Bukan hanya persoalan adegan seksual yang tidak nyambung dengan jalan cerita keseluruhan, adegan-adegan seksual yang ditampilkan penuh kekerasan seakan meromantisasi hubungan yang abusif.
Film bergenre atau yang melabeli dirinya dengan erotic thriller, sudah barang tentu akan banyak ditemukan adegan-adegan erotis nan sensual. Pertanyaannya cukup satu saja. Sejauh mana adegan erotis itu memengaruhi dan punya keterkaitan dengan jalan cerita?
Baiklah kita akan bahas film Polandia yang cukup populer dan banyak diperbicangkan penonton film, 365 Days (2020).
Michele Morrone) yang kehidupannya berubah drastis sepeninggal ayahnya. Ia harus mengambil alih seluruh bisnis milik keluarganya dan tentu balas dendam kepada pembunuh ayahnya.
Film ini mengisahkan seorang mafia bernama Massimo Torricelli (
Di sisi lain, ada seorang wanita karir yang cukup sukses. Ia adalah Laura (Anna-Maria Sieklucka), seorang direktur penjualan sebuah hotel terkenal di Warsawa, Polandia. Sayangnya, karirnya tidak berbanding lurus dengan kehidupan percintaannya. Pacarnya Martin, selalu menomortigakan dirinya.Â
Emang nomor satu dan duanya siapa?
Suatu hari Laura mengajak Martin berlibur dengan tujuan 'spend time together' alias menghabiskan waktu bersama. Dengan harapan hubungan percintaan mereka bisa membaik. Namun alih-alih membaik, hubungan percintaan mereka malah semakin memburuk. Dan putuslah mereka.
Lepas dari Martin, Laura malah bertemu dengan Massimo, seseorang yang menculiknya. Ya, pertemuan mereka berada dalam keadaan yang tidak romantik, tapi berawal dari peristiwa penculikan. Selama masa penculikan, Massimo menjanjikan kebebasan pada Laura jika ia bisa jatuh cinta padanya dalam waktu 365 hari.
Jadi ngerti 'kan kenapa judulnya 356 Days? Ngerti dong, masa enggak.
Well, premis tentang bisnis, mafia, balas dendam, dan penculikan adalah modal awal bagi 365 Days untuk tampil menegangkan dari aspek thriller-nya. Sayangnya, keempat elemen premis tersebut hanya menjadi pembuka film saja. Selanjutnya film arahan Tomasz Mandes dan Barbara Biaows ini, hanya fokus pada kisah cinta dua sejoli, Massimo dan Laura. Lebih tepatnya kisah hubungan seksualnya.
Sebagian besar film ini diisi oleh adegan seksual yang dijalani oleh Massimo dan Laura dengan beragam gaya dan di berbagai tempat. Bisa di kamar, di lorong, di atas kapal, dan di tempat lainnya. Mungkinkah film ini bisa dikatakan sebagai film 'semi-porn'?