Latar Minang membuat film ini menjadi menarik
Sesuai dengan novelnya, film ini berlatar Minangkabau. Naskah gubahan Alim Sudio ini banyak memasukkan bahasa Minang terutama ketika karakter berada di daerah Minang. Sehingga para pemeran dituntut harus bisa berdialek dan berbahasa Minang.
Dalam keaktoran, menurut hemat saya, logat dan aksen bahasa daerah/asing adalah salah satu tantangan tertinggi bagi seorang aktor. Apalagi jika aktor tersebut bukan berasal dari daerah yang menjadi latar karakter yang diperankan. Semisal Reza Rahadian yang harus fasih berbahasa Ajerbaizan dalam Layla Majnun.
Karena tingkat kesulitannya tinggi, maka kemungkinan output-nya ada dua: berhasil atau gagal.
Lalu bagaimana dengan para karakter di Ranah 3 Warna?
Saya sangat mengapresiasi penampilan Arbani Yasiz yang cukup piawai berbahasa Minang. Interaksinya terutama dengan Amak (Maudy Koesnaedi) sangat terasa natural. Tidak tampak keraguan sama sekali dari Arbani ketika berdialog. Semuanya mengalir mulus.
Selain Arbani, kejutan besar juga datang dari aktor Teuku Rassya yang berperan sebagai Randai. Selama ini saya belum melihat putra Tamara Bleszynski ini berada pada kesempatan terbaiknya. Nyatanya, di Ranah 3 Warna, ia mampu mengimbangi Arbani Yasiz yang sama-sama juga pandai berbahasa Minang.
Melihat chemistry mereka berdua di layar, saya dibuat percaya kalau mereka adalah dua orang Minang yang sudah bersahabat sejak lama. Perfect combo untuk mereka. Kudos!
Sayangnya, keberanian menggunakan bahasa daerah seperti ini, nggak ditemui di film laris Ngeri-Ngeri Sedap. Ia kurang percaya diri menggunakan bahasa Batak full dalam dialognya. Padahal jarang sekali ditemui orang Batak yang berbicara dengan bahasa Indonesia di kampung halamannya sendiri.
Ditinjau dari garis waktu, cerita Ranah 3 Warna ini berkembang dan bergerak maju. Termasuk usia Alif yang semakin dewasa. Maka untuk menunjukkan perkembangan karakternya, film produksi MNC Pictures ini menyisipkan kisah romansa di dalamnya.
Adalah Raisa Kamila (Amanda Rawles), gadis cantik nan pintar yang akan masuk ke kisah romansa sang tokoh utama.
Tapi terkait hal ini, kamu nggak perlu khawatir kalau romansanya akan berujung pada cinta segitiga dan mereduksi ruh utama filmnya. Karena nyatanya Guntur Soeharjanto malah mengupasnya tipis-tipis saja. Dan saya yakin malah akan membuat penonton 'abegeh' geregetan.Â