dalam mengasuh anak semata wayangnya. Nasihat ini juga sekaligus menjadi petunjuk kecil yang menguatkan detail film. Sesederhana nasihat tentang 'kalau baju basah harus segera dibuka biar nggak sakit', menjadi petunjuk bagaimana film ini berkisah.

Nasihat lain yang juga menjadi penting bagi pondasi film adalah soal janji Dodo yang senantiasa ingin menjaga Ika. Maka ketika Dodo ditawarkan 'reward' oleh napi senior di sel yang mereka tempati, Dodo meminta Ika.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun