Mohon tunggu...
Raja Lubis
Raja Lubis Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja Teks Komersial

Pecinta Musik dan Film Indonesia yang bercita-cita menjadi jurnalis dan entertainer namun malah tersesat di dunia informatika dan kini malah bekerja di perbankan. Ngeblog di rajalubis.com / rajasinema.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Mengenal Penyakit Aneurisma dan Cara Pengobatannya

21 September 2021   09:00 Diperbarui: 21 September 2021   09:05 462
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengenal Penyakit Aneurisma dan Cara Pengobatannya

Sering kita dengar istilah sehat itu mahal. Kenapa? Karena ketika kita sehat, kita bisa melakukan aktivitas apa saja, mau makan pun nggak ada pantangan, dan banyak kebebasan lainnya.

Tapi percayalah, sakit itu lebih mahal dari sehat. Selain kebebasan saat sehat yang terenggut, juga akan banyak biaya yang dikeluarkan untuk pengobatan. Makanya ada pepatah ‘lebih baik mencegah daripada mengobati’ bukan?

Tentu kita semua berharap selalu dalam keadaan sehat. Tapi namanya hidup, sakit dan penyakit takkan terhindarkan. Oleh karena itu, saya akan coba berbagi mengenai satu penyakit yang mungkin masih asing terdengar di telinga kita, dan juga cara pengobatannya.

Sekilas tentang aneurisma otak

Pernah dengar istilah aneurisma otak?

Aneurisma otak merupakan kondisi dimana dinding pembuluh darah otak melebar atau menonjol (ballooning) akibat lemahnya dinding pembuluh darah tersebut. Jika aneurisma ini pecah dapat mengakibatkan kondisi fatal yaitu perdarahan otak (subarachnoid) dan kerusakan otak.

Sederhananya bisa diibaratkan aneurisma itu seperti jerawat yang tumbuh dan berkembang di pembuluh darah otak.

Pecahnya aneurisma ini diperkirakan dialami oleh 1 orang setiap 18 menit dan bisa terjadi pada siapa saja.

Dampaknya pun bisa dibilang tidak ringan. Meskipun aneurisma memang tidak selalu berujung pada kematian, tapi kualitas hidup penderitanya juga menjadi tantangan tersendiri bagi keluarga. Potensi menjadi cacat, biaya perawatan, waktu dan tenaga untuk perawatan, menjadi faktor penting yang perlu dipahami oleh penderita aneurisma otak.

Brain Aneurysm Awareness Month

Penjelasan mengenai aneurisma itu saya dapatkan ketika mengikuti webinar yang diselenggarakan oleh Rumah Sakit Pusat Otak Nasional Prof. Dr. dr. Mahar Mardjono Jakarta (selanjutnya RS PON) pada Kamis, 16 September 2021.

Webinar ini diselenggarakan dalam rangka peringatan Brain Aneurysm Awareness Month yang jatuh pada September setiap tahunnya. Di tahun 2021, kegiatan ini mengangkat tema ‘Raising Awareness, Supporting Survivors, Saving Lives’.

Direktur RS PON, Dr., Mursyid Bustami, Sp.S, KIC, dalam sambutannya mengatakan acara ini bertujuan meningkatkan awareness masyarakat terhadap penyakit aneurisma, sehingga kasus-kasus aneurisma di Indonesia bisa ditangani sebelum pecah.

Setelah keynote speach dari Direktur RS PON, selanjutnya webinar diisi oleh Dr. Abrar Arham, Sp.BS selaku Head of Neurosurgeon RS PON.

Dr. Abrar Arham, Sp. BS menjelaskan kondisi terkini tentang bagaimana RS PON menangani kasus aneurisma. Menurutnya, saat ini RS PON menangani kurang lebih 100 kasus aneurisma otak setiap tahunnya.

“Penanganan kasus aneurisma otak ini membutuhkan kolaborasi multidisiplin melibatkan dokter bedah saraf, neurointervensionist, neurologist, intensivist, dan lain sebagainya. Disamping itu diperlukan berbagai peralatan dan fasilitas penunjang yang memadai dan mutakhir agar kita dapat menangani kasus aneurisma otak dengan tingkat keberhasilan yang cukup baik,” begitu Dr. Abrar memulai penjelasannya.

Masih menurut Dr. Abrar Arham, Sp. BS, penanganan aneurisma dapat dilakukan dengan beberapa metode. Di antaranya adalah operasi bedah mikro (clipping aneurisma) dan teknik minimal invasif endovaskular (coiling aneurisma).

Namun untuk menentukan teknik mana yang terbaik untuk satu kasus aneurisma, dibutuhkan pemeriksaan DSA (Digital Subtraction Angiography) untuk memperoleh detail kelainan pembuluh darah. Hasilnya ini yang akan menjadi salah satu pertimbangan menentukan jenis penanganan aneurisma.

Bicara teknik yang kedua yakni teknologi minimal invasif (endovaskular), teknik ini sudah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Salah satu perkembangan terkini yaitu pemasangan Cerebral Flow Diverter.

Flow Diverter, metode terkini penanganan aneurisma tanpa pembedahan

RS PON sudah menerapkan teknik Flow Diverter beberapa tahun terakhir. Dengan teknik ini, tidak diperlukan lagi pembedahan pada penderita aneurisma. Dan juga metode terkini Flow Diverter ini memiliki tingkat keberhasilan sangat tinggi yakni hingga 95%.

Pemeran Jago dalam film Serigala Terakhir, Dallas Pratama, adalah salah satu pasien aneurisma yang diobati dengan teknik Flow Diverter di RS PON.

Didampingi sang istri, Kaditha Ayu, Dallas hadir di acara webinar dan turut serta berbagi pengalamannya berjuang melawan aneurisma.

Pada 2015, Dallas mengalami koma akibat pecahnya pembuluh darah otak bagian kiri. Aneurisma yang dideritanya kemungkinan disebabkan oleh tekanan darah tinggi atau hipertensinya.

Untuk mengatasi aneurisma yang diderita Dallas, RS PON melalukan tindakan coiling. Coiling sendiri merupakan tindakan memasukkan coil melalui akses pembuluh darah ke lokasi target, sehingga darah tidak lagi masuk ke dalam kantong aneurisma yang pecah tersebut.

Dengan tindakan ini, diharapkan Dallas tidak akan kembali mengalami pecah pembuluh darah. Kini Dallas dan istrinya bersyukur karena keadaan Dallas sudah kembali pulih.

Dari cerita Dallas, dokter Abrar menambahkan pentingnya melakukan brain check- up secara rutin. Hal ini dikarenakan umumnya penderita aneurisma tidak bergejala sebelum pembuluh darah pecah. Sehingga brain check-up ini bisa digunakan sebagai langkah mitigasi, agar aneurisma bisa segera diatasi sebelum pembuluh darahnya pecah.

Jika pembuluh darah terlanjur pecah, biasanya akan disertai gejala-gejala tertentu seperti gangguan penglihatan, mual dan muntah, kehilangan kesadaran, sulit berbicara, serta lumpuh atau kelemahan pada tungkai atau salah satu sisi tubuh.

Untuk itu diperlukan juga pemeriksaan penunjang sebelum betul-betul dilakukan tindakan kepada penderita aneurisma. Beberapa pemeriksaan penunjang tersebut di antaranya:

  • MRI, untuk mendeteksi ada tidaknya aneurisma otak.
  • CT scan, untuk memastikan ada tidaknya perdarahan di otak akibat pecah atau bocornya aneurisma otak.
  • Angiografi otak, untuk memastikan ada tidaknya kelainan di pembuluh darah otak, termasuk mendeteksi aneurisma otak. Angiografi bisa dilakukan dengan CT scan (CTA) atau dengan MRI (MRA).

Dengan serangkaian proses yang sudah dijabarkan, tentunya teknik Flow Diverter punya beragam keunggulan terutama untuk pasiennya. Keunggulan teknologi ini adalah:

  1. Prosedur relatif cepat
  2. Pasca-tindakan tidak perlu perawatan ICU
  3. Mengurangi lamanya rawat inap
  4. Lebih nyaman untuk pasien
  5. Tidak ada luka sayatan

Pesan terakhir

Meskipun kita sudah tahu mengenai aneurisma dan cara pengobatannya, kita sama-sama berdoa dan tetap menjaga kesehatan ya. Beberapa faktor risiko yang bisa terkena aneurisma adalah hipertensi, usia > 40 tahun, perempuan, perokok, dan faktor genetik.

Ya secara umum demikian. Namun dokter Abrar dalam penutup webinarnya mengingatkan kalau aneurisma juga bisa terjadi pada usia muda. Ia menambahkan salah satu pemicunya adalah jarang gerak. Kita sama-sama tahu dengan zaman teknologi serba mudah, apapun bisa dilakukan dari rumah dengan bantuan aplikasi. Jadinya bergerak merupakan hal yang langka.

Sekali lagi, mari kita sama-sama jaga kesehatan dan tetap berdoa agar senantiasa sehat selalu. Aamiin!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun