Mohon tunggu...
Raja Lubis
Raja Lubis Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja Teks Komersial

Pecinta Musik dan Film Indonesia yang bercita-cita menjadi jurnalis dan entertainer namun malah tersesat di dunia informatika dan kini malah bekerja di perbankan. Ngeblog di rajalubis.com / rajasinema.com

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Review The Music of Silence: Nggak Sekadar Perjalanan Musik, Tapi Juga Perjalanan Spiritual

20 Mei 2020   14:39 Diperbarui: 20 Mei 2020   14:56 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ditemani ayahnya, Amos Bardi menunggu penyanyi terkenal yang menjanjikan konser bersamanya | Sumber : mola.tv

Contohnya adalah penggunaan term "6 bulan kemudian" saat Amos Bardi berlatih dengan sang Maestro, bisa diganti dengan kolase adegan latihan Amos Bardi yang menunjukkan perkembangannya.

Ini akan membuat penonton lebih percaya bahwa keberhasilan Amos Bardi memang dicapai dengan kerja keras dan dalam jangka waktu yang lama, tanpa harus menyebutkan waktu secara tersurat.

Namun, tenang saja. Teknik periodisasi hampir menjadi masalah utama film-film biografi khususnya yang diangkat dari novel, karena bisa saja novel begitu jelas merincinya, sementara film hanya punya waktu dua jam saja.

Ditemani ayahnya, Amos Bardi menunggu penyanyi terkenal yang menjanjikan konser bersamanya | Sumber : mola.tv
Ditemani ayahnya, Amos Bardi menunggu penyanyi terkenal yang menjanjikan konser bersamanya | Sumber : mola.tv
Mempertanyakan keberadaan Tuhan?

Salah satu yang menarik dari film ini, adalah ketika Amos Bardi mempertanyakan eksistensi Tuhan. Dari dialog ia dan ibunya, bisa disimpulkan jika keluarga Amos Bardi adalah penganut agama yang taat.

Seringkali ketika kita ditimpa sesuatu yang buruk, kita merasa bahwa Tuhan itu tidak ada untuk kita. Amos Bardi pun demikian. Secara tersirat ia ingin mengatakan kenapa saya harus buta tidak seperti orang lainnya, dan engkau (Tuhan) malah diam saja.

Sepintas unsur spiritual hanya digambarkan saat adegan itu saja. Tapi kalau kita menelaah lebih lanjut lagi, The Music of Silence sesungguhnya betul-betul menggambarkan perjalanan spiritual yang menjadikannya ia sehebat itu.

Beberapa bukti penguat secara tersurat adalah saat ia menolak tawaran minum anggur dari sang Maestro.

Dan tentunya simak-simak baik rangkaian adegan separuh akhir film ini (tentunya hanya di Mola TV Movies ) yang menunjukkan bagaimana The Music of Silence memang percaya bahwa kekuatan Tuhan adalah segala-segalanya dengan personifikasi pada ciptaan-Nya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun