Sulit memang rasanya, seorang mantan narapidana hidup kembali di tengah masyarakat secara normal. Masyarakat terlanjur melabeli mantan narapidana sebagai 'orang jahat'. Namun apakah kesalahan narapidana memang tak termaafkan?
Sandra Bullock) baru saja keluar dari penjara setelah menghabiskan waktu di sana selama 20 tahun. Ia dihukum atas kejahatannya, yakni membunuh polisi.
Ruth Slater (Saat keluar penjara, hanya satu tujuan hidupnya. Ia mencari adiknya yang terpaksa ditinggalkannya ketika ia divonis hukuman. Saat itu adiknya baru berusia 5 tahun.
Well, sepanjang film kita akan disuguhi bagaimana usaha Ruth mencari adiknya sembari ia pun berusaha hidup normal kembali. Ia mencari kerja, mencari tempat tinggal yang mungkin bisa menerima statusnya, dan berusaha membaur dengan masyarakat sekitar.
Dalam usaha Ruth mencari adiknya, film perlahan memperlihatkan dengan kilas balik apa yang terjadi sesungguhnya dengan kasus pembunuhan polisi 20 tahun lalu. Sedikit demi sedikit, penonton akan tahu apakah Ruth betul-betul bersalah dan membunuh polisi, atau memang ada cerita lain yang tersembunyi.
Pola penceritaannya yang repetitif, jujur saja membuat The Unforgivable sangat membosankan. Alurnya sama sekali nggak bergerak. Memang sutradara Nora Fingscheidt berusaha keras untuk membuat penonton mencintai chemistry Ruth dan adiknya. Tapi apa yang disuguhkan Nora, sulit sekali membuat saya untuk empati terhadap kisah mereka.
Belum lagi ketidakfokusan The Unforgivable yang berusaha menghadirkan karakter dari masa lalu sebagai pemantik dramatik bagi karakter Ruth. Tapi sayangnya, karakter tersebut juga tidak memiliki dampak yang besar bagi keseluruhan cerita. Karakter-karakter tersebut malah berkonflik sendiri dan melepaskan bagiannya dari Ruth.
'Kesalahan' lain dari The Unforgivable adalah kehadiran karakter pengacara yang menurut saya terlalu kebetulan.Â
Ceritanya begini. Ruth mencoba nostalgia ke rumah masa kecilnya dulu yang kini ditempati orang lain. Dan orang yang menempati rumah tersebut adalah seorang pengacara 'murah hati' yang tak sulit untuk membantu Ruth.
Wow banget 'kan?Â
Dia nggak ada curiga-curiganya sama sekali. Dan langsung saja percaya dengan alasan kemanusiaan. Ya, mungkin ada saja manusia seperti itu di dunia ini. Tapi apakah ada orang yang membiarkan orang lain masuk ke dalam rumahnya, meraba-meraba perabotannya, dan kemungkinan bisa mengancam keselamatan keluarganya?
Finally, saya tidak merasa Ruth betul-betul berjuang untuk menemukan adiknya. Keinginan bersama kembali dengan adiknya pun terasa hambar. Alih-alih pencarian adiknya bisa menjadi 'penebusan dosa', Ruth malah terjebak pada 'dosa baru'.
Jika memang kesalahan Ruth tak termaafkan, maka senada dengan itu, filmnya pun tak termaafkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H