YOGYAKARTA, 24 AGUSTUS 2019 -- Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, Yogyakarta bekerja sama dengan Jogja International Writing Academy (JIWA) mengadakan lokakarya menulis bertajuk "Gemar Literasi di Era Milenial", berlangsung di Gedung Rektorat UIN Sunan Kalijaga, lantai 1, Yogyakarta. Tujuannya untuk menebarkan dan meningkatkan semangat literasi di kalangan generasi milenial.
"Literasi bagi generasi milenial menjadi salah satu tantangan yang wajib dihadapi oleh setiap masyarakat di tengah perkembangan digitalisasi saat ini," kata Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan dn Kerjasama UIN Sunan Kalijaga Dr. H. Waryono Abdul Ghafur, M.Ag, dalam siaran persnya pada Lokakarya, Sabtu (24/08/2019).
Waryono menceritakan kisah Sahabat Ali yang pernah mengatakan, bahwa ilmu itu bagaikan binatang liar. Karena itu ikatlah ilmu dengan tulisan.
"Kalau kita ingin abadi, maka kita harus mendokumentasi tulisan dan pikiran kita melalui tulisan. Dengan mempunyai tulisan, kita memberikan kesempatan pada banyak orang untuk memahami ilmu dan pemikiran kita," papar dia.
Terus Menulis
Ia menjelaskan, pihaknya terus menulis hingga saat ini karena terinspirasi dari banyak tokoh Islam ternama seperti Prof Buya Hamka dan Quraish Shihab. Kedua tokoh tersebut hingga saat ini masih terus menulis dan memberi pengaruh kepada banyak orang untuk memahami Islam secara benar.
"Intinya, kekuatan tulisan sangat memengaruhi banyak orang," kata dia.
Selain itu, melalui literasi diharapkan mengurangi tingkat penyebaran hoaks di kalangan akademisi. Saat pilpres kemarin, masyarakat Indonesia diuji oleh kemajuan teknologi untuk menggunakan teknologi dalam menyebarkan berita hoaks.
"Salah satu semangat saya untuk menulis adalah saya iri dengan para mufasir yang saat itu alat tulis belum canggih, namun mampu menulis sekitar 20 kitab. Dan hari ini tulisan-tulisan beliau sudah terbaca oleh banyak umat Islam di seluruh dunia. Karena itu, mari kita terus menulis untuk bersama membangun Indonesia dan meningkatkan eksistensi diri kita yang berguna bagi banyak masyarakat.," tandas dia.
Kontribusi Menulis
Hal senada disampaikan Pelaksana Harian JIWA, Raja H. Napitupulu yang menilai kegiatan penulisan sebagai salah satu upaya akademisi berkontribusi dalam masyarakat guna mendistribusikan pemikirannya secara komprehensif.
"Melalui menulis, masyarakat semakin dicerdaskan untuk memahami banyak masalah secara proporsional. Dampaknya dapat meminimalisasi penyebaran hoaks di tengah disruption digital saat ini. Dimana setiap orang dapat dengan bebas menyebarkan banyak informasi secara mudah," terang dia.
Menurut dia, kemampuan menulis sangat terkait dengan tingkat kecerdasan seseorang. Sebab sebelum menulis, seseorang lebih dulu akan memahami masalah yang terjadi dan upaya menyikapinya secara benar. Lalu langkah sebelum memahami ditempuh dengan cara membaca buku atau bacaan terkait.
"Artinya, menulis akan meningkatkan kecerdasan masyarakat, melalui pembacaan dan proses analisis sebelum mendaratkan pemahamannya dalam tulisan. Membaca, berpikir dan menulis akan meningkatkan potensi nalar seseorang. Dengan menulis, masyarakat Indonesia akan unggul dan lebih cerdas," papar Raja yang juga mahasiswa program Doktor Universitas Gadjah Mada (UGM) itu.
Data Global
Data riset Program for International Student Assessment (PISA) yang dipublikasi oleh Organisation for Economic Co-Operation and Develompent (OECD) tahun 2015 mencatat rendahnya tingkat literasi Indonesia dibanding negara-negara di dunia. Dari 70 negara, jumlah responden sebanyak 540 ribu yang berusia 15 tahun, sampling error-nya sekitar 2-3 skor, Indonesia menempati peringkat 62 dari 70 negara yang disurvei. Indonesia unggul dibanding Brazil tapi berada di bawah Yordania. Total skor Indonesia untuk sains 403, untuk membaca 397, dan untuk matematika 386.
Sementara itu, Vietnam menempati peringkat 8 di bawah Kanada dan di atas Hong Kong. Inggris peringkat 15, Jerman 16, Amerika Serikat 25, dan Finlandia turun dari peringkat 1 menjadi peringkat 5.
Tetap Optimis
Raja menambahkan, meski hasil riset global menyimpulkan peringkat Indonesia masih jauh tertinggal, namun semangat literasi di kalangan generasi muda, khususnya era milenial saat ini menunjukkan peningkatan. Fakta menunjukkan, semakin banyak generasi milenial yang akrab dengan literasi.
Hasil riset Pew Research Center dengan responden 30.133 orang di 27 negara yang dilakukan pada 14 Mei sampai 12 Agustus 2018 menyimpulkan, sebanyak 42% masyarakat Indonesia menggunakan smart phone, 28% menggunakan telepon genggam biasa, dan sebanyak 29% masyarakat tidak menggunakan telepon genggam. Dari angka ini terlihat, minat masyarakat untuk mencari informasi dari berbagai sumber, sangat tinggi.
"Jika kebutuhan informasi itu dicukupkan dari tulisan-tulisan yang bertanggungjawab, bisa dipastikan akan meningkatkan kecerdasan para pembacanya. Dengan pola dan arah seperti ini, maka lokakarya serta pelatihan menulis menjadi kebutuhan mendesak yang harus segera dipenuhi oleh setiap masyarakat," tegas Raja.
Karena itu, pihaknya juga sangat berharap pemerintah memberi perhatian dan dukungan kepada komunitas-komunitas yang memberikan pelatihan menulis di banyak daerah Indonesia. Sehingga tercipta sinergitas yang optimal dari seluruh masyarakat Indonesia.
"Era kepemimpinan kedua Presiden Jokowi saat in, memberi harapan penuh bagi keberlangsungan literasi Indonesia. Khususnya di era milenial yang penuh tantangan dan dinamika. Intinya, dengan menulis kita bersama membangun sumber daya manusia (SDM) unggul bagi Indonesia maju," tutup Raja yang merupakan penerima beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Kementerian Keuangan Republik Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H