Kehadiran platform OTT bukan untuk menyaingi bioskop, tapi sebagai komplementer. Karena ada manfaat yang diberikan oleh bioskop tapi tidak bisa dirasakan di OTT. Begitu juga sebaliknya.
Pasca pulih dari pandemi, dan bioskop secara bertahap mulai beroperasional kembali, saya merasakan ada kenaikan harga tiket bioskop. Di salah satu XXI di Bandung misalnya. Jika sebelumnya harga tiket weekend ada di angka 50 ribu, selepas pandemi mengalami kenaikan 20% menjadi 60 ribu.
Belum lagi, persoalan antrean film di jadwal tayang. Film yang sempat tertunda tayang sama-sama antre dengan film baru menanti jadwal tayang di bioskop. Hal ini terkadang berakibat pada film yang memang kurang digandrungi penonton, akan turun layar lebih cepat dibanding film yang ditonton oleh banyak orang. Contohnya adalah film Cinta Bete (2021) yang hanya bertahan satu hari saja di bioskop Bandung. Â
Di sisi lain, kehadiran platform OTT (Over the Top) menjadi alternatif bagi para produser untuk menayangkan karyanya. Tak sedikit, produser 'mengekspor' filmnya ke platform OTT setelah beberapa bulan tayang di bioskop.
Beberapa film Indonesia baru seperti Yuni, Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas, Kadet 1947, Ben & Jody, Yowis Ben 3, Yowis Ben Finale, dan sejumlah film lain rilisan 2021/2022 sudah bisa disaksikan di berbagai platform OTT.
Selain itu kehadiran OTT juga memungkinkan produser untuk menayangkan kembali karya lamanya, yang mungkin belum sempat ditonton oleh banyak orang. Atau juga diperuntukkan bagi penonton yang ingin menonton kembali/bernostalgia dengan film favoritnya. Semuanya dimungkinkan dengan kehadiran OTT.
Bagi saya sendiri, kehadiran OTT sangat membantu ketika saya ingin menonton film-film klasik sebagai tambahan referensi. Semisal film Tjoet Nja' Dhien dan Titian Serambut Dibelah Tujuh, dua film Indonesia klasik yang panen pujian dan penghargaan yang wajib ditonton minimal sekali seumur hidup.
Nostalgia film Indonesia terbaik yuk!
Nah kalau kamu sendiri, apakah punya film favorit yang ingin kamu tonton ulang, atau sekedar bernostalgia masa muda?
Semisal film Ada Apa Dengan Cinta? (2002) misalnya. Film yang mempopulerkan sosok Rangga dan Cinta menjadi ikon remaja saat itu. Pastinya banyak di antara kamu,remaja di tahun 2000-an, sangat menyukai film arahan Rudi Soedjarwo ini.
Dengan hadirnya platform OTT, kamu bisa menonton kembali Ada Apa Dengan Cinta? lewat program Nostalgia Film Terbaik (NFT) yang dipersembahkan Bioskop Online.
Tidak hanya Ada Apa Dengan Cinta?, sederet film Indonesia terbaik rilisan tahun 80-an, 90-an, hingga 2000-an dengan berbagai genre bisa dinikmati di program NFT.
Beberapa di antaranya adalah Manusia Enam Juta Dolar (1981), Naga Bonar (1986), Pesta (1991), Nostalgia di SMA (1980), Kejarlah Daku Kau Kutangkap (1986), termasuk juga Tjoet Nja' Dhien (1988) dan Titian Serambut Dibelah Tujuh (1982).
Sementara film rilisan 2000-an yang bisa ditonton adalah Pasir Berbisik (2001), Ada Apa Dengan Cinta? 2 (2016), Berbagi Suami (2006), Rumah Ketujuh (2003), 3 Hari Untuk Selamanya (2007), Quickie Express (2007), The Photograph (2007), Lima Elang (2011), Catatan Harian Si Boy (2011), Sanubari Jakarta (2012), dan sejumlah film Indonesia terbaik lainnya.
Cuma 'GOCENG' doang per film
Untuk menonton film-film tersebut, kita hanya cukup mengeluarkan uang sebesar Lima Ribu Rupiah saja. Wow, murah banget!
Iya dong. Kalau kita bisa mengeluarkan uang 60 ribu untuk satu film di bioskop, di program NFT kita bisa mendapat 12 film.
Caranya gimana?
Untuk pembelian tiket, cukup mengakses www.bioskoponline.com. Selain melalui website tersebut, film-film di atas dapat juga diakses menggunakan aplikasi Bioskop Online yang bisa diunduh melalui App Store atau Google Play Store.
Sepengalaman saya menonton di Bioskop Online, menonton di aplikasi lebih stabil daripada melalui webnya. Tapi tentunya hal ini juga sangat dipengaruhi oleh jaringan internet dan perangkat yang digunakan.
Apakah ini legal?Â
Menonton film di Bioskop Online punya banyak keuntungan. Selain harga yang terjangkau, kita nggak usah pusing dan khawatir terkena jerat hukum akibat pembajakan karena Bioskop Online adalah platform yang legal. Lebih jauhnya lagi, dengan menonton film-film Indonesia yang ada di program NFT, kita sudah mendukung dan mengapresiasi para sineas yang sudah mempersembahkan karya terbaiknya.
Yuk, kapan lagi nonton film Indonesia terbaik cuma seharga cireng SD.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H