Mohon tunggu...
Raja Lubis
Raja Lubis Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja Teks Komersial

Pecinta Musik dan Film Indonesia yang bercita-cita menjadi jurnalis dan entertainer namun malah tersesat di dunia informatika dan kini malah bekerja di perbankan. Ngeblog di rajalubis.com / rajasinema.com

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"Backstage", Film tentang Industri Musik yang Masih Jarang Dieksplorasi Sineas Indonesia

27 Juni 2022   10:00 Diperbarui: 27 Juni 2022   19:10 1108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu penampilan terbaik Vanesh Prescilla/Paragon Pictures

Awal kemunculannya, netizen sempat mempertanyakan premis Backstage yang mirip dengan film Superhap (Thailand) dan 200 Ponds Beauty (Korea Selatan). Hingga akhirnya sang produser Robert Ronny memberikan penjelasan di akun twitternya.

Film Indonesia yang berbicara tentang musik dan industrinya terbilang masih sedikit. Setidaknya dalam dekade 2000-an hanya ada beberapa judul yang muncul seperti Garasi (2006) yang diperankan oleh personil band Garasi dan Rock N Love (2015) yang dibintangi oleh band Kotak. Oleh karena itu, saya sangat senang menyambut kehadiran film Backstage yang menjadi penutup akhir tahun 2021.

Film arahan Guntur Soeharjanto ini bercerita tentang kakak beradik perempuan yang tinggal bersama ibunya sepeninggal ayah mereka. Untuk menghidupi kebutuhan sehari-hari, mereka mengandalkan jualan siomay buatan ibunya yang rasanya diklaim sangat enak.

Sang adik, Elsa Anindita (Vanesha Prescilla), punya cita-cita menjadi aktor film. Dalam keadaan ekonomi yang serba pas-pasan dan juga ketiadaan koneksi, mimpi Elsa hanya seperti angan-angan belaka. Beruntung ia punya Sandra (Sissy Prescillia), kakaknya yang selalu percaya kalau adiknya akan berhasil mewujudkan mimpinya.

Suatu ketika, seorang produser musik tertarik melihat video audisi Elsa dan berniat menjadikannya seorang penyanyi. Namun, kenyataan lain ditemukan oleh produser tersebut karena ternyata yang bernyanyi bukanlah Elsa, melainkan Sandra. Ya, saat audisi Elsa bernyanyi menggunakan suara Sandra.

Sang produser pun memutuskan Elsa tetap menjadi penyanyi sebelum diorbitkan menjadi bintang film. Tentunya dengan menggunakan suara Sandra. Persoalan teknis akan diatur oleh kru produser tersebut. Maka dimulailah kebohongan publik ini.

Saya paham cerita tidak akan bergerak maju jika produser tidak menggunakan strategi ini. Tapi perlu diketahui, sang produser melakukan ini hanya karena ia sendiri sedang bermasalah dengan karirnya.

Ia ditantang oleh bosnya untuk bisa mengorbitkan seorang penyanyi terkenal. Dan ini adalah kesempatan terakhir baginya sebagai seorang produser. 

Persoalan ini membuat saya berpikir Elsa dan Sandra hanyalah pion dari kepentingan sang produser. Sehingga sangat terasa kalau konflik film ini sesungguhnya tentang si produser, bukan tentang mimpi kakak beradik tersebut.

Walau begitu, Backstage tetap berusaha memberikan highlight pada drama Elsa dan Sandra. Perjalanan mereka bisa dibilang mulus. Setiap kali Elsa tampil, ia akan lip-sync. Sementara Sandra mem-backup-nya di belakang panggung.

Dia memang jago akting/Paragon Pictures
Dia memang jago akting/Paragon Pictures
Namun naskah hasil keroyokan antara Vera Varidia, Robert Ronny, Monty Tiwa, dan Titien Wattimena ini membuat keadaan di ‘backstage’ terlalu sempurna. Hampir tidak ada netizen/warganet yang curiga atau mempertanyakan suara Elsa. 

Agak janggal saja, ketika kebohongan ini dibuat sangat mulus. Padahal latar waktu cerita ini berada di era Youtube di mana kesalahan seorang selebritis akan terlihat oleh netizen, sekecil apapun kesalahannya.

Ya, masa iya sih menyanyi dengan suara orang lain secara live bisa sesempurna itu, sampai gerak bibir dan tarikan nafasnya pun bisa seirama.

Sebetulnya ada satu momen yang bisa digunakan untuk melibatkan netizen dalam cerita yakni ketika adegan Sandra menyanyi di panti asuhan bocor ke publik.

Ah, sayangnya itu hanya rekayasa produser! Di sini saya kecewa, seakan lingkungan Backstage ini hanya antara Elsa, Sandra, dan produser. Padahal sebuah pertunjukan itu butuh penonton.

Salah satu penampilan terbaik Vanesh Prescilla/Paragon Pictures
Salah satu penampilan terbaik Vanesh Prescilla/Paragon Pictures

Tapi mari sejenak kita lupakan saja kejanggalan ini!

Di luar itu, Backstage tampil sangat emosional berkat permainan para aktornya yang mumpuni terutama Sissy Prescillia. Ia tampil sangat dewasa dalam mengelola emosi. Apalagi ketika pada akhirnya ia sadar, kalau selama ini ia hanya menjadi bayang-bayang Elsa saja.

Urusan teknis pun tampil menawan. Sinematografi, editing, serta desain produksi dari film produksi Paragon Pictures dan Ideosource Entertainment ini sangat terasa mewah dan cukup memanjakan mata.

Semua kelebihan ini bisa melenakan penonton dari beberapa lubang cerita yang ganjil yang sudah saya jelaskan di atas. Sebagian besar penonton akan merasa happy setelah menonton film ini. Percayalah!

Belum lagi, Backstage punya beberapa lagu yang sangat mendukung suasana filmnya. Beberapa lagu tersebut adalah lagu baru termasuk lagu utamanya yang bertajuk 'Melangkah' yang dinyanyikan oleh Sissy dan Vanesha. Dan juga ada lagu lama yang dirilis dan dinyanyikan ulang seperti 'Seberapa Pantas' (Sheila on 7), 'Terbaik Untukmu' (Tangga), dan 'Bagaikan Langit' (Potret).

Hayo...siapa yang keluar bioskop ikutan nyanyi, "kutak bisa ....."?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun